Beranda / Fantasi / Pendekar Dekrit Dewa / bab 2: Kecantikan yang Menyihir

Share

bab 2: Kecantikan yang Menyihir

Penulis: Adaha Kena
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku di sini!" Seorang gadis muda mengangkat tangan, melepas topi, dan mengumbar kecantikan yang selama ini tidak pernah terlihat di kota Quan. Matanya yang indah menjadi tajam pada Yuxuan ketika kembali berkata, "Kau akan apa?"

Gadis itu memiliki pupil ungu yang menyihir, kulit putihnya bebas dari noda, warna ungu muda pada pakaiannya menggambarkan kalau dia bukan seorang yang sederhana.

Namun, yang paling membuat Yuxuan berhati-hati adalah kedua sisi gadis itu. Berdiri dua orang dengan hawa keberadaan yang tiba-tiba meningkat. Seolah siap kapan saja mencabik orang yang berani mencari masalah dengan Nona muda mereka.

"Ti—tidak ada!" jawab Yuxuan tersendat-sendat, tubuhnya berkeringat dingin, nyalinya ciut seketika. Wajah sombong yang tadi terpatri berubah menjadi ekspresi seekor anjing penurut.

Yuxuan cepat menarik sebelah kakinya dari tubuh Il-Pyo. Pria dan wanita yang ada di dua sisi gadis itu berada di ranah 'Pengungkit Teknik', setidaknya sudah berada di bintang tiga ranah itu. Tentu Yuxuan pasti kalah jika melawan mereka karena dia sendiri hanya berada di bintang pertama ranah yang sama. Melawan satu saja dia tidak memiliki kesempatan untuk menang.

"Aku dengar kau menipunya. Ajari dia sesuai kesepakatan atau berikan uang yang telah kau curi darinya. Aku anggap permasalahan ini selesai," titah gadis itu kemudian menghela napas.

Yuxuan terhunyung ke belakang karena merasa intimidasi yang kuat. Dua orang di sisi gadis itu melapisi diri mereka dengan Qi, siap akan perintah apa saja dari nona muda mereka.

Keinginan gadis itu berarti perintah mutlak. Tidak boleh sama sekali menyinggungnya. Tapi tentu hal yang mustahil juga mengajari Il-Pyo, pemuda tersebut seorang sampah tanpa Qi. Mengajarinya yang tidak dapat membuka jalur kultivasi akan berakhir seumur hidup.

Yuxuan mau tidak mau merogoh pakaian karena tidak ada pilihan lain. Dengan enggan ia mengembalikan koin sesuai harga makanan yang telah dibayar oleh Il-Pyo untuknya.

"Sial, kenapa keluarga bangsawan terkemuka ada di rumah makan kecil ini?" gumam Yuxuan kebingungan saat bergegas melarikan diri ke arah pintu luar rumah makan.

Il-Pyo bangkit dan mengambil uang yang tercecer di lantai. Langkah kakinya tersendat-sendat akibat rasa sakit yang belum juga pulih.

"Ingin langsung pergi? Kau belum berterima kasih padaku!" tahan gadis yang tadi menolongnya.

Langkah Il-Pyo sontak terhenti, tanpa menoleh dia menjawab, ""Terima kasih."

"Anak ini!" Aura dari dua penjaga gadis itu kembali menguat. "Apa kau tidak diajari orang tuamu cara berterima kasih yang benar?!"

"Aku tidak memiliki orang tua," jawab Il-Pyo parau. Dia kemudian pergi membawa ekspresi yang mengejek diri sendiri.

Gadis yang mendapatkan jawaban ketus itu hanya bisa tersenyum anggun dan mengangkat tangan untuk memberikan isyarat berhenti pada anak buahnya. "Wei Heng, Qiwu, kalau kalian melukainya aku akan memecat kalian."

"Tapi Nona, dia tidak hormat pada Nona!" salah satunya tampak tidak terima.

"Kita berada di pinggiran kota. Wajar kalau orang di sini tidak mengenal sopan santun," jawab gadis itu kemudian berdiri. Dia memasang topi yang sempat dilepaskan tadi. "Lagipula dia adalah orang yang aku cari. Akan sangat buruk kalau kita membuatnya membenci kita padahal sudah jauh-jauh datang ke kota kecil ini."

