Home / Fantasi / Pendekar Dekrit Dewa / bab 3: Dicampakkan Teman Kecil

Share

bab 3: Dicampakkan Teman Kecil

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2023-11-02 07:29:23

Keesokan harinya Il-Pyo kembali memasuki pinggiran hutan Beast Terlarang sebagaimana biasanya ia memulai hari. Dia lekas memilah pohon yang cocok untuk dijadikan kayu bakar tanpa berani masuk terlalu dalam. Bisa bahaya kalau dia diserang Beast tingkat Rendah Awal sekalipun.

Kapak yang Il-Pyo gunakan untuk mulai menebang pohon adalah satu-satunya harta peninggalan nenek tua yang merawatnya sejak kecil. Bisa dikatakan sekarang ia hidup sebatang kara semenjak nenek tua itu meninggal 3 tahun lalu.

Dari penjelasan nenek tua itu, saat kekacauan 15 tahun lalu, dia dititipkan oleh seorang perempuan misterius yang mengenakan cadar. Jadi, Il-Pyo berpikir kalau dia sudah dibuang dan menjadi tidak begitu peduli dari mana dia berasal dan siapa sebenarnya orang tuanya.

Usai menebang pohon yang tidak terlalu besar dan membawanya ke sisi gubuk tua dengan susah payah. Kayu-kayu yang kemarin sudah dipotong, dikapak, dan dirasa cukup kering usai dijemur dikumpulkan satu-persatu. Il-Pyo menggendong kayu-kayu tersebut di punggung setelah diikat kuat. Kemudian segera membawanya pergi ke pasar untuk ditukar dengan beberapa koin.

Ketika memasuki pintu pasar terbesar di kota Quan. Sekelompok remaja yang hampir setiap hari mengganggunya datang menghampiri, seakan mereka memang sengaja menunggu Il-Pyo di sana.

"Aku dengar semalam kau lagi-lagi membuat keributan di rumah makan. Sampai kapan kau dapat menerima takdirmu sebagai sampah?" ejek seorang pemuda bernama Wen Lan.

Awalnya Il-Pyo ingin mengabaikan mereka sebisa mungkin. Akan tetapi di antara mereka ada gadis yang cukup dekat dengannya, gadis tersebut bernama Xie. Biasanya Xie tidak akan terlibat dengan Wen Lan dan teman temannya.

"Xie, kenapa kau bersama mereka?"

"Kenapa? Apa kau sekarang marah kekasihmu kurebut, Il-Pyo?" sambar pemuda dari keluarga Wen tersebut sebelum Xie dapat menjawab.

Pemuda lain di sisi Wen Lan menambahkan, "Sampah sepertimu tidak pantas bergaul dengan Xie!"

"Dia bukan kekasihku! Mana mungkin aku mau menjalin hubungan dengan sampah sepertinya. Sebelumnya aku terpaksa berteman dengannya hanya karena kasihan dia terus memberikanku makanan," bantah Xie cepat.

Xie cukup dekat dengan Il-Pyo sebelumnya. Dia adalah anak dari pedagang beras yang biasanya membantu Il-Pyo ketika dia tidak berhasil menjual banyak kayu bakar. Sebagai ganti rasa terima kasih, Il-Pyo biasanya memberikan buah-buahan yang dia dapat di hutan kepada Xie.

Dia tidak memiliki perasaan cinta pada Xie. Karena bagi Il-Pyo kekuatan adalah satu-satunya yang dia inginkan. Namun ucapan Xie yang merendahkan dirinya tetap terasa menyakitkan. Apalagi setelah banyak waktu yang mereka habiskan bersama.

"Takutnya lama-kelamaan kau akan menjadi sampah sepertinya. Keputusanmu untuk tidak lagi berteman dengannya adalah hal yang baik. Aku bisa membawamu mencari peruntungan mengikuti ujian masuk sekte Mata Pedang!"

Xie tampak antusias mendengar ucapan dari Wen Lan. "A-apa aku bisa masuk Sekte Mata Pedang?"

"Tentu saja, kau berada di ranah Semi Petarung bintang dua. Setidaknya, jauh lebih berguna dari sampah di depanmu ini," tukas Wen Lan.

Ranah 'Semi Petarung' adalah tingkatan paling dasar yang terdiri dari 9 lapisan bintang. Walaupun ada beberapa kondisi berbeda, pada ranah ini seseorang hanya dapat mengukur Qi mereka dengan batu spiritual tanpa bisa menyerap Qi sekitar ataupun melatihnya.

