Beranda / Fantasi / Pendekar Dekrit Dewa / bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

Share

bab 5: Penawaran dan Kesepakatan

Penulis: Adaha Kena
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-17 10:46:02

Di pinggiran hutan Beast Terlarang, bunyi redam sebuah pukulan tiba-tiba terdengar dalam jarak beberapa langkah. Ternyata, sumber suara berasal dari Il-Pyo yang baru saja kalap memukul kuat sebatang pohon.

Pemuda tersebut kemudian tertunduk dan kepalan tangan kirinya yang masih menempel di pohon mulai mengeluarkan darah. Tampak menyakitkan, tetapi dapat diabaikan karena perasaan marah yang berusaha ia tangani lebih dominan daripada apa yang terjadi pada tangannya.

"Tubuh Sialan!" teriak Il-Pyo penuh emosi. Akhirnya, pukulan bertubi-tubi kembali dia layangkan tanpa memikirkan rasa sakit lagi. Darah bercucuran dan dia kembali tertunduk dengan suara yang lirih. "Sebenarnya apa yang salah padaku?"

Cukup lama Il-Pyo tertunduk dengan pikiran yang mendalam, keheningan bercampur emosi yang berusaha ia tangani terus meluap. Waktu terbunuh lebih banyak lagi saat Il-Pyo terus-terusan berpikir kenapa dia tidak terlahir seperti yang lain.

Dan akhirnya, rasa sakit di tubuhnya pun mulai tak dapat diabaikan. Perhatian Il-Pyo mau tidak mau harus kembali tertuju pada tangannya untuk memeriksa seberapa parah luka. Namun, lagi-lagi dia terkecoh oleh sesuatu yang membuatnya dapat kembali mengabaikan rasa sakit itu.

"Mungkin karena tato ini. Aku harus menghilangkannya sekarang juga!"

Di pergelangan tangan kiri Il-Pyo ada tanda lahir yang lebih dapat dikatakan sebagai tato berbentuk gelang hitam. Dia mulai berpikir kalau tato tersebutlah yang menyebabkannya tidak memiliki Qi. Dengan keyakinan yang mutlak Il-Pyo mengambil kapak, menempelkan pergelangan tangan ke pohon lalu mengambil ancang-ancang mengayun.

"Tunggu!"

Ayunan kapak Il-Pyo sontak terhenti karena seruan yang datang tiba-tiba itu. Ketika menoleh ke belakang, gadis yang menolong ia di rumah makan tempo hari sedang bersandar pada salah satu pohon entah sejak kapan.

Gadis luar biasa cantik itu berkata lagi, "Ditipu ketika mencari guru, dikhianati kekasih, dan sekarang, dihina seluruh kota. Apa kau akan bunuh diri?"

"Kau memata-mataiku? Apa pedulimu? Sana pergi!"

Il-Pyo kembali mengambil ancang-ancang lagi setelah mengusir, tidak peduli dengan apa yang gadis itu katakan. Ketika dia sudah mengetahui alasan masalahnya selama 15 tahun ini. Bagaimana mungkin dia menunda-nunda untuk melakukannya?

"Apa kau bodoh? Kau akan mati!" Zhou Ye berseru marah, tentu dia tahu pemuda tersebut tidak sedang ingin bunuh diri. "kalau tanganmu terpotong. Dapat dipastikan kau akan mati karena kehabisan darah. Lagi pula, carilah benda yang lebih tajam jika ingin melakukannya."

Menyadari perkataan gadis itu ada benarnya, Il-Pyo menarik kembali ancang-ancang mengayun kapak. Dia akui dia memang perlu persiapan terlebih dahulu. Setidaknya sampai memiliki pil Pemulihan Tubuh.

"Apa kau berpikir untuk benar-benar melakukannya?" tanya Zhou Ye lagi.

"Tato ini membuatku tidak memiliki Qi. Tentu saja aku harus melakukannya, bukan? Kehilangan satu tangan tidak akan masalah jika aku dapat memulai kultivasi," imbuh Il-Pyo.

