Share

379. Part 8

last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 01:02:02

Janda Keramat tertawa kecil sambil membawa Baraka masuk, meninggalkan balkon lantai atas itu. Sang pemuda tampan menurut karena merasa perlu bicara serius dengan si Janda Keramat. Mereka duduk bersila menghadap meja. Mulanya Baraka mau ambil posisi duduk berhadapan. Tapi menurutnya, tak enak, karena terhalang meja. Walau ia bisa beradu muka terus, tapi jika terhalang meja kurang asyik. Jadi ia memilih duduk bersebelahan dengan si Janda Keramat yang berpakaian tipis dan tampak membayang 'perabot'nya itu.

"Mari minum untuk kesehatanmu!" kata Janda Keramat sambil mengangkat cangkir keramik. Baraka pun mengangkat cangkir itu dan kedua cangkir diadu pelan.

Trik...! Maka keduanya segera menghirup teh hangat yang dibuat dari rumput laut dan tanaman lainnya.

"Segar sekali teh ini. Rupanya kau pandai menghidangkan minuman dan makanan yang lezat-lezat, ya?"

"Aku dulu bekas anak pemilik kedai," kata Janda Keramat. "Kemudian aku berguru kepada seorang tabib ahli ramu

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   380. Part 9

    Kejap berikutnya, malam menjadi lengang. Suara teriakan mereka hilang. Yang ada hanya hembusan napas-napas sisa pertarungan sengit yang menghadirkan sejuta keindahan. Keringat mengucur dan membasahi tubuh mereka. Keringat itulah tanda bahwa pertarungan mereka tidak sekadar main-main atau uji coba. Mereka sama kuat, walaupun Janda Keramat merasa kalah di tangan Baraka. Ia terpaksa mengakui keunggulan sang Pendekar Kera Sakti. Namun kekalahannya itu justru membuat sang janda enggan lepaskan diri dari Baraka."Aku harus bersamamu selamanya.""Apa...!" Baraka kaget."Aku harus bersamamu ke mana pun kau pergi.""Tak ada alasan untuk itu!""Ada!""Apa alasannya?""Karena kau yang terunggul dari yang paling hebat!""Ah, lupakan soal itu tadi!""Nggak bisa! Ini benar-benar istimewa dan aku harus mendapatkannya! Harus!""Apa akibatnya kalau aku menolak?""Kita tarung sampai mati!""Gila!" Baraka terbengong me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Pendekar Kera Sakti   381. Part 10

    Janda Keramat tidak berpikir sampai di situ, ia hanya menyangka maksud penghadangan Nyai Perawan Busik semata-mata hanya ingin balas dendam atas kekalahannya tempo hari."Hapsari, sudah tiba saatnya bagimu untuk menikmati kepahitan hidup sepertiku. Bersiaplah menebus dosamu empat tahun yang lalu, Janda Keramat!""Apa maumu akan kulayani, Perawan Busik!""Terimalah jurus 'Debu Neraka'ku ini! Hiiih...!"Wuuut...!Tangan kiri Nyai Perawan Busik menyentak ke depan. Dari telapak tangan tersebut menyembur debu putih menyerupai tepung.Wuuss...!Janda Keramat tetap berdiri tegak ditempatnya. Tapi kedua tangannya bergerak menyilang di dada, hentakannya menimbulkan angin kencang yang membuat debu-debu itu beterbangan ke mana-mana.Wuuurs!Debu itu adalah racun yang mematikan. Terbukti tanaman yang terkena debu itu langsung menjadi kering dan tanah di sekitarnya menjadi hitam bagai habis terbakar.Janda Keramat hanya tertaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Pendekar Kera Sakti   382. Part 11

    Duaaar...!Pohon jati menjadi sasaran sinar merah itu. Pohon tersebut retak, sedangkan Nyai Perawan Busik segera larikan diri."Nikmati dulu hidup dalam ketuaan, Hapsari! Suatu saat kita akan bertemu lagi untuk tentukan siapa yang harus mati lebih dulu!""Jangan lari kau, Keparaaatt..!"Janda Keramat ingin mengejar lawannya. Tapi apa daya, perubahan dari muda menjadi setua itu menjadikan otot-ototnya mengalami shock. Tak bisa bekerja dengan cepat seperti biasanya. Maka, Hapsari pun akhirnya hanya bisa terpuruk di bawah pohon dan menitikkan air matanya. Ia tampak sebagai seorang nenek tanpa tongkat yang sedang dirundung kesedihan amat dalam."Hancur! Hancur sudah hidupku kalau begin!! Kekuatanku sebentar lagi akan sirna. Daya tarikku lenyap karena si keparat itu. Padahal gairahku masih ada. Ooh... Baraka, di manakah kau? Tidakkah kau kasihan padaku yang menjadi begini?" pikiran itu tembus ke hati menjadi ratapan batin sang janda yang mungkin sudah t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Pendekar Kera Sakti   383. Part 12

    Gua tersebut tidak terlalu dalam. Langit-langitnya tidak begitu tinggi. Tapi tempatnya datar walau banyak bebatuannya. Sang gadis masih dibaringkan dalam keadaan pucat pasi. Bibirnya membiru, bagian bawah dadanya memar karena hantaman sinar tenaga dalam Baraka tadi. Pedangnya masih utuh. Mestinya pedang itu pecah karena terkena sinar merah jurus 'Tenaga Matahari Merah'. Mungkin karena di pedang itu ada kekuatan gaib yang cukup besar, maka sang pedang malas untuk hancur. Mestinya pula tubuh gadis itu hancur berkeping-keping, tapi karena mempunyai kekebalan tenaga dalam yang sangat tinggi, maka sang tubuh hanya memar dan urat nadinya terhenti, bagian dalamnya terpaksa hangus merata."Kuat juga gadis itu!" pikir Baraka sambil memperhatikan sang gadis dari atas batu yang berjarak empat langkah samping kirinya."Nggak sangka kalau ilmunya tinggi juga. Atau barangkali karena dia punya jimat lain, sehingga jurus 'Tenaga Matahari Merah' tidak dapat menghancurkan tubuhnya? Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21
  • Pendekar Kera Sakti   384. Part 13

