Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 418. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

418. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-15 02:00:49

Dua rantai putih milik Tarusbawa tiba-tiba menarik seseorang ke dalam sebuah pohon. Saat sosok itu akan melawan, tiba-tiba saja Tarusbawa muncul dan langsung memukul bagian tengkuk hingga sosok itu tumbang. Sayangnya, sosok itu itu kembali sadarkan diri dalam waktu cepat.

“Siapa kau? Bagaimana kau bisa sampai di tempat ini?” tanya sosok itu yang tidak lain adalah sebangsa siluman.

Rantai Tarusbawa tiba-tiba mencengkeram sosok siluman itu hingga menyentuh lehernya, lalu menariknya ke arah Tarusbawa. Siluman itu berusaha melepas cengkeraman dan di saat yang sama rantai yang mengurungnya kian erat.

Hampir sepanjang siang Tarusbawa bersembunyi dari pohon ke pohon. Suasana tempat ini sungguh mengerikan dan mencekam. Terlihat beberapa kali siluman berkeliaran. Semakin jauh memasuki wilayah ini, semakin besar pula kekuatan yang menghalangi.

“Siapa kau?” ulang sosok siluman berjenis laki-laki itu.

“Katakan, apa yang kau ketahu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   418. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Tarusbawa muncul di luar batas tanda yang sudah diberikan Limbur Kancana sebelumnya. Ia segera mengeluarkan penawar racun kalong setan, membiarkan asap putih mengelilinginya. Lambat laun rasa sakit di dadanya menghilang.Tarusbawa menoleh pada luka di pinggangnya yang masih meneteskan darah. Ia menekan bagian itu hingga pendarahan mendadak berhenti. “Tempat itu benar-benar berbahaya. Siluman yang berada di sana kebal terhadap ramuan pemusnah siluman. Kemungkinan besar mereka sudah terpengaruh dengan racun kalong setan yang tersebar di sekeliling hutan sehingga kekuatan mereka lebih kuat dari siluman biasa.”Tarusbawa mengamati keadaan sekeliling. Ia melihat beberapa pendekar tengah berjaga di beberapa sudut hutan. “Aku tidak pernah menyangka jika persatuan pendekar golongan putih akan kembali setelah sekian lama tercerai berai.”Tarusbawa tiba-tiba terdiam ketika mendapatkan sekelibat bayangan peperangan antara dua kubu di sebuah tanah lapang. Saat terpejam, bayangan itu mendadak meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-15
  • Pendekar Kujang Emas   420. Dua Pendekar HItam Dan Serangan Siluman Kembar

    “Pendekar itu memakai pakaian serba hitam, Nyi. Dia menggunakan rantai putih sebagai senjatanya. Dilihat dari kemampuannya, dia bukanlah pendekar sembarangan,” jawab Munding Hideung.“Lalu di mana dia sekarang? Kenapa kau datang dengan tangan kosong, Munding Hideung?” Nyi Genit melepas genggeaman di wajah Munding Hideung, menoleh ke arah mulut gua, mundur beberapa langkah.“Pendekar itu berhasil melarikan diri saat tengah bertarung denganku, Nyi.” Munding Hideung terbatuk beberapa kali karena cengkeraman Nyi Genit, melirik keadaan gua sekilas.“Melarikan diri?” Nyi Genit memelotot. Ia mengibaskan selendang kuningnya ke arah Munding Hideung hingga dalam waktu sekejap angin berembus sangat kencang.Munding Hideung melompat beberapa tombak ke belakang, menghindar dari serbuan angin. “Dia mampu menghilang dengan sangat cepat, Nyi.”Nyi Genit berdecak kesal. “Seperti yang kau katakan, pendekar itu pastilah bukan pendekar sembarangan. Selama berpuluh-puluh tahun lamaya, tidak ada pendekar y

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Pendekar Kujang Emas   421. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Nyi Genit menggertakkan gigi kuat-kuat, mengambil kendi berisi penawar racun kalong setan, membuka tutupnya dengan segera. Asap putih seketika menyebar ke sekeliling. Asap putih dan asap hitam sempat beradu hingga akhirnya dimenangkan asap putih. Bambu kembali berubah menjadi hijau.“Kurang ajar!” Nyi Genit tiba-tiba berteriak hingga kubah yang menaungi gua hancur berkeping-keping. Ia menggenggam bambu itu kuat-kuat dan nyaris melemparnya. “Bambu ini ternyata mampu merasakan racun kalong setan dan penawarnya. Siapa pun yang membuatnya akan aku musnahkan dengan segera!”Nyi Genit berjalan menuju kendi besar yang isinya tengah bergolak. Matanya memelotot tajam seperti pedang yang akan membunuh lawan. “Apakah bambu terkutuk ini juga dibuat oleh pendekar bernama Ganawirya itu?”Nyi Genit menggeram hingga matanya berkilap merah. “Dengan bambu ini, para pendekar golongan putih mampu mengetahui keberadaan racun kalong di sekitar mereka.”Dari arah hutan, Munding Hideung bergerak sangat cepat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • Pendekar Kujang Emas   422. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Munding Hideung melesat cepat di antara rimbunnya pepohonan dan para siluman yang sedang sibuk mencari jejak si Pendekar Hitam. Ketika akan keluar dari hutan, Bangkong Bodas tiba-tiba mendekat ke arahnya.“Ke mana kau akan pergi, Munding Hideung?” tanya Bangkong Bodas.“Nyi Genit memintaku untuk menangkap gadis pembuat bambu yang mampu merasakan kehadiran racun kalong setan.” Munding Hideung mengawasi keadaan di depan. Terlihat beberapa pendekar yang berkeliaran di hutan.“Bambu yang bisa merasakan kehadiran racun kalong setan?” Bangkong Hideung memastikan. “Itu akan jadi masalah besar untuk kita. Berhati-hatilah.”Munding Hideung berdecak, lantas tertawa. “Kau yang harusnya berhati-hati, Bangkong Bodas. Jangan sampai kau kembali menjadi penghuni kendi.”Bangkong Bodas mendengkus kesal. “Aku hanya sedang sial tadi. Lagi pula kau juga kalah telah dari pendekar hitam itu. Buktinya kau terjebak dan hampir terisap ke dalam tanah.”Munding Hideung memilih melompat keluar dari kubah dibandi

