Home / Fantasi / Pendekar Dekrit Dewa / bab 1: Sampah Realm of Miracle

Share

Pendekar Dekrit Dewa
Pendekar Dekrit Dewa
Author: Adaha Kena

bab 1: Sampah Realm of Miracle

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

-Tanah tersembunyi: Bukit Klan Cahaya

Seolah diisi entitas bintang-bintang, sepasang pupil mata memuat manik galaksi yang memikat. Setengah wajah pemiliknya ditutupi helaian kain dan rambut panjangnya yang hitam tergerai ketika berlari. Dia terus menyusuri atap bangunan yang berjejer dengan kaki jenjangnya yang ringan dan tanpa bunyi.

Hingga pijakan sosok perempuan misterius itu berakhir dan terciptalah gelombang ruang saat ia mulai menapaki udara. Dia lekas membalik tubuh ke arah bukit yang habis dilalap nyala api, kemudian, mengayunkan Qi hitam pekat untuk menghempas Qi hijau tua yang datang.

Akibat dua Qi yang saling beradu, angin berhembus ke segala arah dan bunyi yang memekakkan telinga tercipta, masuk ke pendengaran bayi di gendongan wanita itu hingga tersentak kaget.

"Ueeek ... Ueeek...."

"Il-Pyo, kau tenang saja, Ayahmu pasti akan datang dan kita akan selamat," hibur wanita itu dengan tatapan yang teduh lalu cepat kembali waspada ke arah datangnya serangan.

Di sana, di ujung pandangannya, tampak seorang pria kisaran 40-an tengah berdiri memijak udara. Dia mengenakan pakaian bersulam benang perak dengan hawa membunuh yang pekat.

"Tidak akan ada yang datang menolong dan hanya menunggu waktu sampai kau berhasil tertangkap. Jadi, tidak ada gunanya kau terus melarikan diri!" Kemudian terlihat ribuan bala tentara yang berhasil menyusul berbaris patuh di belakang pria tersebut, membuatnya lebih percaya diri saat kembali berkata, "Kau bisa melihatnya. klan Cahaya sebagai klan terkuat di Benua Timur telah menemui kehancuran mereka."

"Hancur? Klan Cahaya masih berdiri selama bayi ini masih ada!" balas wanita itu dengan tatapan penuh rasa jijik. "Sejak tadi kau belum juga berhasil menangkapku. Yang bisa kau lakukan hanyalah beromong kosong."

Dilihat dari gaun abu-abu tipis yang perempuan misterius itu kenakan, jelas tubuh indah yang ada di baliknya. Sungguh sosok yang nyaris menyerupai Dewi. Akan tetapi, aura pekat dan tatapannya yang sedingin es, mampu membuat pria tersebut dan seluruh pasukannya menahan diri untuk tidak maju dengan gegabah. Akan lebih baik jika sosok itu sendiri yang menyerah.

"Aku memang tidak menginginkan kau terlibat dengan klan Cahaya. Tapi kau telah menjadi begitu sombong hanya karena aku menawarkan kematian yang mudah. Kau pikir sampai mana kau bisa bertahan dengan jumlah kami yang banyak ini?" jawab pria itu sinis.

"Kalau begitu tidak perlu banyak bicara lagi!" Perempuan itu mengangkat satu tangannya dan mengalirkan Qi hitam pekat yang banyak ke atas. "Teknik leluhur! Genggaman Bintang Kehampaan!" lanjutnya berseru.

Langit berangsur-angsur diisi oleh Qi asing nan menyekat pernapasan. Memadat dan kemudian membentuklah avatar tangan hitam dengan taburan bintang layaknya langit malam. Awan tersingkap, seolah tangan besar itu ingin mencengkram bumi, lalu mengepal sempurna menjadi sebuah tinju yang dijatuhkan dari ketinggian langit.

Menyikapi datangnya serangan, Qi hijau tua yang pekat mulai meluap dari tubuh pria itu, pun dengan ribuan pasukan yang menyertainya. Dalam keadaan tanpa harapan seperti sekarang mereka tidak mengira wanita bercadar tetap mempertahankan bayi di pelukannya.

"Ingin kabur dengan kekuatan yang tersisa? Kau pikir bisa mengelabuiku lagi?" Perlahan Qi hijau tua menyulut penciptaan pedang besar ketika pria itu juga mengangkat tangannya ke atas. "Teknik Leluhur! Pedang Racun Penusuk!" lanjutnya balas berseru.