Kenaikan di ranah ini sangat lambat karena bergantung pada bakat dan berdasarkan usia. Pada ranah Semi Petarung, umumnya usia 15 tahun barulah seseorang sudah mulai dengan mudah berlatih menyerap energi Qi di sekitar, itupun harus melalui Pemurnian Tubuh terlebih dahulu.

"Aku juga akan mengikuti ujian sekte Mata Pedang. Kita bisa pergi bersama jika kau ingin," ajak Il-Pyo.

Xie langsung melayangkan sorot mengejek mendengar perkataan Il-Pyo. Dia menjawab, "Dengan tubuhmu yang tidak memiliki Qi? Apa kau bermimpi? Kau hanya akan mempermalukanku jika aku ikut denganmu."

"Lucu sekali, Il-Pyo! Dibandingkan menjadi petarung. Kau lebih cocok menjadi pencari kayu bakar dan menua di gubuk reutmu itu," tambah Wen Lan.

"Aku pasti akan menjadi murid sekte Mata Pedang, Xie! Aku janji akan membantumu juga," bujuk Il-Pyo lagi dengan sungguh-sungguh. Berharap Xie tidak ikut dengan Wen Lan dan teman-temannya.

"Pasti?" Xie terkekeh jijik saat mendengarnya. "Kau itu sampah! Aku sudah muak mendengar mimpi-mimpimu yang tidak masuk akal!"

"Ah, aku juga sampai bosan menghajar Il-Pyo untuk cepat membangunkannya dari mimpi, Xie.”

Wen Lan mengangguk setuju pada gadis itu. Tidak ia sangka Xie akan termakan hasutan hanya dengan janji mengikuti seleksi sekte Mata Pedang.

Wen Lan lalu beralih menatap Il-Pyo dan kembali berkata, "Aku dan Xie harus bersiap memurnikan tubuh minggu depan. Bersyukurlah hari ini kau akan pulang ke gubuk tua itu tanpa membawa luka seperti biasa. Sampai jumpa lagi ... sampah!"

Wen Lan dan kelompoknya kemudian pergi dengan gelak tawa. Tuan muda dari keluarga nomor dua di kota Quan tersebut sudah merasa puas. Jadi dia tidak lagi memedulikan Il-Pyo. Meninggalkan pemuda itu yang dipenuhi ekspresi masam.

***

Seminggu berlalu dan seluruh generasi muda kota Quan sudah berkumpul pada satu tempat di tengah kota. Tidak hanya terbatas pada mereka yang mencapai usia aman memurnikan tubuh, tetapi juga untuk mereka yang ingin melihat bakat para pemuda di kota Quan. Bahkan perwakilan dari Kekaisaran Nilam serta Alkemis yang diutus oleh Paviliun Pil Obat turut datang.

Kesempatan memurnikan tubuh ini serentak diadakan setiap 1 tahun sekali. Kebetulan tahun ini Il-Pyo sudah bisa turut serta memurnikan tubuh. Dengan harapan dapat memulai kultivasi, ia datang cukup awal dari yang lain.

Barisan jauh di belakang Il-Pyo yang semula rapi menjadi acak kembali ketika seorang gadis cantik berjalan. Membuat semua pemuda menyingkir dan menyerahkan tempat mereka dengan senang hati padanya. gadis cantik dari keluarga nomor satu di kota Quan itu bernama Li Mei. Tidak ada yang tidak mengagumi sosok eloknya.

"Silahkan berdiri di sini Nona Li.” Seorang pemuda mempersilahkan. Namun gadis tersebut terus melangkah lebih jauh ke depan dan dengan senang hati pemuda lain memberikan tempatnya.

Hingga langkah Li Mei itu akhirnya terhenti ketika mendapati seorang pemuda lusuh yang menghalangi jalannya. Dia berdecak tidak senang, "Kau! Kau ingin mati, hah?"

Il-Pyo menoleh heran, "Aku?"

"Iya, siapa lagi yang menghalangi jalanku? Aku ingin berada di depan untuk melihat tokoh penting. Berikan posisimu untukku," tegasnya.

"Aku lebih dulu berada di sini. Harusnya kau datang lebih dulu jika menginginkan tempat ini. Aku tidak akan memberikannya padamu," tolak Il-Pyo. Dia sengaja datang lebih awal untuk mendapatkan tempat yang bagus.

