Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 425. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

425. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 23:40:15
“Apa yang terjadi di sini?” Galih Jaya terkejut ketika para tabib masih berada di dalam ruangan. Mereka kemudian diarahkan para pendekar menuju tempat aman setepah mendapat kabar dari pendekar yang baru saja tiba. “Sepertinya mereka telat menyadari tanda bahaya karena berada di ruangan cukup dalam dari gua.”

Dalam waktu cepat, para tabib mulai meninggalkan ruangan bersama para pendekar.

Malawati melihat keadaan sekeliling, mencari keberadaan Sekar Sari. “Sepertinya Sekar Dewi sudah meninggalkan tempat ini lebih dahulu.”

Dugaan Malawati nyatanya salah. Sekar Sari masih berada di sebuah ruangan sempit yang tidak jauh dari ruangan para tabib tadi berasal. Gadis itu masih berkutat dengan ramuan obat yang dibuatnya. “Ini tidak berhasil.”

Sekar Sari berjalan menuju ruangan. Begitu berada di lorong sebelum ruangan, ia terkejut ketika para tabib sudah menghilang dari tempat ini, ditambah keadaan yang berubah kacau balau. “Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”

Sekar Sari tertegun ketika me
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Drahafsah Nasution
klu hanya berhasil diujung crt, rasanya membuat crt jd biasa sj tdk ada gregetnya
goodnovel comment avatar
Drahafsah Nasution
ceritanya bagus. tapi sangat bertele2, sementara pendekar utamanya tdk berperan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   426. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Murid dari Ganawirya?” Semua pendekar terkejut ketika mendengar perkataan Wira. Mereka seketika menoleh pada Sekar Sari yang juga tmpak terkejut.“Bagaimana kabarmu, Sekar Sari?” Wira terkekeh, bersikap biasa meski saat ini sudah dikepung oleh para pendekar. “Aku benar-benar terkejut ketika melihatmu berada di tempat ini bersama para tabib. Pantas saja aku tidak melihatmu saat aku dan rakaku, Kartasura, menyerang Ganawirya dan para murid padepokan beberapa saat lalu.”Untuk sekali lagi, semua pendekar menoleh pada Sekar Sari.“Biar kutebak, Ganawirya pasti menyuruhmu untuk berpura-pura menjadi tabib dengan tujuan membantu para pendekar golongan putih untuk menghadapi dua siluman ular itu.” Wira kembali tertawa, menyeringai saat Sekar Sari memelototinya.Galih Jaya menoleh pada Sekar Sari melalui ekor mata. Ia sejujurnya terkejut ketika mendengar hal itu dan tidak ingin mempercayainya. Akan tetapi, saat melihat kemampuan pengobatan dan pembuatan ramuan dari gadis yag dikenalnya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Pendekar Kujang Emas   427. Dua Pendekar Golongan Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Ramuan obatmu tidak sepenuhnya gagal. Buktinya, cairan hitam di tubuh para korban menghilang, ditambah keadaan para korban membaik. Hanya butuh waktu sampai keadaan mereka benar-benar pulih,” ujar Malawati.“Aku rasa itu karena ramuan yang dibuat oleh guruku.” Sekar Sari menoleh pada sekumpulan pendekar yang bergerak ke arah medan pertempuran. Sayangnya, ia belum menemukan tiruan Limbur Kancana satu pun, padahal ia harus segera memberi tahu mengenai Wira yang sudah mengungkap siapa dirinya pada beberapa pendekar di tempat ini.Malawati melihat kecemasan di wajah Sekar Sari. “Tenanglah, aku tidak akan memberi tahu para pendekar mengenai siapa dirimu sebenarnya. Anggap saja itu bayaran karena kau sudah menolongku dan rekan-rekanku selama ini, Sekar Sari.”“Kau memang sepantasnya membayar mahal jasa-jasaku, Malawati.” Sekar Sari memutar bola mata, merasa jemawa.“Kau benar-benar menyebalkan. Kenapa kau tidak diculik siluman kerbau saja dan dijadikan santapan siluman tua?” Malawati mende

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • Pendekar Kujang Emas   428. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Galih Jaya dan Dharma terkejut ketika melihat para pendekar bergelimpangan di tanah dengan keadaan terluka di mana sebagian dari mereka tertimpa bebatuan. Saat keduanya akan menolong, salah satu pendekar dengan cepat mengangkat tangan.“Jangan mendekat! Si penyusup itu menggunakan racun kalong setan pada kami. Kami bisa tahu saat melihat bambu hijau yang berubah warna menjadi hitam.”“Si penyusup itu sepertinya sedang mengejar tabib berselendang merah,” ujar pendekar yang lain, “pergilah dengan segera dan jangan biarkan penyusup itu membawanya. Kami bisa mengatasi masalah di sini.”“Tabib berselendang merah,” gumam Galih Jaya dan Dharma bersamaan.Seorang tiruan Limbur Kancana tiba-tiba muncul, membuka kendi berisi racun kalong setan. Asap putih seketika keluar dari lubang kendi, menyebar ke sekeliling. Tak lama setelahnya, tiruan itu kembali pergi.“Tiruan itu memberikan penawar racun kalong setan pada kalian,” ujar Galih Jaya, “beristirahatlah sebentar. Setelah itu, kembali pada tug