    "Yaaah... nggak percaya," ucap Baraka pelan dan tak berani banyak gerak karena lehernya tertodong pedang dan ia tahu pedang itu dapat semburkan racun berbahaya, walau racun itu telah habis dan belum diisikan ke dalam pedang lagi."Katakan sejujurnya!""Kok kayak judul lagu aja," ujar Baraka sambil nyengir. Ujung pedang mulai menempel dan agak ditekankan di leher. Baraka ngeri."Jawab dengan jujur atau kurobek lehermu dengan pedangku!" hardik Awan Sari dengan tampang galaknya."Aku tidak berbuat apa-apa, Nona Cantik!" jawab Baraka menyabarkan nada suaranya."Berani dicubit seribu bidadari, aku tidak berbuat apa-apa kepadamu.""Hmm...!" dengus Awan Sari sambil menarik pedangnya dan mundur dua tindak."Bodoh...!"Baraka berkerut dahi mendengar gerutuan 'bodoh' dari mulut yang berbibir cemberut itu."Apa maksudmu mengatakan 'bodoh' padaku!"Gadis itu tidak menjawab, tapi ia pergi ke balik batu setinggi lewat kepala. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Pendekar Kera Sakti   385. Part 14

    Tapi sikap itu hanya ditertawakan Baraka dengan kalem. "Aku melamunkan tentang Layang Petir dan muridnya itu! Aku ingin bertemu dengan mereka. Apakah kau bisa bantu aku menunjukkan tempat tinggal mereka?""Tidak!" Jawab Awan Sari dengan singkat dan tegas."Barangkali suatu saat kau butuh pertolonganku, aku akan menolongmu dengan suka rela tanpa mengharap imbalan, kecuali sekadar uang buat beli nasi saja!""Kau ini pendekar apa pengemis?""Aku cuma bercanda," kata Baraka sambil tertawa. Lalu ia dekati gadis itu, si gadis menjauh. "Bantulah aku menemui mereka. Ada persoalan yang harus kuluruskan berkenaan dengan si Sawung Seta!""Pergi aja sendiri!"Baraka mendekat lagi, si gadis sudah terpojok dinding gua. Akhirnya hanya diam saja, tapi memandang sangar kepada Baraka. Pendekar Kera Sakti tetap tenang, menyunggingkan senyumannya yang punya daya pikat tinggi itu.Baraka ingin ulangi permohonannya tadi, tapi terkesima memandang seraut waj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Pendekar Kera Sakti   386. Part 15

    "Rupanya kau telah bebas dari Sawung Seta, Dinda!" Baraka mencoba mengalihkan suasana agar jangan terjadi pertumpahan darah di antara kedua gadis tersebut. Tapi ucapan Baraka itu tidak mendapat reaksi apa-apa dari Rani Adinda."Apa maksudmu menyerangku secara licik, Gadis Jalang!" sentak Awan Sari dengan kasar sambil lebih mendekat lagi."Jauhi pemuda itu!" kata Rani Adinda dengan menuding Baraka tapi tidak memandang pemuda tersebut."Apa hakmu melarangku mendekati Baraka? Kau tak berhak mengatur hidupku, Rani Adinda!""Kuingatkan sekali lagi," tegas Rani Adinda tanpa senyum sedikit pun,"Jauhi Baraka atau jauhi nyawamu!""Setan! Kau menantangku, hah! Belum puas menjadi kekasih seorang 'pelanang' seperti Sawung Seta itu!"Baraka membatin, "Apa itu 'pelanang'? Apakah sejenis dengan gigilu, eh... gigolo? Hmmm... mungkin 'pelanang' singkatan dari 'Pelacur Lanang'. Ah, persetanlah. Ngapain aku malah mikirin singkatan seperti itu? Bego!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22
  • Pendekar Kera Sakti   387. Part 16

    Mata Baraka terbelalak kaget melihat sinar merah itu pecah dan membentuk hiasan bunga mawar merah. Jantung Baraka bagaikan terhenti seketika karena ia segera ingat dengan wajah cantik milik bidadari Hyun Jelita. Bidadari itulah yang harus diburu dan dijadikan istrinya.Sementara itu, Hyun Jelita sendiri tak mudah ditangkap dan dijerat hatinya. Bukan berarti Hyun Jelita tak mencintai Baraka, melainkan karena bidadari Penguasa Kecantikan itu menyukai calon suami yang mampu mengalahkan kesaktiannya maupun kekerasan hatinya. Repotnya lagi, Hyun Jelita mampu merubah wujud seperti apa saja, asal bukan seperti singkong goreng.Baraka bagaikan terpaku di tempat melihat Rani Adinda berselimut hijau pendar-pendar. Dari sinar hijau itu muncullah wajah asli bidadari Hyun Jelita. Pakaiannya serba putih, halus, dan lembut. Sebagian rambutnya disanggul dengan indahnya. Di belahan dadanya terselip setangkai bunga mawar asli, bukan hiasan.Bidadari super cantik itu kirimkan suar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status