"A-apa maksud, Nona? Kita ke sini hanya untuk mencari sampah?"

"Dia menarik. Hanya saja kau tak dapat melihatnya, Qiwu. Kita akan mengawasinya untuk beberapa waktu."

Nyala ungu mata gadis itu meredup. Kemudian dia melangkah keluar lebih dulu dari rumah makan. Membawa ekspresi yang lebih cerah dari biasanya.

Wei Heng serta Qiwu saling pandang dan melemparkan tatapan bingung satu sama lain. Jelas kalau anak lelaki tadi tidak berbakat. Energi di tubuhnya saja tidak terasa sama sekali. Di dunia yang mengutamakan kekuatan, dari sisi mana anak bernama Il-Pyo itu menarik?

***

-Dua minggu sebelumnya.

Sebagai satu dari 6 keluarga paling berpengaruh di Kekaisaran Nilam. Kediaman keluarga Zhou adalah tempat yang dipenuhi peraturan di mana pasti ditemukan lorong-lorong kediaman yang tenang. Siapapun tidak dibiarkan keluar masuk dengan mudah. Apalagi untuk bersikap berisik pada waktu malam.

Namun kali ini berbeda, malam dipenuhi aktivitas pencarian sosok berjubah hitam yang tiba-tiba menyusup dan menculik Nona muda mereka. Semua penjaga keamanan keluarga Zhou membawa obor dan memeriksa setiap tempat tanpa terkecuali. Para tetua dan bahkan patriark keluarga ikut bergerak untuk menyelamatkan nona Zhou Ye yang diculik.

Di sisi lain, di atas bangunan kediaman keluarga Zhou. Seorang gadis cantik berhasil membuat celah dan akhirnya lepas dari cengkraman pria misterius yang membekapnya. Dia langsung melayangkan gerakan menyerang. Akan tetapi dengan mudah dihalau dan dikunci hingga kembali tidak dapat bergerak.

"Ternyata hanya tipuan untuk menyerang?" gumam sosok berjubah hitam.

"Apa maum—hmmm ... hmmm ...." Teriakan Zhou Ye kembali diredam paksa dengan bekapan.

"Tenanglah Nona. Untuk sekarang aku bukan orang jahat. Aku dengar Nona mencari calon suami. Aku hanya ingin sedikit membahas hal itu," imbuh pria berjubah hitam.

Hal buruk pasti terjadi jika ia terus berontak, jadi Zhou Ye berusaha bersikap tenang. Tentang dia yang mencari calon suami adalah pembicaraan pribadi bersama ayahnya, Zhou Xun. Para tetua keluarga Zhou sekalipun tidak mengetahui hal tersebut.

Zhou Ye cukup yakin kalau pria yang menculiknya bukanlah orang biasa.

"Lalu apa? Kau ingin mengajukan dirimu? Apa kau berpikir ini sikap yang benar untuk melamar perempuan? Maaf, kau ditolak." Zhou Ye dengan nanar menjawab ketika bekapan di mulutnya dibuka.

"Soal lamaran, bukan aku yang akan melakukannya karena aku sudah terlalu tua. Aku hanya ingin memberitahu kalau dengan mata Nona yang indah akan menemukan pemuda yang menarik di kota Quan. Tolong pertimbangkan untuk menjadi pengantinnya, Nona," jelas pria itu membuat Zhou Ye kebingungan.

"Apa yang sebenarnya kau ing—"

"DI SANA! MEREKA ADA DI ATAS!" teriak salah seorang penjaga menunjuk ke sudut atap kediaman. "Cepat panggil Patriark keluarga dan semua tetua!"

Para penjaga segera melakukan pengepungan dan menunggu para tetua datang. Pria berjubah hitam itu merasakan napas orang-orang penting menuju ke tempatnya. Dia tersenyum karena tidak ingin berbuat lebih jauh lagi.