"Sekalipun kau memotong tanganmu. Tidak akan ada yang berubah. Karena bukanlah itu masalahnya," jawab Zhou Ye. Dia memiliki mata yang dapat melihat sesuatu di tubuh Il-Pyo.

"Kau ingin mengataiku seperti yang lain kalau masalahnya aku tidak memiliki bakat, bukan? Asal kau tahu saja, aku tidak peduli. Berbakat atau tidak, aku tetap akan menjadi yang terkuat!”

Gadis itu tersenyum ketika mendengar tekad yang luas di mata pekat Il-Pyo. Agaknya, dia sudah menemukan orang yang tepat. Tidak akan ada keraguan lagi jika dia menginginkan Il-Pyo sebagai seseorang yang layak untuknya.

"Kedatanganku bukan untuk menghinamu seperti yang lain. Aku tidak sebodoh orang-orang itu. Sebaliknya, aku menginginkanmu!"

"Menginginkanku?"

"Kau mungkin pernah mendengarnya. Aku Zhou Ye dari keluarga Zhou. Aku berniat untuk menjadikanmu kuat, Il-Pyo!"

"Kau sedang menipu? Tidak mungkin seorang dari keluarga terpandang ibu kota Kekaisaran mengajak seorang sampah sepertiku. Kau ingin aku percaya kau Zhou Ye yang terkenal berbakat itu? Jangan berbohong dan katakan tujuanmu sebenarnya!" pinta Il-Pyo.

Tentu saja Il-Pyo tidak langsung percaya. Pengalaman ditipu berkali kali membuatnya sadar agar tidak mudah dimanfaatkan. Seperti yang sudah-sudah, dia harus lebih jeli lagi sebelum memutuskan percaya.

Apalagi gadis itu memakai nama keluarga Zhou. Kalau dia tidak salah ingat, murid paling berbakat sekte Mata Pedang saat ini juga bernama Zhou Ye. Dia terkenal bahkan sampai keluruh benua Timur.

Zhou Ye melangkah menghadap ke dalam hutan, sadar keraguan Il-Pyo padanya. Dia memutuskan memberikan bukti ketimbang berusaha mengambil kepercayaan pemuda tersebut dengan kata-kata ataupun janji. Tangan kurus miliknya teracung ke depan dan Qi ungu cerah membentuk beberapa pedang cukup besar.

"Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" seru gadis itu.

Pedang-pedang ungu itu melesat mau hingga setiap pohon yang dilewatinya terpotong. Bunyi gemuruh terdengar ketika pohon-pohon besar tumbang. Sungguh teknik yang menakutkan dan baru pertama kali Il-Pyo lihat.

"Ranah Pengungkit Teknik!" Il-Pyo berseru kagum pada serangan yang baru saja diperlihatkan padanya.

"Kau salah ... ranah 'Pengungkit Teknik' tidak akan memiliki daya rusak besar sebagaimana yang aku tunjukkan. Meskipun baru saja menerobos, aku sudah berada di ranah Penguasa Teknik. Yang tadi aku gunakan merupakan salah satu teknik dari sekte Mata Pedang."

Ranah 'Penguasaan Teknik’ merupakan tingkatan ke-4 setelah ranah Semi Petarung, Petarung, dan Pengungkit Teknik. Pada ranah ini juga, seseorang akan secara otomatis mendapat teknik terbang sekalipun masih harus sedikit melatihnya.

Itu pencapaian luar biasa mengingat 1 ranah lagi gadis tersebut mencapai ranah puncak, setara dengan para tetua sebuah keluarga terpandang.

Il-Pyo menjadi semakin bersemangat untuk masuk ke sekte Mata pedang setelah mendengar itu. Namun dia waspada atas kehadiran Zhou Ye yang memperlihatkan kemampuan itu. Pasti ada hal yang gadis itu incar darinya.