Saat semua serangan itu akhirnya bertemu, bentrokan kekuatannya menghasilkan suara guntur dan ledakan yang tidak kurang dari bunyi letusan gunung berapi. Sisa-sisa kedahsyatan itu memudar setelah cukup lama menyebabkan badai. Dan ya, wanita bercadar sudah hilang dari sisi langit seperti perkiraan pria itu.

"Wanita brengsek itu sudah kelelahan dan dapat kalian tangani. Kejar dan bunuh mereka!" Pria itu memberi perintah ke semua anak buahnya dengan gigi yang menggertak. Ribuan ahli beladiri menunggang kuda seketika terbang menyebar.

***

Dunia Realm of Miracle terpisah menjadi 4 daratan benua besar. Pada setiap benua, terdapat 'Tanah Tersembunyi' yang diyakini kuat sebagai tempat tinggal praktisi ranah Bencana. Manusia-manusia pemilik kekuatan destruktif tersebut berdiam dan menyisihkan diri dari dunia luar untuk fokus meningkatkan pelatihan mereka menuju keabadian. Namun, 15 tahun lalu, terjadi pertikaian sengit yang melibatkan banyak praktisi-praktisi itu hingga kekacauan dunia tak dapat lagi dihindari.

Pertempuran berdarah terjadi di setiap tempat, memakan banyak sekali korban, serta menghilangkan sekumpulan fraksi besar. Bahkan, untuk membayangkan kembali betapa kacau dunia waktu itu seseorang tidak akan lagi mau. Saat itu dianggap sebagai hari-hari menuju kiamat.

Meski tak diketahui dasar alasan dari pertikaian mereka dan apakah semua masalah telah diselesaikan atau belum, dunia berhasil mendapatkan kedamaiannya kembali berkat kemunculan sosok kuat wanita bercadar. Sosoknya disebut-sebut sebagai manifestasi dari kekuatan, lambang dari kedamaian. Andai dia tidak pernah ada, dapat disimpulkan pertarungan para ahli yang terus berlanjut akan lebih banyak menimbulkan penderitaan.

Tak ada yang tahu kemana dan apa yang wanita bercadar itu lakukan usai 15 tahun berlalu. Tetapi, banyak generasi muda ingin menjadi kuat sepertinya. Mereka berlomba menaiki tangga menuju puncak kekuatan, membuktikan diri mereka sekurang-kurangnya layak disebut sebagai seorang kultivator.

Bukan menjadi pengecualian untuk seluruh generasi muda di Kekaisaran Nilam, bagian paling selatan Benua Timur. Di berbagai kota, baik itu kota besar atau pun kecil, intensitas latihan para generasi muda jauh meningkat dari pada latihan mereka pada hari biasanya. Hal ini dikarenakan sekte 'Mata Pedang' yang tinggal menghitung bulan akan mengadakan perekrutan murid.

Sekte Mata Pedang merupakan tempat berlatih impian semua orang di Kekaisaran Nilam yang berkeinginan menjadi kuat. Fraksi besar yang bertahan setelah kekacauan 15 tahun lalu tersebut selalu berhasil mencetak generasi hebat di Benua Timur. Bahkan baru-baru ini, mereka mempunyai murid perempuan yang sudah berada di ranah 'Penguasa Teknik' pada umurnya yang masih 17 tahun. Kecepatan pelatihan paling menakutkan dibandingkan anak seusianya.

Oleh karena itu, tak ada yang tak mengidamkan berlatih di sana. Perekrutan murid sekte Mata Pedang adalah kesempatan yang lebih berharga ketimbang sebongkah emas.

Di kota kecil, namanya kota Quan, prefektur paling terbelakang dari wilayah kekuasaan kekaisaran Nilam. Seorang pemuda bernama Il-Pyo juga berkeinginan kuat untuk diterima sekte Mata Pedang.

Setelah menebang pohon di hutan pagi-pagi sekali, dia segera menuju setiap rumah makan untuk mencari ahli yang bersedia mengajarinya memulai kultivasi.