"Waktuku sudah habis. Cobalah untuk melihat pemuda yang kumaksud di kota Quan. Dia dikenal sebagai sampah yang tidak memiliki Qi." Pria berjubah hitam kemudian melompat memijak udara dan melayang lebih tinggi untuk menjauh. "Aku harus pergi, sampai bertemu lagi," pamitnya.

'Apa-apaan orang aneh ini? Dia menyinggung keluarga Zhou hanya untuk memberitahu hal itu?' benak Zhou Ye bertanya-tanya.

"Kau tidak apa-apa?" Seorang tetua yang datang lebih dulu akhirnya terbang menghampiri Zhou Ye. Sambil memeriksa dia kembali berkata, "apa yang dia lakukan?"

"Aku baik-baik saja tetua ke tiga."

Kepala keluarga Zhou serta beberapa tetua akhirnya datang. Dengan Qi masing-masing yang dipadatkan mereka memberi serangan menuju pria yang belum sepenuhnya pergi. Bagaimanapun mereka tidak dapat membiarkan penculik itu kabur. Namun, serangan mereka ditepis dengan mudah.

Patriark keluarga Zhou tersentak sendiri setelah merasakan betapa kuatnya napas dari sang penculik. "A—apa dia berada di ranah Bencana?!"

"Ranah bencana?" Tetua yang lain ikut keheranan.

Ahli beladiri yang berada tingkatan kultivasinya di atas ranah 'Kaisar Teknik' disebut sebagai ranah Bencana. Keberadaan mereka erat kaitannya dengan kekacauan 15 tahun lalu. Di Kekaisaran Nilam sendiri, hanya ada praktisi ranah Kaisar Teknik sebagai yang tertinggi. Kemunculan orang kuat itu membuat Zhou Xun sedikit khawatir.

"Patriark keluarga, Zhou Ye baik-baik saja," lapor tetua ke-3 keluarga Zhou ketika bergabung ke sisi mereka. Dia kemudian mengikuti garis pandang semua orang penting di keluarga Zhou itu. "Apa Kita perlu meminta bantuan sekte Mata Pedang untuk membentuk kelompok pengejaran?"

"Yang penting putriku aman. Sebaiknya tidak memprovokasi orang sepertinya selagi tidak ada hal buruk yang dia lakukan. Orang sepertinya dapat menghancurkan sebuah kota sendirian. Kalau dia berniat buruk pada keluarga kita itu pasti sudah dia lakukan sejak tadi," balas Zhou Xun terpaku lebih dalam setelah sosok itu menyatu dengan gelapnya malam.

'Apa yang dinginkan pria kuat itu dari keluargaku? Apa ini berkaitan dengan istriku?' batinnya.

***

Matahari di ufuk barat sudah mulai kehilangan jingganya ketika langkah Il-Pyo sampai di gubuk tua yang selama ini dia tinggali. Meski tempat tinggalnya berada di pinggiran hutan Beast Terlarang dan selama ini tidak pernah ada kasus Beast yang pernah menyerang ke sana, hewan buas adalah pengecualian. Terkadang sekelompok serigala datang ke sisi hutan karena alasan tertentu.

Il-Pyo tidak akan mampu melawan jika hewan buas benar-benar datang. Jadi dia segera masuk dan berbaring karena tidak ada hal yang bisa dia lakukan ketika malam tiba. Besok dia harus kembali menebang pohon untuk memastikan perutnya tetap terisi.

Di sela usahanya pergi ke dunia mimpi. Untuk kesekian banyak kali kemarahan merambat di pikiran Il-Pyo. Bukan hanya tertuju pada Yuxuan yang tadi siang menipunya. Tetapi juga pada dirinya sendiri yang tidak berdaya saat diperlakukan tidak adil, bahkan sampai ditolong oleh seorang gadis.

"AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH MENJADI KUAAAAAAAAAAT!" teriak Il-Pyo kesal akan takdirnya.

Sementara itu, pada rimbunnya pepohonan di luar gubuk, salah seorang gadis yang bertengger di dahan pohon terkejut mendengarkan teriakan cukup nyaring tersebut.