"Kau—"

"Jangan mencurigaiku!" potong Zhou Ye cepat sebelum Il-Pyo mengutarakan kecurigaannya. "Aku hanya menunjukkan bukti kalau aku kuat dan memang Zhou Ye yang terkenal berbakat. Aku juga sudah bilang dari mana aku berasal. Dengan statusku aku tidak menginginkan uangmu sama sekali."

"Anggap aku percaya itu. Tapi apa yang sebenarnya kau inginkan dariku? Karena kau menawarkan kekuatan padaku. Bukankah ada harga yang harus aku bayar? Apa yang kau maksud menginginkanku? Bagaimanapun aku tidak akan percaya jika kau mengatakan ini gratis," balas Il-Pyo.

Zhou Ye melangkah ke hadapan Il-Pyo. Sepintas mata ungunya yang memikat memperhatikan luka di tangan pemuda itu. Kemudian menjalar ke atas hingga pandangan mereka bertemu beberapa saat dengan penilaiannya di dalam hati.

'Dari reaksinya berbicara denganku sejak awal, ia bukan tipe lelaki mesum. Dan di pemurnian tadi dia juga memberikan pakaiannya agar tubuh seorang gadis tidak dinikmati banyak orang. Aku cukup menyukainya'

Zhou mencoba menyentuh dada Il-Pyo namun pemuda itu malah mundur sambil mengernyit heran. "A–apa yang kau lakukan?"

Dia masih menanti jawaban tetapi gadis di depannya malah balik bertanya, "Demi kekuatan kau akan membanyar apapun, kan?"

"Selama tidak dengan nyawa atau kebebasanku. Tunggu! Kau tidak ingin menjadikan aku pemuas nafsu karena aku tampan, kan?"

"Tidak, itu prilaku rendahan. Aku memang menginginkan jiwa dan ragamu, tetapi hanya sebagai istrimu. Di masa depan, di saat kau berada di puncak dunia. Kau bebas memiliki berapa pun istri, tapi, jadikan aku salah satunya," pinta Zhou Ye membuat mulut pemuda itu tercekat.

"Kau terlalu jauh berpikir ke depan. Aku tidak memikirkan pernikahan. Apalagi menikahi perempuan lebih dari satu."

"Kau masih 15 tahun, untukmu memang masih jauh, tapi aku sudah 17 tahun. Lagi pula, ketika berada di puncak dunia. Wanita cantik akan terus berdatangan di hidupmu."

Il-Pyo dapat menangkap kesungguhan Zhou Ye walaupun menurutnya umur 17 tahun masihlah jauh untuk memikirkan pernikahan. Sebenarnya dia tidak begitu peduli dengan para gadis. Sekalipun ada gadis dengan kecantikan yang luar biasa tidak mengenakan pakaian di depannya dan di saat bersamaan terbuka pintu menuju kekuatan juga terbuka. Dia akan memilih pintu kekuatan ketimbang gadis itu.

"Apa kau serius? Kalau aku berjanji akan hal itu aku akan mendapat dukungan penuh darimu untuk menjadi kuat?" tanya Il-Pyo.

"Iya, tetapi kau harus kuat terlebih dahulu. Dan sebagai tanda janji dan kesungguhan. Ciuman pertamamu harus menjadi milikku."

Il-Pyo sedikit terkejut, akan tetapi dia cepat melakukan apa yang dimintakan padanya. Karena jarak yang dekat dan ketidaksiapan gadis itu, bibir Il-Pyo mendarat di bibir lembut Zhou Ye untuk beberapa detik. Demi kekuatan, ini dapat dikatakan sebagai sambil menyelam minum air.

"Sudah, ini ciuman pertamaku karena memang aku belum pernah melakukannya dengan gadis mana pun. Kau tidak bisa menarik janjimu meski kau seorang wanita," tegas Il-Pyo.

