Beranda / Fantasi / Pendekar Dekrit Dewa / bab 4: Pemurnian tubuh

Share

bab 4: Pemurnian tubuh

Penulis: Adaha Kena
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 07:38:52

Setelah menelan pil dan memurnikannya selama 1 jam. Banyak dari pemuda yang mengikuti pemurnian tubuh jatuh pingsan karena tidak dapat menahan rasa sakit. Sementara itu, Il-Pyo masih tak merasakan perubahan sedikitpun pada tubuhnya.

Sungguh pemandangan yang kontras untuk dilihat semua orang. Il-Pyo tak mengeluarkan sebulir keringat pun bahkan setelah 2 jam berlalu semenjak ia menelan Pil. Padahal pemuda lain sudah kuyup dengan keringat dan lendir di tubuh mereka.

'Anak itu? Apa sebelumnya dia pernah memurnikan tubuh?' pikir tetua Paviliun Pil Obat yang melihat Il-Pyo tidak bereaksi.

Memurnikan tubuh di bawah umur 15 tahun bukanlah hal yang sepenuhnya mustahil. Beberapa Jenius muda dari 6 keluarga terkemuka di ibu kota Kekaisaran Nilam melakukannya di bawah ketetapan itu. Umur 15 tahun hanyalah standar ideal, di mana seseorang tidak akan memiliki risiko ketika memurnikan tubuh untuk memulai kultivasi.

Ketika semua telah usai dan berhasil memurnikan tubuh. Li Mei merasa malu dengan kulitnya yang memerah dan lengket. Dia keberadaan yang mencolok, orang-orang tidak dapat mengabaikan pakaiannya yang menciplak karena keringat.

Tidak ada yang bisa Li Mei lakukan selain memasang pose mempertahankan diri. Dia sangat malu menjadi pusat perhatian dalam keadaan demikian, Ingin sekali rasanya ia menggali lubang di tanah dan bersembunyi di sana.

Untungnya, Il-Pyo cepat melemparkan bajunya yang masih kering pada gadis tersebut. Li Mei sempat enggan menerima namun pada akhirnya memakai pemberian pemuda tersebut. Walaupun tidak menyukai pakaian yang lusuh, itu masihlah bagus daripada membiarkan tubuhnya dilihat banyak orang.

"Te-terima kasih."

Il-Pyo mengabaikan Li Mei setelah berdeham, seolah keberadaan gadis cantik itu tidak menarik sama sekali. Il-Pyo kemudian kembali membalik badannya menghadap panggung. Li Mei hanya bisa memandangi punggung pemuda itu dari belakang. Dan kekesalan membuncah begitu saja tanpa dapat dia pahami kenapa.

Di atas panggung, tetua Paviliun Pil Obat maju selangkah dan mulai memberi penjelasan. Agaknya, pemuda-pemuda yang pingsan tidaklah mengalami hal yang sepenuhnya buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa dari mereka mengalami kenaikan tingkat/bintang saat memurnikan tubuh.

Seandainya pemuda-pemuda itu memurnikan tubuh di bawah usia aman. Pondasi tubuh mereka yang belum stabil atas pengendalian Qi dapat menyebabkan kecacatan dantian. Alasan mengapa menunggu adalah hal yang lebih baik bagi kebanyakan orang.

Para pemuda kemudian diberikan waktu istirahat dan membersihkan tubuh sembari menunggu mereka yang pingsan mendapatkan kesadarannya kembali.

"Baiklah, kalian sudah cukup istirahat. Dipastikan kalian sudah dapat menyerap Qi sekitar untuk memulai kultivasi serta mengendalikan Qi meskipun terbatas hanya di dalam tubuh. Selanjutnya, kalian diberikan waktu untuk mengalirkan Qi melalui aliran darah ke seluruh tubuh kemudian segeralah naik!"