Gadis itu tersenyum dan kemudian berkata, "Dia pemuda yang menarik. Kita akan bertahan di kota ini sampai aku memutuskan untuk merekrutnya ke keluarga Zhou."

"Apa menariknya tinggal di pinggir hutan? Bukankah seharusnya itu sesuatu yang bodoh? Lihat saja! Hanya dia yang cukup bodoh berteriak dan tinggal di tempat berbahaya seperti ini."

"Apa kau meragukan penglihatan Nona mudamu ini?" tanya Zhou Ye sedikit tidak senang Qiwu menyela.

Bab terkait

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 3: Dicampakkan Teman Kecil

    Keesokan harinya Il-Pyo kembali memasuki pinggiran hutan Beast Terlarang sebagaimana biasanya ia memulai hari. Dia lekas memilah pohon yang cocok untuk dijadikan kayu bakar tanpa berani masuk terlalu dalam. Bisa bahaya kalau dia diserang Beast tingkat Rendah Awal sekalipun. Kapak yang Il-Pyo gunakan untuk mulai menebang pohon adalah satu-satunya harta peninggalan nenek tua yang merawatnya sejak kecil. Bisa dikatakan sekarang ia hidup sebatang kara semenjak nenek tua itu meninggal 3 tahun lalu. Dari penjelasan nenek tua itu, saat kekacauan 15 tahun lalu, dia dititipkan oleh seorang perempuan misterius yang mengenakan cadar. Jadi, Il-Pyo berpikir kalau dia sudah dibuang dan menjadi tidak begitu peduli dari mana dia berasal dan siapa sebenarnya orang tuanya. Usai menebang pohon yang tidak terlalu besar dan membawanya ke sisi gubuk tua dengan susah payah. Kayu-kayu yang kemarin sudah dipotong, dikapak, dan dirasa cukup kering usai dijemur dikumpulkan satu-persatu. Il-Pyo menggendong ka

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 4: Pemurnian tubuh

    Setelah menelan pil dan memurnikannya selama 1 jam. Banyak dari pemuda yang mengikuti pemurnian tubuh jatuh pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakit. Sementara itu, Il-Pyo masih tak merasakan perubahan sedikitpun pada tubuhnya. Sungguh pemandangan yang kontras untuk dilihat semua orang. Il-Pyo tak mengeluarkan sebulir keringat pun bahkan setelah 2 jam berlalu semenjak ia menelan Pil. Padahal pemuda lain sudah kuyup dengan keringat dan lendir di tubuh mereka. 'Anak itu? Apa sebelumnya dia pernah memurnikan tubuh?' pikir tetua Paviliun Pil Obat yang melihat Il-Pyo tidak bereaksi. Memurnikan tubuh di bawah umur 15 tahun bukanlah hal yang sepenuhnya mustahil. Beberapa Jenius muda dari 6 keluarga terkemuka di ibu kota Kekaisaran Nilam melakukannya di bawah ketetapan itu. Umur 15 tahun hanyalah standar ideal, di mana seseorang tidak akan memiliki risiko ketika memurnikan tubuh untuk memulai kultivasi. Ketika semua telah usai dan berhasil memurnikan tubuh. Li Mei merasa malu dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

    Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon. Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya. "Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?" Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain. Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapa

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 6: Afinitas Leluhur

    Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 7: Jenius Tanpa Qi

    Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 8: Pertempuran

    Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 9: Bangkitnya Bakat Il-Pyo

    Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 10: Kecurigaan Keluarga Lain

    Sangat sulit menentukan arah ketika berada di hutan yang gelap. Apalagi setelah masukinya terlalu dalam. Supaya tidak lebih jauh tersesat, Zhou Ye terpaksa mengaktifkan Purple Eyes dengan sisa energinya. Memungkinkan ia mengetahui ke arah mana harus pergi sekaligus berguna untuk menghindari bertemu Beast di tengah jalan. "Sebentar lagi kita akan sampai di pinggiran hutan ... sisanya kuserahkan padamu." Setelah sekian lama memaksakan diri menentukan arah, cahaya ungu pada kedua netra gadis itu akhirnya memudar. Kepalanya sontak terkulai tanpa tenaga bersandar pada tubuh Il-Pyo. "Kau pingsan?" Tidak ada jawaban, tanda kalau gadis di gendongannya tidak lagi terjaga. Il-Pyo mempercepat langkah ke luar hutan membawa ekspresi cemas. Zhou Ye harus segera mendapatkan penanganan, imbas pertarungan tadi seharusnya bukan hal yang menghasilkan sedikit luka. Ketika berhasil keluar dari kepungan pepohonan, Il-Pyo dibuat terkejut oleh kedatangan seseorang ya