Zhou Ye mengerjapkan mata berkali-kali sebelum akhirnya wajahnya memerah karena sadar apa yang baru saja dilakukan Il-Pyo dalam sepersekian detik. Kemudian dia lebih disadarkan oleh Qi yang meluap dari dua arah. Dua orang menerjang Il-Pyo dengan pedang Qi di masing-masing tangan mereka.

"Teknik Leluhur! Rantai Pengunci!"

Rantai ungu dari tubuh Zhou Ye bersulang silih menangkap tubuh dua praktisi ranah Pengungkit Teknik usai berseru. Il-Pyo terdiam tanpa gerak karena pada ke dua sisi pedang Qi hampir memotong lehernya. Untuk ada Zhou Ye yang menghentikan mereka.

"Qiwu! Wei Heng!" teriak Zhou Ye marah.

"Dia sudah melecehkan Nona. Mengambil kesempatan saat Nona lengah. Bahkan kematian tidak akan mengampuni dosanya!" jawab Qiwu penuh emosi.

Benar. Apa yang dikatakan Qiwu sepenuhnya benar. Tapi itu dapat dikatakan pelecehan jika bukan Zhou Ye yang meminta Il-Pyo melakukannya. Zhou Ye sendiri tidak berpikir Il-Pyo akan langsung mempraktikkan kesepakatan mereka padahal dia terlihat waspada saat melakukan penawaran.

"Dia sendiri yang memintaku," bantah Il-Pyo.

"Kau ... masih berani berdalih? Dasar bocah brengsek!" teriak Wei Heng berusaha lepas dari rantai pengekang Zhou Ye. Tetapi sepertinya itu terlalu kuat untuk mereka yang masih berada di ranah Pengungkit Teknik.

"Memang aku yang meminta ciuman darinya." Zhou Ye mengaku sambil memijat kepala.

Qiwu serta Wei Heng terdiam saat mendengar pernyataan itu. Apalagi melihat Nona mereka tampak malu-malu padahal biasanya tidak begitu berekspresi pada orang asing.

Zhou Ye kemudian menatap kaku Il-Pyo. "Tapi aku tidak memintamu melakukannya sekarang. Tunggu kau menjadi kuat hingga layak ... dan aku siap. Karena itu juga pertama untukku.”

"Aku tidak tahu kesepakatannya nanti. Kau tidak mengatakan sejak awal."

"Kalau begitu kau tidak lagi boleh mundur. Jika kau menolak, nyawamu akan aku ambil!" ucap Zhou Ye sepenuhnya mengancam.

"Demi kekuatan aku tidak akan mundur. Bahkan jika artinya menentang langit.”

"No-nona bercanda? Dia? Dia seorang sampah!" Qiwu tidak tahu harus berkata apa lagi. Seharusnya Zhou Ye membunuh pemuda tersebut karena telah mencuri ciuman pertamanya, bukan malah memberinya celah masuk ke hidup mereka.

Zhou Ye adalah bunga paling menarik di taman keindahan. Kultivasi mengalahkan Jenius muda dari sekte dan keluarga mana pun di benua Timur. Dia bahkan tidak sedikit menolak pengakuan cinta dari jenius 6 keluarga berpengaruh. Tetapi kenapa harus Il-Pyo yang dipilihnya? Sungguh! Qiwu dan Weiheng tidak paham.

Bab terkait

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 6: Afinitas Leluhur

    Demi diterima menjadi murid sekte Mata Pedang seseorang tentu haruslah melewati latihan ketat. Seluruh Pemuda di setiap Prefektur Kekaisaran yang telah memurnikan tubuh berjuang sangat keras untuk mempersiapkan ujian tahap awal masuk sekte. Dan mereka yang berhasil menjadi yang terbaik di ujian tahap awal nanti, akan mengikuti ujian utama langsung di sekte Mata Pedang. Ada banyak ketertinggalan yang Il-Pyo harus hapus darinya dengan pemuda lain karena belum juga memulai kultivasi. Hal ini membuat Zhou Ye sedikit pusing dengan waktu yang semakin sedikit. Purple Eye miliknya memang dapat memastikan ada hal menarik di dalam diri Il-Pyo seperti yang dimaksudkan pria berjubah hitam. Namun, Zhou Ye tidak memiliki cara untuk membangkitkan kemampuan tersembunyi pemuda tersebut. Zhou Ye harus memulai perjalanan kembali ke ibu kota Kekaisaran dan menanyakan solusi kasus tubuh Il-Pyo pada ayahnya. Juga, pada siapapun yang berkemungkinan tahu jika ayahnya tidak dap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-18
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 7: Jenius Tanpa Qi