Gadis itu menjadi marah ketika Il-Pyo mengabaikannya. Kemudian fokus pemuda tersebut tertuju pada tokoh penting yang naik ke atas panggung. Di sana, terdapat juga dua buah monumen yang setiap tahunnya digunakan untuk melihat tingkatan kultivasi serta tipe Afinitas Leluhur seseorang usai memurnikan tubuh.

Li Mei merasa tidak akan berakhir baik jika dia mengacau di depan orang-orang penting itu sekalipun dia berasal dari keluarga Li. Ayahnya pernah mengatakan keluarga Li tidaklah begitu berarti jika dibandingkan dengan mereka yang berada di luar kota Quan. Akhirnya, gadis itu terpaksa berdiri di belakang Il-Pyo. Dari sana, cukup sulit melihat tokoh-tokoh yang dikatakan ayahnya memegang peranan penting.

"Abaikan ketidaknyamanan kalian untuk duduk di tempat yang kalian pijak sekarang. Paviliun Pil Obat akan membagikan pil Pemurnian Tubuh. Perlu diketahui, meskipun kalian sudah mencapai usia yang aman untuk memurnikan tubuh. Bukan berarti tidak akan ada halangan ketika melakukannya," jelas tetua Paviliun Pil Obat.

Beberapa murid Paviliun Pil Obat membagikan Pil pada sekian ratus generasi muda yang mengikuti pemurnian tubuh. Il-Pyo segera menelan pil yang diberikan padanya lalu duduk bersila di lantai seperti yang lain.

Dia mengintip dengan sebelah matanya di tengah orang-orang yang sedang fokus memurnikan tubuh mereka. Semua orang tampak berkeringat dan meringis ketika tubuh mereka mulai bereaksi. Il-Pyo sama sekali tidak paham karena tubuhnya tidak menerima sinyal apapun seperti yang dikatakan.

'Apa pil yang diberikan padaku palsu?' pikir Il-Pyo di dalam hati.

Related chapters

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 4: Pemurnian tubuh

    Setelah menelan pil dan memurnikannya selama 1 jam. Banyak dari pemuda yang mengikuti pemurnian tubuh jatuh pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakit. Sementara itu, Il-Pyo masih tak merasakan perubahan sedikitpun pada tubuhnya. Sungguh pemandangan yang kontras untuk dilihat semua orang. Il-Pyo tak mengeluarkan sebulir keringat pun bahkan setelah 2 jam berlalu semenjak ia menelan Pil. Padahal pemuda lain sudah kuyup dengan keringat dan lendir di tubuh mereka. 'Anak itu? Apa sebelumnya dia pernah memurnikan tubuh?' pikir tetua Paviliun Pil Obat yang melihat Il-Pyo tidak bereaksi. Memurnikan tubuh di bawah umur 15 tahun bukanlah hal yang sepenuhnya mustahil. Beberapa Jenius muda dari 6 keluarga terkemuka di ibu kota Kekaisaran Nilam melakukannya di bawah ketetapan itu. Umur 15 tahun hanyalah standar ideal, di mana seseorang tidak akan memiliki risiko ketika memurnikan tubuh untuk memulai kultivasi. Ketika semua telah usai dan berhasil memurnikan tubuh. Li Mei merasa malu dengan

    Last Updated : 2023-11-02
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

    Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon. Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya. "Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?" Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain. Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapa

    Last Updated : 2023-11-17
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 6: Afinitas Leluhur

    Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap

    Last Updated : 2023-11-18
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 7: Jenius Tanpa Qi

    Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak

    Last Updated : 2023-11-19
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 8: Pertempuran

    Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i

    Last Updated : 2023-11-20
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 9: Bangkitnya Bakat Il-Pyo

    Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.

    Last Updated : 2023-11-21
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 10: Kecurigaan Keluarga Lain

    Sangat sulit menentukan arah ketika berada di hutan yang gelap. Apalagi setelah masukinya terlalu dalam. Supaya tidak lebih jauh tersesat, Zhou Ye terpaksa mengaktifkan Purple Eyes dengan sisa energinya. Memungkinkan ia mengetahui ke arah mana harus pergi sekaligus berguna untuk menghindari bertemu Beast di tengah jalan. "Sebentar lagi kita akan sampai di pinggiran hutan ... sisanya kuserahkan padamu." Setelah sekian lama memaksakan diri menentukan arah, cahaya ungu pada kedua netra gadis itu akhirnya memudar. Kepalanya sontak terkulai tanpa tenaga bersandar pada tubuh Il-Pyo. "Kau pingsan?" Tidak ada jawaban, tanda kalau gadis di gendongannya tidak lagi terjaga. Il-Pyo mempercepat langkah ke luar hutan membawa ekspresi cemas. Zhou Ye harus segera mendapatkan penanganan, imbas pertarungan tadi seharusnya bukan hal yang menghasilkan sedikit luka. Ketika berhasil keluar dari kepungan pepohonan, Il-Pyo dibuat terkejut oleh kedatangan seseorang ya