Bab terbaru

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 83: Awal Perang Internal

    Telah dikonfirmasi jika ribuan pasukan dari prefektur Qilin langsung menuju ibu kota kekaisaran Nilam. Berbanding terbalik dengan persiapan mereka yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Persiapan di pihak kekaisaran Nilam begitu minim dan terkesan terburu-buru. Namun, semua persiapan berjalan sebaik usaha tertinggi mereka. Di kediaman keluarga Zhou, Il-Pyo bermeditasi seusai memulihkan diri karena membuat banyak pil. Dia kemudian bergabung dengan keluarga Zhou yang akan pergi menumpas keluarga Ling. Selagi musuh dari prefektur Qilin belum sampai, mereka harus berfokus diri menghancurkan keluarga yang berkhianat terlebih dahulu. Begitupun dengan keluarga Hou, mereka siap dengan tugas pertempuran melawan keluarga Zhong. Persiapan begitu mereka usahakan demi sesedikit mungkin mengalami kerugian. Seluruh orang kuat keluarga Hou sudah cukup siap ketika menyerang keluarga Zhong. "Aku rasa mereka akan bergerak sangat cepat untuk menerobos ibu kota. Keluarga Zhong dan keluarga Ling merupak

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 82: Pertanda Perang

    Seperginya dari kediaman keluarga Hou, Zhou Ye serta Il-Pyo lanjut mengunjungi keluarga Liao dan Jiang. Keluarga Liao dengan mudah menyetujui pengajuan aliansi karena dendam mereka saat di Pesisir Pantai Putih. Bagaimanapun saat itu banyak jenius keluarga Liao terbunuh karena kecurangan keluarga Zhong dan Ling. Hal ini lebih ke arah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin mereka tolak.Di sisi lain, keluarga Jiang tampaknya paham situasinya lebih dari itu, mereka sedikit lagu dengan keadaan Kaisar sekalipun sudah dipulihkan. Namun, dengan pendekatan Il-Pyo sebagai Alkemis, keluarga Jiang yang tadinya bersikap netral akhirnya mau memihak. Begitupun dengan keluarga-keluarga lain yang lebih lemah, Zhou Ye serta Il-Pyo mampu meyakinkan mereka untuk berpihak pada kekaisaran. Yang menjadi masalah adalah kapan pertarungan puncaknya nanti. Untuk mengambil alih ibu kota orang-orang dari prefektur Qilin pasti akan segera datang membawa pasukannya. Perang internal sama sekali tidak dapat dihi

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 81: Memastikan Pengkhianat Kekaisaran

    Aliran waktu membawa Zhou Ye dan Il-Pyo pada keberhasilan penyelesaian latihan mereka. Inti Beast yang Il-Pyo serap merupakan inti Beast yang lebih baik dari yang selama ini dia dapat. meskipun begitu, tetap saja dia hanya berhasil maju sebanyak dua tingkat. Sekarang Il-Pyo berada di ranah Pengungkit Teknik bintang lima, ranah yang masih belum cukup jika dihadapkan pada pertarungan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa dukungan pil Terlarang dia ragu dapat melawan ahli Penguasa Teknik di bintang dua ke atas. Di sebelahnya, Zhou Ye telah memurnikan semua efek pil Ketahanan Tubuh ke seluruh tubuh. Sebelumnya dia tidak pernah meningkatkan kemampuan tubuh karena percaya musuh tidak akan mampu mendekat. Namun, sekarang pembuluh darah gadis itu serasa dialiri oleh besi yang melebur dan menguatkan ketahan maupun kekuatan fisiknya. Zhou Ye merasa dia tidak akan kesulitan lagi bahkan tanpa teknik tipe pertahanannya. "Aku akan menerima teknik Leluhur. Apa kah kau ingin menungguku?" tanya Il-