Hari ini mungkin adalah hari keberuntungan pemuda tersebut setelah sekian lama. Akhirnya ada seorang praktisi ranah 'Pengungkit Teknik' mau membantunya memulai kultivasi hanya dengan sedikit imbalan. Dia sangat sengat senang dan bersemangat.

"Tuan ... saya sudah membayar makanan Tuan. Tolong beritahu saya kapan saya bisa mulai berlatih sesuai janji Tuan?" tanya Il-Pyo pada sosok yang duduk santai usai menyantap habis makanan di meja.

Beberapa saat menunggu, belum ada jawaban dari pertanyaan Il-Pyo. Sampai pada ketika pria tersebut akhirnya tidak lagi bisa menahan gelak tawanya. Dia menggelengkan kepala beberapa kali setelah menormalkan napas. Menganggap Il-Pyo orang yang gagal melihat dirinya sendiri sebagai sampah.

"Selain tidak mempunyai bakat. Sepertinya kepalamu tidak ada isinya juga, ya?" Pria yang diketahui bernama Yuxuan itu meringis setelah mengejek. Sudut matanya sampai-sampai mengeluarkan sedikit air mata. "Sungguh bodoh. Aku belum pernah menemukan pemuda yang lebih konyol dibanding dirimu," lanjutnya.

"Tapi Tuan sudah berjanji akan melatih saya jika saya membaya—"

"Mana mungkin ada orang yang bisa melatihmu. Semua orang di kota ini tahu siapa kamu. bahkan jika seorang guru besar dari Kekaisaran yang datang untuk mengajar, itu tidak akan ada artinya jika yang dilatih adalah dirimu. Tidak ada orang yang bisa mengubah takdir langit yang diberikan padamu, bukan?"

Pada umur 5 tahun, meskipun tidak dapat melatih Qi, manusia di Realm of Miracle sudah mulai dapat mengukur tingkatan kultivasi mereka menggunakan batu spritual. Akan tetapi, Il-Pyo tetap tidak dapat mengetahui tingkatan ranahnya setelah berkali-kali mencoba. Dan sekarang umur Il-Pyo sudah mencapai 15 tahun tanpa indikasi sedikitpun ada Qi di tubuhnya.

Tidak ada penjelasan yang lebih masuk akan ketimbang menganggap dirinya sebagai orang yang dibenci langit, keberadaan yang tidak berarti apa-apa.

"Kalau begitu kembalikan uang yang saya keluarkan untuk membayar makanan Tuan. Kalau tidak—"

"Kalau tidak?" potong Yuxuan cepat dengan ekspresi tampak menantang. Dia memberi senyum remeh pada pemuda tersebut.

"Sebelum aku marah sebaiknya kau pergi. Lupakan saja uang yang kau gunakan untuk membayar makananku. Dan buang mimpi konyolmu untuk menjadi kultivator. Sampah! Itulah sebutan yang paling cocok untukmu. Anggap uang yang kau berikan adalah upahku memberitahu kenyataan padamu. Pergi dan jangan pernah kembali ke hadapanku!"

Tangan pemuda itu menggenggam erat saat mendengar Yuxuan melanjutkan perkataannya. Urat di dahinya mulai tampak terlihat dan gertakkan giginya yang kuat terdengar berdecit. Orang itu berani menipunya hanya karena dia lemah?

"Kembalikan du—"

Sebelum Il-Pyo menyelesaikan kalimatnya, meja makan lebih dulu digerbak dan dengan gerakan cepat Yuxuan membanting Il-Pyo ke lantai. Pemuda itu bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyadari apa yang telah terjadi dalam beberapa detik.

Semua pelanggan yang ada di rumah makan akhirnya tidak bisa untuk tidak memperhatikan kekacauan itu. Akan tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang tergerak untuk menolong Il-Pyo. Bagi mereka nyawa pemuda tersebut memang tidak ada harganya. Tidak perlu mencari musuh kuat seperti Yuxuan dengan cara menolongnya.

Yuxuan kembali menegaskan, "Kau masih tidak paham, ya? Perkataan orang yang lebih kuat adalah perintah mutlak! Orang yang lemah harus mematuhinya!"

"Kau menipuku. Aku tidak akan pergi sebelum kau mengembalikan uangku!" Il-Pyo balas menegaskan.

Yuxuan terkekeh. "Ada juga anak konyol sepertimu, ya? Hanya karena sedikit uang kau memilih sulitnya berurusan denganku."