    Malam harinya, giliran tetua pertama yang secara pribadi memeriksa Il-Pyo. Setelah pencarian berulang yang memakan waktu berjam-jam, tidak ditemukan sedikitpun kejanggalan pada tubuh pemuda tersebut. Hal ini membuat tetua pertama bertanya apakah yang dilihat oleh Zhou Ye bukan kesalahpahaman. Sebab, di dalam tubuh Il-Pyo bahkan tidak ditemukan tanda-tanda Qi. "Tetua, dia tidak memiliki Qi, itu saja sudah menandakan kalau ada yang aneh di tubuhnya bukan?" imbuh Zhou Ye masih yakin dengan penglihatannya yang tidak pernah salah. Tetua pertama menarik-narik jenggot sambil terus memikirkan banyak kemungkinan. Kemudian dia setengah ragu menyimpulkan, "Tidak ada yang terpikirkan olehku selain apa yang terjadi pada Il-Pyo adalah sebuah penyakit. Aku memiliki teman berbakat di bidang alkemis. Kau dapat memeriksakan Il-Pyo padanya.”"Bagaimana kami bisa menemuinya dengan cepat?”"Dia seorang alkemis yang berpindah-pindah. Tidak terikat fraksi mana pun. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-19
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 8: Pertempuran

    Ketika malam kembali tiba, Zhou Ye mengajak Il-Pyo ke hutan Beast yang terletak di sebelah barat daya ibu Kota Kekaisaran. Orang normal pasti akan menghindari waktu gelap jika memang ingin mencari sesuatu di sana. Apalagi untuk Il-Pyo yang tahu seberapa berbahayanya hutan Beast. Namun, pemuda tersebut tetap dengan patuh mengikuti Zhou Ye masuk lebih dalam tanpa banyak bertanya. Sepasang tungkai gadis di depan Il-Pyo akhirnya berhenti melangkah setelah cukup jauh meninggalkan bibir hutan. Seolah menembus pepohonan yang mengepung, pupil matanya menyala dan mulai mengedar ke semua arah untuk waktu yang cukup lama. "Di sana kau rupanya.” Zhou Ye bergumam ketika pandangannya terkunci pada satu arah. Dia segera menegakkan lengan dan berseru, “Teknik Leluhur! Rantai Pengekang!"Seketika untaian rantai keluar dari beberapa pola Qi ungu yang tercipta di udara. Melesat melewati celah pepohonan yang sebelumnya telah mereka lalui. Pandangan Il-Pyo ikut menelisik gelapnya malam ke mana serangan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 9: Bangkitnya Bakat Il-Pyo

    Setelah sosok berjubah hitam benar-benar pergi, Il-Pyo langsung menelan pil yang diberikan padanya tanpa berpikir memurnikan pil di tengah hutan sangatlah beresiko diserang Beast. Zhou Ye sangat kesal atas tindakan impulsif pemuda tersebut. Dia jadi mesti berjaga selama pemurnian. Untunglah kecepatan tubuh Il-Pyo memurnikan pil sangat mengerikan. Dalam sepuluh menit saja dia telah penuh memurnikannya. Melebihi waktu yang dapat Zhou Ye percayai. Nyala pupil mata gadis tersebut menyaksikan Afinitas Leluhur di samping dantian Il-Pyo mulai dibersihkan. Entah Qi atau bukan, sesuatu menyerupai asap hitam yang membelenggu Il-Pyo selama ini mulai terbakar habis. Dan di saat bersamaan hawa dingin menyebar untuk melindungi Dantian serta Afinitas Leluhur pemuda tersebut. Dengan Purple Eyes, terus dapat Zhou Ye pantau Qi biru mengaliri remedian Il-Pyo. Setelah mengedarkan ke seluruh tubuh, Zhou Ye akhirnya dapat merasakan tingkatan kultivasi pemuda tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 10: Kecurigaan Keluarga Lain