Para pemuda segera berkonsentrasi seperti yang diperintahkan. Kemudian dipanggil ke atas panggung sesuai tata letak sebelumnya mereka berbaris duduk. Pemuda pertama yang naik merupakan Wen Lan. Dengan percaya diri dia melangkah ke atas panggung dan berdiri di antara dua pilar. Semua memperhatikan generasi dari keluarga Wen tersebut.

Segera dia melukai tangannya sendiri dengan pisau yang disediakan. Kemudian meneteskan setetes darah hingga dua pilar itu seketika menyala. Satu pilar yang di dalamnya terdapat batu spiritual menunjukkan tingkat kultivasi Wen Lan. Dan satu pilar lagi yang dipenuhi oleh ukiran kuno misterius menunjukkan Afinitas Leluhur-nya.

"Ranah Semi Petarung bintang 4!" Seseorang dari Kekaisaran segera membacakan apa yang tertera di pilar itu. Kemudian matanya menjalar kembali pada pilar satunya dan berkata lagi, "Afinitas Leluhur tipe Pertahanan!"

Seperti yang Wen Lan harapkan dia seberbakat yang dia bayangkan. Orang-orang memujinya dan itu tentu membuat senyum pemuda itu terbit lebih cerah lagi. Dengan Afinitas Leluhur-nya dan tingkatan ranah cukup tinggi itu, dia yakin akan menjadi orang kuat di masa depan.

Kemudian pemuda yang berada di depan naik satu persatu secara bergantian. Tidak ada dari mereka yang melebihi bintang 3 ranah Semi Petarung, termasuk Xie yang datang bersama Wen Lan. Agaknya, masih belum ada yang menandingi bakat tuan muda keluarga Wen tersebut.

Il-Pyo masihlah berada di barisan depan. Jadi dia kebagian naik panggung cukup lebih awal dari mereka yang berada di belakang. Wen Lan tersenyum seolah tidak sabar menunggu Il-Pyo dipermalukan seperti harapannya. Sedangkan Li Mei memperhatikan Il-Pyo yang sudah ada di antara dua pilar dengan seksama. Begitupun tetua dari Paviliun Pil Obat yang cukup tertarik pada Il-Pyo.

Keadaan hening sesaat. Tetesan darah yang jatuh tidak membuat pilar manapun menyala. Setelah Il-Pyo meneteskan lagi beberapa kali, itu masih belum juga bereaksi. Senyum Wen Lan tidak dia sembunyikan melihat pemuda sampah itu sekali lagi akan dihina banyak orang.

"Konyol sekali! Dia benar-benar datang ke sini untuk mempermalukan diri!"

"Haha ... aku tahu anak itu! Dia si sampah yang tidak memiliki Qi di tubuhnya!"

"Aku rasa dia sudah gila. Kalau aku jadi dia, aku akan menghancurkan wajahku karena terlalu malu."

"Aku sudah menduga semenjak dia memurnikan tubuh. Sepertinya langit pun tidak berkenan memberinya bakat setelah menelan pil. Membuang waktu dan sumber daya saja! Menjauh dari sana! Aku ingin melihat bakat yang lain!"

Wajah tampan Il-Pyo tertutupi oleh ekspresi jeleknya. Cacian orang-orang datang bersahutan satu-persatu. Tetua Paviliun Pil Obat dan orang utusan dari Kekaisaran menghampiri pemuda itu. Kemudian mereka berdua memeriksa kasus yang sangat langka. Atau bahkan hanya terjadi pada Il-Pyo selama ini.

'Agaknya tadi aku berpikir berlebihan. Dia tidak bereaksi setelah menelan pil karena tidak ada Qi di tubuhnya' pikir Tetua Paviliun Pil Obat setelah memeriksa tubuh Il-Pyo.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku, Tetua?" tanya Il-Pyo penasaran.

"Anak muda. Aku tidak tahu harus berkata seperti apa, tetapi sebaiknya kau tidak perlu memaksakan diri, itu hanya akan menjadikanmu bahan leluconan orang-orang," saran tetua Paviliun Pil Obat.