Ekspresi Yuxuan tampak kehilangan kesabaran. Matanya berubah jahat saat mengangkat satu kaki yang diperkuat dengan Qi. Dia mendorong kakinya tersebut untuk menekan kuat dada Il-Pyo.

Pemuda tersebut terlihat meringis karena sekalipun dia melawan tidak sedikitpun kekuatan yang menekan dadanya terasa berkurang. Yuxuan terus mendorong kakinya sedikit demi sedikit, senang dengan ekspresi pemuda yang ia injak. Sampai pada Il-Pyo hampir-hampir tidak lagi menerima oksigen.

"Hentikan itu kalau kau tidak ingin mati!" Seseorang akhirnya tidak tahan untuk tidak menyela.

Yuxuan terkejut masih ada yang membela Il-Pyo. Akan tetapi, suara itu terdengar seperti gadis muda. Jadi dia meyakinkan diri kembali untuk tidak takut dan tetap meletakkan kakinya menekan kuat tubuh pemuda tersebut.

"Sialan! Siapa yang berani mengancamku?!" Yuxuan dengan sengaja meninggikan suaranya. "Tunjukkan dirimu gadis kecil!" tegasnya lagi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fanda Fanda
muda mudahn keadaan kmbli normal
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 2: Kecantikan yang Menyihir

    "Aku di sini!" Seorang gadis muda mengangkat tangan, melepas topi, dan mengumbar kecantikan yang selama ini tidak pernah terlihat di kota Quan. Matanya yang indah menjadi tajam pada Yuxuan ketika kembali berkata, "Kau akan apa?" Gadis itu memiliki pupil ungu yang menyihir, kulit putihnya bebas dari noda, warna ungu muda pada pakaiannya menggambarkan kalau dia bukan seorang yang sederhana. Namun, yang paling membuat Yuxuan berhati-hati adalah kedua sisi gadis itu. Berdiri dua orang dengan hawa keberadaan yang tiba-tiba meningkat. Seolah siap kapan saja mencabik orang yang berani mencari masalah dengan Nona muda mereka. "Ti—tidak ada!" jawab Yuxuan tersendat-sendat, tubuhnya berkeringat dingin, nyalinya ciut seketika. Wajah sombong yang tadi terpatri berubah menjadi ekspresi seekor anjing penurut. Yuxuan cepat menarik sebelah kakinya dari tubuh Il-Pyo. Pria dan wanita yang ada di dua sisi gadis itu berada di ranah 'Pengungkit Teknik', setidaknya sudah berada di bintang tiga ranah itu

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 3: Dicampakkan Teman Kecil

    Keesokan harinya Il-Pyo kembali memasuki pinggiran hutan Beast Terlarang sebagaimana biasanya ia memulai hari. Dia lekas memilah pohon yang cocok untuk dijadikan kayu bakar tanpa berani masuk terlalu dalam. Bisa bahaya kalau dia diserang Beast tingkat Rendah Awal sekalipun. Kapak yang Il-Pyo gunakan untuk mulai menebang pohon adalah satu-satunya harta peninggalan nenek tua yang merawatnya sejak kecil. Bisa dikatakan sekarang ia hidup sebatang kara semenjak nenek tua itu meninggal 3 tahun lalu. Dari penjelasan nenek tua itu, saat kekacauan 15 tahun lalu, dia dititipkan oleh seorang perempuan misterius yang mengenakan cadar. Jadi, Il-Pyo berpikir kalau dia sudah dibuang dan menjadi tidak begitu peduli dari mana dia berasal dan siapa sebenarnya orang tuanya. Usai menebang pohon yang tidak terlalu besar dan membawanya ke sisi gubuk tua dengan susah payah. Kayu-kayu yang kemarin sudah dipotong, dikapak, dan dirasa cukup kering usai dijemur dikumpulkan satu-persatu. Il-Pyo menggendong ka