    Last Updated : 2023-11-22
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 11: Perang Dingin Para Jenius Muda

    Setelah para tetua terbang pergi, yang tersisa di sisi hutan Beast Terlarang hanyalah jenius muda dari berbagai keluarga. Satu sama lain dari mereka saling melayang tatapan tajam dan tidak ingin kalah. Padahal, tidak satupun dari keluarga mereka memiliki hubungan yang buruk."Ayo pulang!" Zhou Yubei sama sekali tidak ingin berlama-lama terjebak di atmosfer tidak mengenakan. Ia berniat membawa Il-Pyo pulang, tetapi tidak sampai beberapa langkah dia berhenti. "Kenapa tidak segera mengikutiku? Apa kau tuli?" panggilnya lagi dengan kesal pada pemuda yang mengindahkan ajakannya. Il-Pyo sepintas membalas tatapan Zhou Yubei yang mengandung kemarahan, sebelum akhirnya melangkah ke hadapan Ling Xiao. "Nanti aku pasti akan membalas seranganmu tadi!" tegas Il-Pyo dengan tajam lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan tepat itu. Peringatan Il-Pyo membuat semua mata jenius muda melotot ingin keluar, tidak terkecuali Zhou Yubei. Selain berbeda generasi, bakat Ling Xiao bukanlah isapan jempol. P

    Last Updated : 2023-11-23

Latest chapter

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 89: Es dan Angin

    Pola lingkaran Qi ungu raksasa terbentuk di langit. Untaian benang Qi berukuran besar keluar jatuh dari sana, seakan-akan kerangka langitlah yang sedang runtuh ke bumi. Tidak hanya satu, tapi bertumpuk-tumpuk lapisan jaring. Di saat yang sama Ling Cao melompat dari gagaknya. Teknik yang sudah diperkuatnya tersebut terbang cepat menuju di mana Zhou Xun berada. Tentu saja sebelum mencapai target, serangan tersebut terlebih dahulu harus menembus jaring yang dijatuhkan berlapis-lapis. Peraduan yang menghempas udara terjadi. "Tc, apa ini yang disebut sebagai teknik penjerat terkuat keluarga Zhou?" gumam Ling Cao sambil terus mengupayakan tekniknya mengalahkan teknik Zhou Xun. Jaring-Jaring Qi baru berjatuhan ketika ada lapisan jaring yang ditembus. Seiring dengan hal tersebut, energi Zhou Xun berkurang banyak. Pada dasarnya teknik 'Simpul Langit yang Mendalam' adalah teknik kebangaan keluarga Zhou. Teknik yang dikatakan memiliki atribut penjerat Qi terkuat. Atribut ini mengurangi e

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 88: Zhou Xun VS Ling Cao

    Usai semua anggota keluarga Zhou pergi membantu ke garis depan peperangan. Di langit kediaman keluarga Ling kini tersisa Zhou Xun dan juga Ling Cao. Dominasi Aura yang terlepas dari keduanya berusaha saling menekan. "Baiklah, aku akan mencari seluruh keluarga Zhou setelah lebih dulu mengalahkanmu," ucap Ling Cao saat Zhou Xun sepenuhnya berhasil membuat suruh anggota keluarga Zhou lepas darinya."Pastikan itu tidak sebaliknya, karena di sini akulah yang akan membunuhmu. Kau harus ingat bahwa keluarga Zhou adalah keluarga nomor satu penopang Kekaisaran," jawab Zhou Xun sudah terlalu muak dengan permusuhan mereka. "Hutang pencegatan jenius keluargaku saat kembali dari Pesisir Pantai Putih juga akan kita selesaikan di sini."Sebagai patriark di keluarga masing-masing, belum pernah Zhou Xun dan Ling Cao bentrok secara langsung. Hari ini adalah pertama kalinya Afinitas Leluhur tipe Pembunuh terbaik akan ditentukan. Ling Cao dengan pemilik Afinitas Leluhur gagak putuh, atau Zhou Xun dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 87: Dua Orang Ranah Bencana