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • Pendekar Kujang Emas   429. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Suara apa itu tadi?” tanya Dharma.Dari arah atas, tiba-tiba saja melesat kuku-kuku beracun. Untungnya, Galih Jaya dan Dharma menyadari hal itu dan berhasil menangkis serangan-serangan itu.“Selama si penyusup bersama kelelawar besar itu, kita akan kesulitan untuk menangkapnya.” Galih Jaya kembali melayangkan serangan secara acak.“Ini akan memakan waktu cukup lama ketika kita tidak bisa mengenainya meski dengan bantuan ramuan pemusnah siluman yang sudah kita oleskan pada senjata kita,” sahut Dharma.Setelah berujar demikian, Galih Jaya dan Dharma tiba-tiba saja mengaduh ketika mendapat serangan di kaki. Keduanya kemudian jatuh berlutut ketika kembali gagal menepis serangan kuku beracun yang kini mendarat di tangan kiri.Dari atas tunggangan kelelawar, Wira menyeringai karena berhasil melukai kedua pendekar itu. Ia beruntung karena tidak mendapat cukup kesulitan dari sosok Pendekar Hitam meski di saat yang sama merasa curiga. Wira menghimpun kekuatan di kedua tangan, lantas melayan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Pendekar Kujang Emas   430. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Matilah kalian bertiga!” Wira melesat cepat dengan kuku-kuku beracunnya ke arah Galih Jaya, Dharma dan Malawati yang terbaring di tanah.Melihat hal itu, Sekar Sari seketika melemparkan kedua selendangnya ke arah Wira. Ia lantas mengentak tubuh ke depan, memutar tubuh, melayangkan sebuah tendangan.Wira menepis serangan kedua selendang itu dengan tendangan. Tanpa diduga, serangannya dibalas Sekar Sari dengan serangan yang sama. Tumbukan dua tendangan itu seketika mencipta angin kencang yang berembus ke sekeliling. Keduanya menarik kaki, memutar tubuh di udara, kembali memberikan tendangan, lalu bergerak mundur.Kobaran api mengecil bersamaan dengan hancurnya tanaman merambat. Tak dinyana, kelelawar raksasa itu tidak berada di sana.“Sayang sekali.” Wira terkekeh meremehkan. “Aku sudah mengamankan hewan peliharaanku sesaat setelah api membakar. Kau sepertinya memiliki banyak benda yang berbahaya, Sekar Sari.”“Satu-satunya yang berbahaya di sini adalah kau, Wira,” tegas Sekar Sari.Wi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • Pendekar Kujang Emas   431. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar Sari dan Wira berubah menjadi dua bayangan hitam yang saling berbenturan di gua, bergerak dari satu sudut ke sudut lain. Galih Jaya, Dharma dan Malawati mengikuti pergerakan keduanya dari tempat mereka berdiri.Malawati dan Galih Jaya turun ke tanah, merenggangkan jarak setelah tendangan mereka bertumbukan di titik yang sama. Keduanya kembali saling melempar pukulan dan tendangan, beradu kekuatan. Kuku panjang nan beracun Wira beberapa kali berbenturan dengan selendang merah Sekar Sari.“Apa kau tidak takut jika kau terkena racun kalong setan, Sekar Sari?” tanya Wira di sela melayangkan serangan dan menghadang serangan dari Sekar Sari, menyeringai meremehkan. “Kau bisa saja mati dengan racun itu.”Sekar Sari tersenyum tipis. “Aku sudah pernah menghadapi kematian sekali saat di Lebak Angin. Bertarung denganmu tidak akan membuatku gentar. Lagi pula aku bisa tahu kapan racun kalong setan kau gunakan. Kau hanya sedang menggertakku.”Wira berdecak, mundur sejauh satu tombak seraya me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Pendekar Kujang Emas   432. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Galih Jaya, Dharma dan Malawati segera melompat ke celah yang dilalui Sekar Sari tadi. Ketika ketiganya mendarat di atap gua, mereka melihat Sekar Sari tertarik ke luar gua dengan sangat cepat. Tampak selendangnya berusaha menggapai pepohonan, tetapi berulang kali gagal. “Siapa sebenarnya yang menculik, Sekar Sari?” tanya Malawati. “Apa mungkin ini ulah penyusup bernama Wira itu?” terka Dharma. “Dharma, Malawati, segera kejar Sekar Sari sebelum dia menjauh. Kita sangat membutuhkan kemampuannya. Bawa beberapa pendekar untuk membantu kalian. Jika terjadi sesuatu, segeralah memberi tanda,” perintah Galih Jaya. “Kami mengerti,” sahut Dharma dan Malawati bersamaan, melompat turun, pergi ke luar kubah bersama beberapa pendekar. Tampak beberapa tiruan Limbur Kancana yang berjaga di luar sudah lebih dahulu berlari mengejar sesuatu yang melesat cepat menjauh dari kubah. “Sekar Sari diculik oleh seseorang,” ujar Malawati dengan suara keras pada tiruan-tiruan Limbur Kancana yang tengah melom

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • Pendekar Kujang Emas   433. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sekar tercekat ketika melihat seorang pria asing berada di depannya. Gadis itu dengan cepat melesatkan tendangan dan pukulan. Akan tetapi, serangannya dapat dengan mudah dihentikan dengan satu tangan.Sekar Sari tak hilang akal. Gadis itu segera melemparkan satu bagian selendangnya ke pohon yang berada di belakang, sedang sisanya melesat menyerang Munding Hideung. Bersamaan dengan tubuhnya yang tertarik ke belakang, Munding Hideung menjauh untuk menghindar.Munding Hideung tertawa, mengubah wujudnya menjadi sosok siluman bertanduk kerbau.“Dia seorang siluman.” Sekar Sari sontak terkejut hingga mundur beberapa langkah. “Apa yang dia inginkan dariku sebenarnya? Tunggu, penampilannya mengingatkanku pada seseorang.”“Nyai, kau harus ikut denganku sekarang juga. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu. Aku tidak ingin bermain-main atau menyakitiku. Sebaiknya kau menyerah sebelum sabitku kembali terbang ke arahmu—”Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Munding Hideung tiba-tiba saja d

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status