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 4: Pemurnian tubuh

    Setelah menelan pil dan memurnikannya selama 1 jam. Banyak dari pemuda yang mengikuti pemurnian tubuh jatuh pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakit. Sementara itu, Il-Pyo masih tak merasakan perubahan sedikitpun pada tubuhnya. Sungguh pemandangan yang kontras untuk dilihat semua orang. Il-Pyo tak mengeluarkan sebulir keringat pun bahkan setelah 2 jam berlalu semenjak ia menelan Pil. Padahal pemuda lain sudah kuyup dengan keringat dan lendir di tubuh mereka. 'Anak itu? Apa sebelumnya dia pernah memurnikan tubuh?' pikir tetua Paviliun Pil Obat yang melihat Il-Pyo tidak bereaksi. Memurnikan tubuh di bawah umur 15 tahun bukanlah hal yang sepenuhnya mustahil. Beberapa Jenius muda dari 6 keluarga terkemuka di ibu kota Kekaisaran Nilam melakukannya di bawah ketetapan itu. Umur 15 tahun hanyalah standar ideal, di mana seseorang tidak akan memiliki risiko ketika memurnikan tubuh untuk memulai kultivasi. Ketika semua telah usai dan berhasil memurnikan tubuh. Li Mei merasa malu dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

    Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon. Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya. "Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?" Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain. Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapa

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 6: Afinitas Leluhur

    Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 7: Jenius Tanpa Qi

    Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 8: Pertempuran

    Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 9: Bangkitnya Bakat Il-Pyo

    Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.

Latest chapter

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 83: Awal Perang Internal

    Telah dikonfirmasi jika ribuan pasukan dari prefektur Qilin langsung menuju ibu kota kekaisaran Nilam. Berbanding terbalik dengan persiapan mereka yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Persiapan di pihak kekaisaran Nilam begitu minim dan terkesan terburu-buru. Namun, semua persiapan berjalan sebaik usaha tertinggi mereka. Di kediaman keluarga Zhou, Il-Pyo bermeditasi seusai memulihkan diri karena membuat banyak pil. Dia kemudian bergabung dengan keluarga Zhou yang akan pergi menumpas keluarga Ling. Selagi musuh dari prefektur Qilin belum sampai, mereka harus berfokus diri menghancurkan keluarga yang berkhianat terlebih dahulu. Begitupun dengan keluarga Hou, mereka siap dengan tugas pertempuran melawan keluarga Zhong. Persiapan begitu mereka usahakan demi sesedikit mungkin mengalami kerugian. Seluruh orang kuat keluarga Hou sudah cukup siap ketika menyerang keluarga Zhong. "Aku rasa mereka akan bergerak sangat cepat untuk menerobos ibu kota. Keluarga Zhong dan keluarga Ling merupak

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 82: Pertanda Perang

    Seperginya dari kediaman keluarga Hou, Zhou Ye serta Il-Pyo lanjut mengunjungi keluarga Liao dan Jiang. Keluarga Liao dengan mudah menyetujui pengajuan aliansi karena dendam mereka saat di Pesisir Pantai Putih. Bagaimanapun saat itu banyak jenius keluarga Liao terbunuh karena kecurangan keluarga Zhong dan Ling. Hal ini lebih ke arah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin mereka tolak.Di sisi lain, keluarga Jiang tampaknya paham situasinya lebih dari itu, mereka sedikit lagu dengan keadaan Kaisar sekalipun sudah dipulihkan. Namun, dengan pendekatan Il-Pyo sebagai Alkemis, keluarga Jiang yang tadinya bersikap netral akhirnya mau memihak. Begitupun dengan keluarga-keluarga lain yang lebih lemah, Zhou Ye serta Il-Pyo mampu meyakinkan mereka untuk berpihak pada kekaisaran. Yang menjadi masalah adalah kapan pertarungan puncaknya nanti. Untuk mengambil alih ibu kota orang-orang dari prefektur Qilin pasti akan segera datang membawa pasukannya. Perang internal sama sekali tidak dapat dihi

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 81: Memastikan Pengkhianat Kekaisaran

    Aliran waktu membawa Zhou Ye dan Il-Pyo pada keberhasilan penyelesaian latihan mereka. Inti Beast yang Il-Pyo serap merupakan inti Beast yang lebih baik dari yang selama ini dia dapat. meskipun begitu, tetap saja dia hanya berhasil maju sebanyak dua tingkat. Sekarang Il-Pyo berada di ranah Pengungkit Teknik bintang lima, ranah yang masih belum cukup jika dihadapkan pada pertarungan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa dukungan pil Terlarang dia ragu dapat melawan ahli Penguasa Teknik di bintang dua ke atas. Di sebelahnya, Zhou Ye telah memurnikan semua efek pil Ketahanan Tubuh ke seluruh tubuh. Sebelumnya dia tidak pernah meningkatkan kemampuan tubuh karena percaya musuh tidak akan mampu mendekat. Namun, sekarang pembuluh darah gadis itu serasa dialiri oleh besi yang melebur dan menguatkan ketahan maupun kekuatan fisiknya. Zhou Ye merasa dia tidak akan kesulitan lagi bahkan tanpa teknik tipe pertahanannya. "Aku akan menerima teknik Leluhur. Apa kah kau ingin menungguku?" tanya Il-