    "Kau tidak apa-apa?" tanya Zhou Ye berjalan menghampiri Il-Pyo.Sebelum berhasil menyerang Nangong Yixin, Il-Pyo terlebih dahulu terkena tendangan berapi dan juga bola-bola api. Meski dia menggunakan Afinitas Leluhur untuk memperoleh pemulihan, dia tetaplah menerima serangan yang mengkhawatirkan."Tenang saja, ini tidak akan menjadi masalah," jawab Il-Pyo.Il-Pyo kembali merubah Afinitas Leluhur-nya menjadi tipe cahaya hijau. Digabung efek dua pil yang dia telan, pemulihan menjadi sangat cepat. Dia bangkit berdiri dan menghampiri tubuh Nangong Yixin yang tidak memiliki kesempatan melawan lagi."Ba-bagaimana kau bisa bangkit lagi setelah semua yang kulakukan? Aku dapat memastikan kau terkena penuh serangaku," ucap Nagong Yixin dengan tidak percaya.Sebuah pedang muncul di tangan Il-Pyo. "Selamat tinggal," pamitnya tanpa mau repot menjelaskan.Setelah Nangong Yixin benar-benar dikalahkan, Il-Pyo dan Zhou Ye memandang sekitar. Di mana-mana terjadi pertarungan. Berkat tidak adanya patria

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 86: Mengalahkan Musuh Bersama

    Percikan-percikan api berkobar di kulit Nangong Yixin. Tekanan pertarungan yang dirasakan Zhou Ye serta Il-Pyo dalam sekejap meningkatkan tajam. Sementara itu, ledakan dahsyat terus menggema di langit, menandakan pertarungan para elit keluarga juga mencapai puncaknya.Nangong Yixin menghilang meninggalkan bayangan samar. Sedetik setelahnya dia dengan tidak terduga muncul di samping Zhou Ye. Tendangan yang mengarah ke bagian belakang, gadis itu tanggulangi menggunakan untaian rantai Qi ungu. Namun, itu hanyalah serangan tipuan. Nangong Yixin menarik kakinya dan berputar untuk menyerang sisi kepala bagian samping dengan momentum tendangan ke dua."Kau melupakanku," ucap Il-Pyo menangkis serangan Nangong Yixin serta balas memukulnya mundur."Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" Zhou Ye segera memanfaatkan celah untuk mengembalikan serangan.Nangong Yixin salto beberapa kali ke belakang guna mengambil jarak. Setelahnya, dia membuat segel tangan dan dengan seruan teknik Qi menciptakan gajah

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 85: Keadaan Genting

    "Keluarga Liu! Lancang sekali kalian membawa pasukan ke ibu kota. Tarik kembali pasukan kalian karena Kekaisaran tidak akan pernah mentolerir segala jenis pemberontakan!" Dari atas benteng ibu kota nan kokoh Putra Mahkota berteriak dengan lantang. Tepat di hadapannya, puluhan ribu pasukan dari prefektur Qilin telah siap dengan serangan mereka.Patrick keluarga Liu mendecih saat mendengar ancaman itu. Peringatan putra mahkota—Nilam Cheng Yen—malah dibalasnya dengan seruan melepas serangan. Panah serta tombak seketika menghujani ibu kota walaupun tampak sebuah formasi menahan semua dampak kerusakan.Ratusan ahli prefektur Qilin lanjut terbang ke atas. Baik teknik Qi ataupun Teknik Leluhur langsung mereka serukan dalam upaya menjebol pertahanan ibu kota. Tanpa menghancurkan formasi terlebih dahulu, mustahil ada serangan mereka yang akan berhasil.Tentu saja mereka yang ada di dalam benteng tidak tinggal diam. Semua pasukan mengangkat senjata dan balas menyerang. Dalam sekejap ibu kota d