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 80: Bangunnya Sang Kaisar

    Zhou Ye dapat melihat pertarungan efek pil dan racun yang terjadi di tubuh Kaisar Nilam Fanxi. Jika tidak di ranah Bencana, dia yakin yang mulia Kaisar tidak akan mampu menahan pertentangan itu. Zhou Ye rasa niat hidup yang begitu kuatlah yang membuat Kaisar Nilam Fanxi sebelumnya dapat menerobos. Dan pada akhirnya racun yang tersegel dapat ditundukkan dan efek pil bekerja setelah satu hari pemurnian di tubuh. Kaisar Nilam Fanxi akhirnya bangun dari tidur panjangnya selama ini. Ada wajah teduh ketika dia mulai dapat memandang ke sekeliling, terutama ketika penglihatannya mendapati putri Nilam Guangmei. Tidak ada yang terucap oleh pria tua itu ketika memandang anaknya. Namun, itu adalah perkembangan terbaik yang pernah terjadi selama dia terluka. "Ayah, akhirnya kau bangun." Putri Nilam Guangmei membalas pandang dengan penuh kebahagiaan. Air matanya menetes saking bahagianya. Sosok tua itu menangkap dua sosok lain di penglihatannya lalu bertanya, "Putriku, siapa mereka berdua?"

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 79: Membuat Pil tingkas Emas

    Il-Pyo memberitahu jika Kaisar Nilam Fanxi akan bangun selambat-lambatnya dalam dua bulan ke depan. Setelahnya, usai cukup berdiskusi tentang pembuatan pil, putri Nilam Guangmei menuntun pemuda tersebut ke sebuah ruangan cukup jauh dari kamar Kaisar Nilam Fanxi. Di sana sudah siap berbagai macam bahan, semua adalah herbal yang dikumpulkan kekaisaran selama ini. Tanpa mau membuang waktu Il-Pyo meminta semua orang pergi. Tidak terkecuali untuk Zhou Ye dan putri Nilam Guangmei itu sendiri."Minghao, Haiqiao, kalian bantu aku," pinta Il-Pyo saat ruangan benar-benar hanya tersisa dirinya.Seekor Naga dan seekor kura-kura keluar dari perut pemuda tersebut. Mereka tidak lain adalah entitas kesadaran yang selama ini menemani Il-Pyo. Belum diperintahkan pun mereka langsung memilah bahan yang diminta saat berdiskusi sebelumnya. Il-Pyo memandang bahan-bahan tersebut dengan seksama.Pertama, Buah Langit Es, adalah buah yang lahir di suhu dan tekanan udara rendah. Biasanya ditemui di pegunungan y

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 78: Memeriksa Kaisar

    Saat masuk ruangan, Zhou Ye sepintas memeriksa kaisar Nilam Fanxi menggunakan matanya. Sejurus kemudian dia dapat merasakan racun yang membatasi kaisar Nilam Fanxi. Keadaan tubuh sosok tua yang terbaring di ranjang itu sangat buruk. "Ini racun yang sama seperti ibuku," gumam Zhou Ye merasa kaget. "Dia juga terluka 15 tahun lalu. Tampaknya ini dilakukan oleh orang yang sama." Nilam Guangmei memang pernah mendengar jika ibunya Zhou Ye terluka. Kematiannya terjadi 7 tahun lalu. Jika demikian, racun yang ada di dalam tubuh ayahnya memang berbahaya itu. Siapa sebenarnya orang yang memiliki racun begitu kuat? Keluarga Zhou juga tidak memiliki banyak cara untuk menyelamatkannya. Karena penasaran Il-Pyo ikut memeriksa. Dia memegang nadi dan menanamkan persepsinya pada tubuh kaisar Nilam Fanxi. Minghao serta Haiqiao ikut mendukung dalam upaya Il-Pyo mengetahui apa yang terjadi. Dan ketika selesai, itu lebih parah dari yang sebenarnya Minghao perkirakan saat pertama kali Il-Pyo menjalin ke