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 80: Bangunnya Sang Kaisar

    Zhou Ye dapat melihat pertarungan efek pil dan racun yang terjadi di tubuh Kaisar Nilam Fanxi. Jika tidak di ranah Bencana, dia yakin yang mulia Kaisar tidak akan mampu menahan pertentangan itu. Zhou Ye rasa niat hidup yang begitu kuatlah yang membuat Kaisar Nilam Fanxi sebelumnya dapat menerobos. Dan pada akhirnya racun yang tersegel dapat ditundukkan dan efek pil bekerja setelah satu hari pemurnian di tubuh. Kaisar Nilam Fanxi akhirnya bangun dari tidur panjangnya selama ini. Ada wajah teduh ketika dia mulai dapat memandang ke sekeliling, terutama ketika penglihatannya mendapati putri Nilam Guangmei. Tidak ada yang terucap oleh pria tua itu ketika memandang anaknya. Namun, itu adalah perkembangan terbaik yang pernah terjadi selama dia terluka. "Ayah, akhirnya kau bangun." Putri Nilam Guangmei membalas pandang dengan penuh kebahagiaan. Air matanya menetes saking bahagianya. Sosok tua itu menangkap dua sosok lain di penglihatannya lalu bertanya, "Putriku, siapa mereka berdua?"

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 79: Membuat Pil tingkas Emas

    Il-Pyo memberitahu jika Kaisar Nilam Fanxi akan bangun selambat-lambatnya dalam dua bulan ke depan. Setelahnya, usai cukup berdiskusi tentang pembuatan pil, putri Nilam Guangmei menuntun pemuda tersebut ke sebuah ruangan cukup jauh dari kamar Kaisar Nilam Fanxi. Di sana sudah siap berbagai macam bahan, semua adalah herbal yang dikumpulkan kekaisaran selama ini. Tanpa mau membuang waktu Il-Pyo meminta semua orang pergi. Tidak terkecuali untuk Zhou Ye dan putri Nilam Guangmei itu sendiri."Minghao, Haiqiao, kalian bantu aku," pinta Il-Pyo saat ruangan benar-benar hanya tersisa dirinya.Seekor Naga dan seekor kura-kura keluar dari perut pemuda tersebut. Mereka tidak lain adalah entitas kesadaran yang selama ini menemani Il-Pyo. Belum diperintahkan pun mereka langsung memilah bahan yang diminta saat berdiskusi sebelumnya. Il-Pyo memandang bahan-bahan tersebut dengan seksama.Pertama, Buah Langit Es, adalah buah yang lahir di suhu dan tekanan udara rendah. Biasanya ditemui di pegunungan y

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 78: Memeriksa Kaisar

    Saat masuk ruangan, Zhou Ye sepintas memeriksa kaisar Nilam Fanxi menggunakan matanya. Sejurus kemudian dia dapat merasakan racun yang membatasi kaisar Nilam Fanxi. Keadaan tubuh sosok tua yang terbaring di ranjang itu sangat buruk. "Ini racun yang sama seperti ibuku," gumam Zhou Ye merasa kaget. "Dia juga terluka 15 tahun lalu. Tampaknya ini dilakukan oleh orang yang sama." Nilam Guangmei memang pernah mendengar jika ibunya Zhou Ye terluka. Kematiannya terjadi 7 tahun lalu. Jika demikian, racun yang ada di dalam tubuh ayahnya memang berbahaya itu. Siapa sebenarnya orang yang memiliki racun begitu kuat? Keluarga Zhou juga tidak memiliki banyak cara untuk menyelamatkannya. Karena penasaran Il-Pyo ikut memeriksa. Dia memegang nadi dan menanamkan persepsinya pada tubuh kaisar Nilam Fanxi. Minghao serta Haiqiao ikut mendukung dalam upaya Il-Pyo mengetahui apa yang terjadi. Dan ketika selesai, itu lebih parah dari yang sebenarnya Minghao perkirakan saat pertama kali Il-Pyo menjalin ke