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 84: Bersatu

    Tidak ingin menjawab provokasi Il-Pyo hanya dengan kata-kata, sosok itu langsung menghilang dari tempatnya berdiri. Spontan saja tubuh Il-Pyo ikut berkedip kala melepas kecepatan ledakan kaki terbaiknya ke depan.BAAAAAANG!Di tengah jarak keduanya muncul dua bayangan dengan pukulan yang saling beradu. Dampaknya, hempasan udara yang cukup berfluktuasi menyebar ke segala arah. Pertentangan sengit terjadi beberapa saat selagi mereka berusaha saling mendominasi.Secara penilaian kasar kekuatan Il-Pyo meningkat karena kali ini ditambahkannya Benih Api. Namun, ranahnya yang masih jauh di bawah ranah lawannya membuat ia hanya mampu mengimbangi. Kesamaan kekuatan ini membuat mereka sama-sama terdorong pada akhir momentum pertemuan pukulan itu. Sesaat mendapatkan pijakan kembali, baik Il-Pyo ataupun sosok itu langsung memberikan serangan susulan. Mereka kembali berubah menjadi bayangan yang setiap jejaknya membuat tanah menjadi kehancuran."Sekarang mana yang lebih panas? Apimu atau apiku?"

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 83: Awal Perang Internal

    Telah dikonfirmasi jika ribuan pasukan dari prefektur Qilin langsung menuju ibu kota kekaisaran Nilam. Berbanding terbalik dengan persiapan mereka yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Persiapan di pihak kekaisaran Nilam begitu minim dan terkesan terburu-buru. Namun, semua persiapan berjalan sebaik usaha tertinggi mereka. Di kediaman keluarga Zhou, Il-Pyo bermeditasi seusai memulihkan diri karena membuat banyak pil. Dia kemudian bergabung dengan keluarga Zhou yang akan pergi menumpas keluarga Ling. Selagi musuh dari prefektur Qilin belum sampai, mereka harus berfokus diri menghancurkan keluarga yang berkhianat terlebih dahulu. Begitupun dengan keluarga Hou, mereka siap dengan tugas pertempuran melawan keluarga Zhong. Persiapan begitu mereka usahakan demi sesedikit mungkin mengalami kerugian. Seluruh orang kuat keluarga Hou sudah cukup siap ketika menyerang keluarga Zhong. "Aku rasa mereka akan bergerak sangat cepat untuk menerobos ibu kota. Keluarga Zhong dan keluarga Ling merupak

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 82: Pertanda Perang

    Seperginya dari kediaman keluarga Hou, Zhou Ye serta Il-Pyo lanjut mengunjungi keluarga Liao dan Jiang. Keluarga Liao dengan mudah menyetujui pengajuan aliansi karena dendam mereka saat di Pesisir Pantai Putih. Bagaimanapun saat itu banyak jenius keluarga Liao terbunuh karena kecurangan keluarga Zhong dan Ling. Hal ini lebih ke arah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin mereka tolak.Di sisi lain, keluarga Jiang tampaknya paham situasinya lebih dari itu, mereka sedikit lagu dengan keadaan Kaisar sekalipun sudah dipulihkan. Namun, dengan pendekatan Il-Pyo sebagai Alkemis, keluarga Jiang yang tadinya bersikap netral akhirnya mau memihak. Begitupun dengan keluarga-keluarga lain yang lebih lemah, Zhou Ye serta Il-Pyo mampu meyakinkan mereka untuk berpihak pada kekaisaran. Yang menjadi masalah adalah kapan pertarungan puncaknya nanti. Untuk mengambil alih ibu kota orang-orang dari prefektur Qilin pasti akan segera datang membawa pasukannya. Perang internal sama sekali tidak dapat dihi

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 81: Memastikan Pengkhianat Kekaisaran

    Aliran waktu membawa Zhou Ye dan Il-Pyo pada keberhasilan penyelesaian latihan mereka. Inti Beast yang Il-Pyo serap merupakan inti Beast yang lebih baik dari yang selama ini dia dapat. meskipun begitu, tetap saja dia hanya berhasil maju sebanyak dua tingkat. Sekarang Il-Pyo berada di ranah Pengungkit Teknik bintang lima, ranah yang masih belum cukup jika dihadapkan pada pertarungan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa dukungan pil Terlarang dia ragu dapat melawan ahli Penguasa Teknik di bintang dua ke atas. Di sebelahnya, Zhou Ye telah memurnikan semua efek pil Ketahanan Tubuh ke seluruh tubuh. Sebelumnya dia tidak pernah meningkatkan kemampuan tubuh karena percaya musuh tidak akan mampu mendekat. Namun, sekarang pembuluh darah gadis itu serasa dialiri oleh besi yang melebur dan menguatkan ketahan maupun kekuatan fisiknya. Zhou Ye merasa dia tidak akan kesulitan lagi bahkan tanpa teknik tipe pertahanannya. "Aku akan menerima teknik Leluhur. Apa kah kau ingin menungguku?" tanya Il-

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status