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 77: Menemui Putri Nilam Guangmei

    Kedatangan tetua ke sembilan keluarga Hou—Hou Wenxuan—menghentikan Zhou Ye dan Il-Pyo yang ingin meninggalkan kediaman. Mereka terpaksa sejenak menunda keberangkatan. Agaknya Il-Pyo tahu apa yang diinginkan Hou Wenxuan dengan cara mendatanginya. Semua pasti tentang luka Afinitas Leluhur Hou Yanqi yang tidak mudah diobati. Menurut penuturan Zhou Ye, tetua kesembilan keluarga Hou tersebut datang berkali-kali. Namun, Zhou Ye tidak ingin memberitahu Il-Pyo tentang itu selama proses pemulihannya. Kali ini Il-Pyo memang perlu berbicara dengannya sebelum pergi ke istana Kekaisaran. "Ada apa tetua Hou?" Il-Pyo tetap bertanya pada Hou Wenxuan. "Anakku bilang dia sempat menyerap Benih es ketika bersamamu di labirin Pesisir Pantai Putih. Sekarang tubuhnya mengalami perubahan aneh, rambutnya memutih seluruhnya. Dan ketika aku memeriksakan itu ke Paviliun Pil Obat. Mereka mengatakan bahwa Afinitas Leluhur-nya terluka," ucap Hou Wenxuan khawatir. "Apa Alkemis dari Paviliun Pil Obat ada menga

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 76: Keanehan Afinitas dan Atribut Il-Pyo

    Meski sempat melalui jalur di dekat prefektur Qilin, serangan musuh seperti sebelumnya tidak terjadi. Seluruh jenius keluarga Zhou tiba dengan aman 10 hari lebih lambat dibanding keluarga atau fraksi manapun di ibu kota kekaisaran Nilam. Ini cukup membuat gempar, tapi tidak ada rumor aneh yang beredar kenapa bisa mereka terlambat. Di kediaman keluarga Ling, Ling Cao yang awal semula menantikan kabar musnahnya jenius keluarga Zhou harus menelan kekecewaan. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa keluarga Zhou dapat selamat tanpa satupun korban jiwa. Sementara dia tahu betul situasi macam apa yang akan dilalui oleh jenius keluarga Zhou ketika pulang. Dalam kebingungan itu, kesadaran Ling Cao menangkap keberadaan seseorang. Sesosok misterius datang seperti kabut lalu berdiri di depannya. Patriark keluarga Ling tahu sosok yang mengenakan topeng sebatas mata itu. Dia merupakan seseorang di Ranah Kaisar Teknik yang berasal dari prefektur Qilin. "Aku sudah menantikanmu datang. Apa yang se

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 75: Pertanda Pertarungan Besar

    Zhou Ye terbang berlawanan dengan tetua pertama. Dia akan lebih dulu pergi memeriksa Il-Pyo sementara Zhou Ba mengurus musuh yang tertangkap. Ketika sudah sampai di tempat Il-Pyo, gadis itu melihat putri Nilam Guangmei sedang berjaga di sisinya. Sepertinya salah satu jendral kekaisaran tersebut takut akan keselamatan Il-Pyo. Zhou Ye segera menukik mendatangi mereka. Putri Nilam Guangmei tidak sedikitpun menghalangi gadis tersebut memeriksa Il-Pyo. Sementara itu, Zhou Ye paham betul seberapa parah kekasihnya terluka usai memakai mata spesial untuk memeriksa. "Dia memurnikan banyak pil Pemulihan Tubuh sekaligus," pikir Zhou Ye dan menyeret mata ke bagian tubuh lain, tepatnya pada Afinitas Leluhur yang ada di samping dantian Il-Pyo. "Aliran Qi biru di tubuhnya mengalani perubahan warna dan atribut peningkatan kekuatan ikut berubah menjadi pemulihan. Apa ini keistimewaan pemilik Afinitas Leluhur tipe elemental cahaya? Ah, sekarang aku baru menyadarinya. Dia bisa berganti-ganti atribut

DMCA.com Protection Status