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 77: Menemui Putri Nilam Guangmei

    Kedatangan tetua ke sembilan keluarga Hou—Hou Wenxuan—menghentikan Zhou Ye dan Il-Pyo yang ingin meninggalkan kediaman. Mereka terpaksa sejenak menunda keberangkatan. Agaknya Il-Pyo tahu apa yang diinginkan Hou Wenxuan dengan cara mendatanginya. Semua pasti tentang luka Afinitas Leluhur Hou Yanqi yang tidak mudah diobati. Menurut penuturan Zhou Ye, tetua kesembilan keluarga Hou tersebut datang berkali-kali. Namun, Zhou Ye tidak ingin memberitahu Il-Pyo tentang itu selama proses pemulihannya. Kali ini Il-Pyo memang perlu berbicara dengannya sebelum pergi ke istana Kekaisaran. "Ada apa tetua Hou?" Il-Pyo tetap bertanya pada Hou Wenxuan. "Anakku bilang dia sempat menyerap Benih es ketika bersamamu di labirin Pesisir Pantai Putih. Sekarang tubuhnya mengalami perubahan aneh, rambutnya memutih seluruhnya. Dan ketika aku memeriksakan itu ke Paviliun Pil Obat. Mereka mengatakan bahwa Afinitas Leluhur-nya terluka," ucap Hou Wenxuan khawatir. "Apa Alkemis dari Paviliun Pil Obat ada menga

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 76: Keanehan Afinitas dan Atribut Il-Pyo

    Meski sempat melalui jalur di dekat prefektur Qilin, serangan musuh seperti sebelumnya tidak terjadi. Seluruh jenius keluarga Zhou tiba dengan aman 10 hari lebih lambat dibanding keluarga atau fraksi manapun di ibu kota kekaisaran Nilam. Ini cukup membuat gempar, tapi tidak ada rumor aneh yang beredar kenapa bisa mereka terlambat. Di kediaman keluarga Ling, Ling Cao yang awal semula menantikan kabar musnahnya jenius keluarga Zhou harus menelan kekecewaan. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa keluarga Zhou dapat selamat tanpa satupun korban jiwa. Sementara dia tahu betul situasi macam apa yang akan dilalui oleh jenius keluarga Zhou ketika pulang. Dalam kebingungan itu, kesadaran Ling Cao menangkap keberadaan seseorang. Sesosok misterius datang seperti kabut lalu berdiri di depannya. Patriark keluarga Ling tahu sosok yang mengenakan topeng sebatas mata itu. Dia merupakan seseorang di Ranah Kaisar Teknik yang berasal dari prefektur Qilin. "Aku sudah menantikanmu datang. Apa yang se

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 75: Pertanda Pertarungan Besar

    Zhou Ye terbang berlawanan dengan tetua pertama. Dia akan lebih dulu pergi memeriksa Il-Pyo sementara Zhou Ba mengurus musuh yang tertangkap. Ketika sudah sampai di tempat Il-Pyo, gadis itu melihat putri Nilam Guangmei sedang berjaga di sisinya. Sepertinya salah satu jendral kekaisaran tersebut takut akan keselamatan Il-Pyo. Zhou Ye segera menukik mendatangi mereka. Putri Nilam Guangmei tidak sedikitpun menghalangi gadis tersebut memeriksa Il-Pyo. Sementara itu, Zhou Ye paham betul seberapa parah kekasihnya terluka usai memakai mata spesial untuk memeriksa. "Dia memurnikan banyak pil Pemulihan Tubuh sekaligus," pikir Zhou Ye dan menyeret mata ke bagian tubuh lain, tepatnya pada Afinitas Leluhur yang ada di samping dantian Il-Pyo. "Aliran Qi biru di tubuhnya mengalani perubahan warna dan atribut peningkatan kekuatan ikut berubah menjadi pemulihan. Apa ini keistimewaan pemilik Afinitas Leluhur tipe elemental cahaya? Ah, sekarang aku baru menyadarinya. Dia bisa berganti-ganti atribut

DMCA.com Protection Status