Orang utusan dari Kekaisaran menangguk setuju menatap Il-Pyo penuh ketulusan. "Nasehat tetua itu benar. Aku juga sudah memeriksa tubuhmu. Hidup dengan baik menjadi orang biasa tidaklah buruk," imbuhnya.

Hidup dengan baik menjadi orang biasa? Apakah orang biasa dapat hidup dengan baik?

Pernyataan yang sungguh lucu meskipun penuh perhatian dan ketulusan. Kalimat dari mereka lebih tampak seperti ejekan bagi Il-Pyo. Semua orang tahu di Realm of Miracle kekuatan adalah segalanya. Orang lemah sama sekali tidak mendapatkan apa-apa selain penghinaan.

Mereka pikir berapa kali dia dirampok setelah susah payah mengumpulkan uang dengan menjual kayu bakar? Mereka pikir berapa banyak tubuhnya menerima pukulan hanya karena dia tidak dapat menciptakan keadilan?

Semua penindasan dan hal buruk yang terjadi itu karena dia lemah. Bahkan, ketika nenek tua yang merawatnya sejak kecil akan merenggang nyawa tiga tahun lalu karena sakit. Tidak ada satupun tabib yang mau menolongnya hanya karena statusnya sebagai sampah. Sekali lagi, itu karena dia seorang yang lemah.

Dunia tidak menerima orang lemah, fakta yang akan berdiam di situ-situ saja. Dan Il-Pyo tidak akan pernah membuang keinginan menjadi orang yang paling kuat demi menciptakan keadilannya sendiri. sekalipun dia terlahir tanpa dukungan keluarga dan bakat.

Sejak dulu tekad kuat itu terus membesar mendiami benak Il-Pyo. Semakin dia dihina, semakin besar pula keinginannya untuk menjadi kuat.

Tatapan Il-Pyo menjadi sendu ketika melangkah turun dari panggung. Sorakan penghinaan masih ditelan telinganya yang terpasang meskipun enggan mendengarnya. Kali ini, dia benar-benar berada di puncak kemarahan.

Tetua dari Paviliun Pil Obat serta orang dari Kekaisaran hanya dapat menatap iba pada Il-Pyo.

Di sisi kerumunan orang, seorang gadis tampak akan pergi ketika melihat Il-Pyo menjauh dari keramaian.

"No—nona mau ke mana?" tanya Qiwu.

"Ini kesempatan yang tepat untuk merekrut pemuda itu." Zhou Ye mengungkapkan tujuannya.

Qiwu dan satu lelaki menyusul ke sisinya, "Bagaimana kalau kita bertahan sebentar. Mungkin kita akan menemukan orang yang lebih cocok. Pemuda itu, tetua Paviliun Pil Obat saja menganggapnya tidak berbakat."

Langkah Zhou Ye terhenti, "Kau tidak melihatnya tadi? Yang ada di sini hanya sekumpulan sampah. Tidak ada yang mencapai ranah Semi Petarung bintang 5 seorang pun."

"Tapi itu masih lebih baik ketimbang pemuda itu. Dia tidak memiliki sedikitpun Qi. Kalau Nona membawanya pulang itu hanya mempermalukan keluarga Nona."

Zhou Ye menghela napas dan singkat terpejam. Dia memandangi Qiwu penuh ketidaksukaan saat kembali membuka mata.

"Kau meragukan penglihatanku, Qiwu? Sekalipun seseorang dari 6 keluarga di Kekaisaran mengajukan diri, aku tidak akan memilih salah satu dari mereka. Jadi hentikan usahamu walau aku tahu itu bentuknya kepedulian. Aku tidak yakin ke depannya akan berprilaku lunak jika kau menentangku."

Qiwu terdiam, Nona muda yang selalu bersamanya sejak kecil tidak pernah seserius sekarang. "Saya menyesal, Nona," jawabnya.