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-18
  • Pendekar Kujang Emas   423. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Di dalam gua, para tabib tengah memusatkan seluruh perhatian dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas masing-masing. Mereka diperbolehkan kembali bertugas setelah para pendekar memastikan jika keadaan gua benar-benar aman. Semua orang yang dicurigai sebagai penyusup sudah ditempatkan di tempat terpisah.Kelompok tabib berkutat dengan tugas mempelajari penawar racun kalong setan. Kelompak kedua bertugas mempelajari dan memperbanyak ramuan penyembuh untuk korban Wintara dan Nilasari. Kelompok ketiga bertugas untuk membuat ramuan untuk mengembalikan keadaan para pendekar yang sudah berubah menjadi siluman menjadi manusia kembali. Kelompok terakhir akan bertugas untuk menyiapkan semua perlengkapan ramuan dan obat-obatan untuk para pendekar dan warga yang membutuhkan.Sekar Sari menjauh dari kerumunan para tabib ketika mendapat tanda dari salah satu tiruan Limbur Kancana untuk mendekat. “Apa apa?”“Aku sudah mengambil tanah yang berada di lubang tempat Wintara dan Nilasari terkurung. Selain

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Pendekar Kujang Emas   424. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Siluman jurig lolong tiba-tiba memekik kencang hingga angin berembus kencang ke sekeliling. Siluman itu mengentak-ngentak tanah sembari memukul palu godam ke tanah. Getaran dan suara bising seketika merembet hingga ke dalam gua. Hampir semua pendekar dan tabib yang berada di dalam tampak terkejut. Perhatian Galih Jaya dan pasukan tiba-tiba tertuju ke arah gua. Alhasil, pengawasan mereka terhadap Wira menjadi mengendur. Wira menggunakan kesempatan itu untuk memanggil kelelawar raksasa, lalu menaikinya dan melarikan diri. “Kita diserang! Kita diserang!” Seorang pendekar memukul kentungan dengan sangat keras. Pendekar lain mulai mengikuti aksi serupa. Suara tersebut saling bersahutan hingga terdengar hampir ke semua bagian gua. “Tanda bahaya!” ujar seorang pendekar, “segera amankan para tabib ke tempat yang aman!” “Jangan panik! Ikuti arahan kami!” teriak salah satu pendekar yang seketika berlari ke jalur penyelamatan yang sudah disiapkan sebelumnya. Para tabib dari ruangan kedua, ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Pendekar Kujang Emas   425. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Apa yang terjadi di sini?” Galih Jaya terkejut ketika para tabib masih berada di dalam ruangan. Mereka kemudian diarahkan para pendekar menuju tempat aman setepah mendapat kabar dari pendekar yang baru saja tiba. “Sepertinya mereka telat menyadari tanda bahaya karena berada di ruangan cukup dalam dari gua.” Dalam waktu cepat, para tabib mulai meninggalkan ruangan bersama para pendekar. Malawati melihat keadaan sekeliling, mencari keberadaan Sekar Sari. “Sepertinya Sekar Dewi sudah meninggalkan tempat ini lebih dahulu.” Dugaan Malawati nyatanya salah. Sekar Sari masih berada di sebuah ruangan sempit yang tidak jauh dari ruangan para tabib tadi berasal. Gadis itu masih berkutat dengan ramuan obat yang dibuatnya. “Ini tidak berhasil.” Sekar Sari berjalan menuju ruangan. Begitu berada di lorong sebelum ruangan, ia terkejut ketika para tabib sudah menghilang dari tempat ini, ditambah keadaan yang berubah kacau balau. “Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Sekar Sari tertegun ketika me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-19
  • Pendekar Kujang Emas   426. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Murid dari Ganawirya?” Semua pendekar terkejut ketika mendengar perkataan Wira. Mereka seketika menoleh pada Sekar Sari yang juga tmpak terkejut.“Bagaimana kabarmu, Sekar Sari?” Wira terkekeh, bersikap biasa meski saat ini sudah dikepung oleh para pendekar. “Aku benar-benar terkejut ketika melihatmu berada di tempat ini bersama para tabib. Pantas saja aku tidak melihatmu saat aku dan rakaku, Kartasura, menyerang Ganawirya dan para murid padepokan beberapa saat lalu.”Untuk sekali lagi, semua pendekar menoleh pada Sekar Sari.“Biar kutebak, Ganawirya pasti menyuruhmu untuk berpura-pura menjadi tabib dengan tujuan membantu para pendekar golongan putih untuk menghadapi dua siluman ular itu.” Wira kembali tertawa, menyeringai saat Sekar Sari memelototinya.Galih Jaya menoleh pada Sekar Sari melalui ekor mata. Ia sejujurnya terkejut ketika mendengar hal itu dan tidak ingin mempercayainya. Akan tetapi, saat melihat kemampuan pengobatan dan pembuatan ramuan dari gadis yag dikenalnya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status