Bab terkait

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

    Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon. Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya. "Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?" Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain. Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 6: Afinitas Leluhur

    Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 7: Jenius Tanpa Qi

    Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 8: Pertempuran

    Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 9: Bangkitnya Bakat Il-Pyo

    Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 10: Kecurigaan Keluarga Lain

    Sangat sulit menentukan arah ketika berada di hutan yang gelap. Apalagi setelah masukinya terlalu dalam. Supaya tidak lebih jauh tersesat, Zhou Ye terpaksa mengaktifkan Purple Eyes dengan sisa energinya. Memungkinkan ia mengetahui ke arah mana harus pergi sekaligus berguna untuk menghindari bertemu Beast di tengah jalan. "Sebentar lagi kita akan sampai di pinggiran hutan ... sisanya kuserahkan padamu." Setelah sekian lama memaksakan diri menentukan arah, cahaya ungu pada kedua netra gadis itu akhirnya memudar. Kepalanya sontak terkulai tanpa tenaga bersandar pada tubuh Il-Pyo. "Kau pingsan?" Tidak ada jawaban, tanda kalau gadis di gendongannya tidak lagi terjaga. Il-Pyo mempercepat langkah ke luar hutan membawa ekspresi cemas. Zhou Ye harus segera mendapatkan penanganan, imbas pertarungan tadi seharusnya bukan hal yang menghasilkan sedikit luka. Ketika berhasil keluar dari kepungan pepohonan, Il-Pyo dibuat terkejut oleh kedatangan seseorang ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 11: Perang Dingin Para Jenius Muda

    Setelah para tetua terbang pergi, yang tersisa di sisi hutan Beast Terlarang hanyalah jenius muda dari berbagai keluarga. Satu sama lain dari mereka saling melayang tatapan tajam dan tidak ingin kalah. Padahal, tidak satupun dari keluarga mereka memiliki hubungan yang buruk."Ayo pulang!" Zhou Yubei sama sekali tidak ingin berlama-lama terjebak di atmosfer tidak mengenakan. Ia berniat membawa Il-Pyo pulang, tetapi tidak sampai beberapa langkah dia berhenti. "Kenapa tidak segera mengikutiku? Apa kau tuli?" panggilnya lagi dengan kesal pada pemuda yang mengindahkan ajakannya. Il-Pyo sepintas membalas tatapan Zhou Yubei yang mengandung kemarahan, sebelum akhirnya melangkah ke hadapan Ling Xiao. "Nanti aku pasti akan membalas seranganmu tadi!" tegas Il-Pyo dengan tajam lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan tepat itu. Peringatan Il-Pyo membuat semua mata jenius muda melotot ingin keluar, tidak terkecuali Zhou Yubei. Selain berbeda generasi, bakat Ling Xiao bukanlah isapan jempol. P

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 12: Melawan Zhou Yubei

    Jarang sekali Patriark keluarga serta tetua berkumpul pada satu waktu untuk melihat jenius muda berlatih. Terakhir kali jenius muda diperhatikan seperti pagi ini adalah ketika Zhou Ye masih melakukan latihan bersama mereka. Sekarang, Il-Pyo yang menggantikan gadis tersebut sebagai pusat perhatian. Napas panjang dihirup Zhou Yubei untuk mendapatkan ketenangan. Tidak hanya para tetua, keluarga Zhou seluruhnya telah berkumpul di sisi lapangan, termasuk Zhou Ye yang sudah sadar sejak kemarin malam. Bersama kedua pengawalnya gadis itu terduduk pucat menghadap lapangan. “Nona masih belum pulih. Apa tidak ingin kembali istirahat saja?” tanya Qiwu yang berdiri di sisi kiri Zhou Ye. “Seharusnya Nona membawa kami malam itu. Walaupun tidak cukup kuat dari pada Nona. Kami bisa membuka celah untuk Nona kabur dari Beast.” “Aku baik-baik saja, Qiwu. Aku ingin melihat Il-Pyo setelah bakatnya bangkit,” jawab Zhou Ye yang sejak datang pandangannya terus tertuju pada pemuda yang berdiri di seberang Z

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24

Bab terbaru

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 89: Es dan Angin

    Pola lingkaran Qi ungu raksasa terbentuk di langit. Untaian benang Qi berukuran besar keluar jatuh dari sana, seakan-akan kerangka langitlah yang sedang runtuh ke bumi. Tidak hanya satu, tapi bertumpuk-tumpuk lapisan jaring. Di saat yang sama Ling Cao melompat dari gagaknya. Teknik yang sudah diperkuatnya tersebut terbang cepat menuju di mana Zhou Xun berada. Tentu saja sebelum mencapai target, serangan tersebut terlebih dahulu harus menembus jaring yang dijatuhkan berlapis-lapis. Peraduan yang menghempas udara terjadi. "Tc, apa ini yang disebut sebagai teknik penjerat terkuat keluarga Zhou?" gumam Ling Cao sambil terus mengupayakan tekniknya mengalahkan teknik Zhou Xun. Jaring-Jaring Qi baru berjatuhan ketika ada lapisan jaring yang ditembus. Seiring dengan hal tersebut, energi Zhou Xun berkurang banyak. Pada dasarnya teknik 'Simpul Langit yang Mendalam' adalah teknik kebangaan keluarga Zhou. Teknik yang dikatakan memiliki atribut penjerat Qi terkuat. Atribut ini mengurangi e

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 88: Zhou Xun VS Ling Cao

    Usai semua anggota keluarga Zhou pergi membantu ke garis depan peperangan. Di langit kediaman keluarga Ling kini tersisa Zhou Xun dan juga Ling Cao. Dominasi Aura yang terlepas dari keduanya berusaha saling menekan. "Baiklah, aku akan mencari seluruh keluarga Zhou setelah lebih dulu mengalahkanmu," ucap Ling Cao saat Zhou Xun sepenuhnya berhasil membuat suruh anggota keluarga Zhou lepas darinya."Pastikan itu tidak sebaliknya, karena di sini akulah yang akan membunuhmu. Kau harus ingat bahwa keluarga Zhou adalah keluarga nomor satu penopang Kekaisaran," jawab Zhou Xun sudah terlalu muak dengan permusuhan mereka. "Hutang pencegatan jenius keluargaku saat kembali dari Pesisir Pantai Putih juga akan kita selesaikan di sini."Sebagai patriark di keluarga masing-masing, belum pernah Zhou Xun dan Ling Cao bentrok secara langsung. Hari ini adalah pertama kalinya Afinitas Leluhur tipe Pembunuh terbaik akan ditentukan. Ling Cao dengan pemilik Afinitas Leluhur gagak putuh, atau Zhou Xun dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 87: Dua Orang Ranah Bencana

    "Kau tidak apa-apa?" tanya Zhou Ye berjalan menghampiri Il-Pyo.Sebelum berhasil menyerang Nangong Yixin, Il-Pyo terlebih dahulu terkena tendangan berapi dan juga bola-bola api. Meski dia menggunakan Afinitas Leluhur untuk memperoleh pemulihan, dia tetaplah menerima serangan yang mengkhawatirkan."Tenang saja, ini tidak akan menjadi masalah," jawab Il-Pyo.Il-Pyo kembali merubah Afinitas Leluhur-nya menjadi tipe cahaya hijau. Digabung efek dua pil yang dia telan, pemulihan menjadi sangat cepat. Dia bangkit berdiri dan menghampiri tubuh Nangong Yixin yang tidak memiliki kesempatan melawan lagi."Ba-bagaimana kau bisa bangkit lagi setelah semua yang kulakukan? Aku dapat memastikan kau terkena penuh serangaku," ucap Nagong Yixin dengan tidak percaya.Sebuah pedang muncul di tangan Il-Pyo. "Selamat tinggal," pamitnya tanpa mau repot menjelaskan.Setelah Nangong Yixin benar-benar dikalahkan, Il-Pyo dan Zhou Ye memandang sekitar. Di mana-mana terjadi pertarungan. Berkat tidak adanya patria

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 86: Mengalahkan Musuh Bersama

    Percikan-percikan api berkobar di kulit Nangong Yixin. Tekanan pertarungan yang dirasakan Zhou Ye serta Il-Pyo dalam sekejap meningkatkan tajam. Sementara itu, ledakan dahsyat terus menggema di langit, menandakan pertarungan para elit keluarga juga mencapai puncaknya.Nangong Yixin menghilang meninggalkan bayangan samar. Sedetik setelahnya dia dengan tidak terduga muncul di samping Zhou Ye. Tendangan yang mengarah ke bagian belakang, gadis itu tanggulangi menggunakan untaian rantai Qi ungu. Namun, itu hanyalah serangan tipuan. Nangong Yixin menarik kakinya dan berputar untuk menyerang sisi kepala bagian samping dengan momentum tendangan ke dua."Kau melupakanku," ucap Il-Pyo menangkis serangan Nangong Yixin serta balas memukulnya mundur."Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" Zhou Ye segera memanfaatkan celah untuk mengembalikan serangan.Nangong Yixin salto beberapa kali ke belakang guna mengambil jarak. Setelahnya, dia membuat segel tangan dan dengan seruan teknik Qi menciptakan gajah

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 85: Keadaan Genting

    "Keluarga Liu! Lancang sekali kalian membawa pasukan ke ibu kota. Tarik kembali pasukan kalian karena Kekaisaran tidak akan pernah mentolerir segala jenis pemberontakan!" Dari atas benteng ibu kota nan kokoh Putra Mahkota berteriak dengan lantang. Tepat di hadapannya, puluhan ribu pasukan dari prefektur Qilin telah siap dengan serangan mereka.Patrick keluarga Liu mendecih saat mendengar ancaman itu. Peringatan putra mahkota—Nilam Cheng Yen—malah dibalasnya dengan seruan melepas serangan. Panah serta tombak seketika menghujani ibu kota walaupun tampak sebuah formasi menahan semua dampak kerusakan.Ratusan ahli prefektur Qilin lanjut terbang ke atas. Baik teknik Qi ataupun Teknik Leluhur langsung mereka serukan dalam upaya menjebol pertahanan ibu kota. Tanpa menghancurkan formasi terlebih dahulu, mustahil ada serangan mereka yang akan berhasil.Tentu saja mereka yang ada di dalam benteng tidak tinggal diam. Semua pasukan mengangkat senjata dan balas menyerang. Dalam sekejap ibu kota d

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 84: Bersatu

    Tidak ingin menjawab provokasi Il-Pyo hanya dengan kata-kata, sosok itu langsung menghilang dari tempatnya berdiri. Spontan saja tubuh Il-Pyo ikut berkedip kala melepas kecepatan ledakan kaki terbaiknya ke depan.BAAAAAANG!Di tengah jarak keduanya muncul dua bayangan dengan pukulan yang saling beradu. Dampaknya, hempasan udara yang cukup berfluktuasi menyebar ke segala arah. Pertentangan sengit terjadi beberapa saat selagi mereka berusaha saling mendominasi.Secara penilaian kasar kekuatan Il-Pyo meningkat karena kali ini ditambahkannya Benih Api. Namun, ranahnya yang masih jauh di bawah ranah lawannya membuat ia hanya mampu mengimbangi. Kesamaan kekuatan ini membuat mereka sama-sama terdorong pada akhir momentum pertemuan pukulan itu. Sesaat mendapatkan pijakan kembali, baik Il-Pyo ataupun sosok itu langsung memberikan serangan susulan. Mereka kembali berubah menjadi bayangan yang setiap jejaknya membuat tanah menjadi kehancuran."Sekarang mana yang lebih panas? Apimu atau apiku?"

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 83: Awal Perang Internal

    Telah dikonfirmasi jika ribuan pasukan dari prefektur Qilin langsung menuju ibu kota kekaisaran Nilam. Berbanding terbalik dengan persiapan mereka yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Persiapan di pihak kekaisaran Nilam begitu minim dan terkesan terburu-buru. Namun, semua persiapan berjalan sebaik usaha tertinggi mereka. Di kediaman keluarga Zhou, Il-Pyo bermeditasi seusai memulihkan diri karena membuat banyak pil. Dia kemudian bergabung dengan keluarga Zhou yang akan pergi menumpas keluarga Ling. Selagi musuh dari prefektur Qilin belum sampai, mereka harus berfokus diri menghancurkan keluarga yang berkhianat terlebih dahulu. Begitupun dengan keluarga Hou, mereka siap dengan tugas pertempuran melawan keluarga Zhong. Persiapan begitu mereka usahakan demi sesedikit mungkin mengalami kerugian. Seluruh orang kuat keluarga Hou sudah cukup siap ketika menyerang keluarga Zhong. "Aku rasa mereka akan bergerak sangat cepat untuk menerobos ibu kota. Keluarga Zhong dan keluarga Ling merupak

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 82: Pertanda Perang

    Seperginya dari kediaman keluarga Hou, Zhou Ye serta Il-Pyo lanjut mengunjungi keluarga Liao dan Jiang. Keluarga Liao dengan mudah menyetujui pengajuan aliansi karena dendam mereka saat di Pesisir Pantai Putih. Bagaimanapun saat itu banyak jenius keluarga Liao terbunuh karena kecurangan keluarga Zhong dan Ling. Hal ini lebih ke arah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin mereka tolak.Di sisi lain, keluarga Jiang tampaknya paham situasinya lebih dari itu, mereka sedikit lagu dengan keadaan Kaisar sekalipun sudah dipulihkan. Namun, dengan pendekatan Il-Pyo sebagai Alkemis, keluarga Jiang yang tadinya bersikap netral akhirnya mau memihak. Begitupun dengan keluarga-keluarga lain yang lebih lemah, Zhou Ye serta Il-Pyo mampu meyakinkan mereka untuk berpihak pada kekaisaran. Yang menjadi masalah adalah kapan pertarungan puncaknya nanti. Untuk mengambil alih ibu kota orang-orang dari prefektur Qilin pasti akan segera datang membawa pasukannya. Perang internal sama sekali tidak dapat dihi

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 81: Memastikan Pengkhianat Kekaisaran

    Aliran waktu membawa Zhou Ye dan Il-Pyo pada keberhasilan penyelesaian latihan mereka. Inti Beast yang Il-Pyo serap merupakan inti Beast yang lebih baik dari yang selama ini dia dapat. meskipun begitu, tetap saja dia hanya berhasil maju sebanyak dua tingkat. Sekarang Il-Pyo berada di ranah Pengungkit Teknik bintang lima, ranah yang masih belum cukup jika dihadapkan pada pertarungan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa dukungan pil Terlarang dia ragu dapat melawan ahli Penguasa Teknik di bintang dua ke atas. Di sebelahnya, Zhou Ye telah memurnikan semua efek pil Ketahanan Tubuh ke seluruh tubuh. Sebelumnya dia tidak pernah meningkatkan kemampuan tubuh karena percaya musuh tidak akan mampu mendekat. Namun, sekarang pembuluh darah gadis itu serasa dialiri oleh besi yang melebur dan menguatkan ketahan maupun kekuatan fisiknya. Zhou Ye merasa dia tidak akan kesulitan lagi bahkan tanpa teknik tipe pertahanannya. "Aku akan menerima teknik Leluhur. Apa kah kau ingin menungguku?" tanya Il-

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status