    Sangat sulit menentukan arah ketika berada di hutan yang gelap. Apalagi setelah masukinya terlalu dalam. Supaya tidak lebih jauh tersesat, Zhou Ye terpaksa mengaktifkan Purple Eyes dengan sisa energinya. Memungkinkan ia mengetahui ke arah mana harus pergi sekaligus berguna untuk menghindari bertemu Beast di tengah jalan. "Sebentar lagi kita akan sampai di pinggiran hutan ... sisanya kuserahkan padamu." Setelah sekian lama memaksakan diri menentukan arah, cahaya ungu pada kedua netra gadis itu akhirnya memudar. Kepalanya sontak terkulai tanpa tenaga bersandar pada tubuh Il-Pyo. "Kau pingsan?" Tidak ada jawaban, tanda kalau gadis di gendongannya tidak lagi terjaga. Il-Pyo mempercepat langkah ke luar hutan membawa ekspresi cemas. Zhou Ye harus segera mendapatkan penanganan, imbas pertarungan tadi seharusnya bukan hal yang menghasilkan sedikit luka. Ketika berhasil keluar dari kepungan pepohonan, Il-Pyo dibuat terkejut oleh kedatangan seseorang ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 11: Perang Dingin Para Jenius Muda

    Setelah para tetua terbang pergi, yang tersisa di sisi hutan Beast Terlarang hanyalah jenius muda dari berbagai keluarga. Satu sama lain dari mereka saling melayang tatapan tajam dan tidak ingin kalah. Padahal, tidak satupun dari keluarga mereka memiliki hubungan yang buruk."Ayo pulang!" Zhou Yubei sama sekali tidak ingin berlama-lama terjebak di atmosfer tidak mengenakan. Ia berniat membawa Il-Pyo pulang, tetapi tidak sampai beberapa langkah dia berhenti. "Kenapa tidak segera mengikutiku? Apa kau tuli?" panggilnya lagi dengan kesal pada pemuda yang mengindahkan ajakannya. Il-Pyo sepintas membalas tatapan Zhou Yubei yang mengandung kemarahan, sebelum akhirnya melangkah ke hadapan Ling Xiao. "Nanti aku pasti akan membalas seranganmu tadi!" tegas Il-Pyo dengan tajam lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan tepat itu. Peringatan Il-Pyo membuat semua mata jenius muda melotot ingin keluar, tidak terkecuali Zhou Yubei. Selain berbeda generasi, bakat Ling Xiao bukanlah isapan jempol. P

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23
  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 12: Melawan Zhou Yubei

    Jarang sekali Patriark keluarga serta tetua berkumpul pada satu waktu untuk melihat jenius muda berlatih. Terakhir kali jenius muda diperhatikan seperti pagi ini adalah ketika Zhou Ye masih melakukan latihan bersama mereka. Sekarang, Il-Pyo yang menggantikan gadis tersebut sebagai pusat perhatian. Napas panjang dihirup Zhou Yubei untuk mendapatkan ketenangan. Tidak hanya para tetua, keluarga Zhou seluruhnya telah berkumpul di sisi lapangan, termasuk Zhou Ye yang sudah sadar sejak kemarin malam. Bersama kedua pengawalnya gadis itu terduduk pucat menghadap lapangan. “Nona masih belum pulih. Apa tidak ingin kembali istirahat saja?” tanya Qiwu yang berdiri di sisi kiri Zhou Ye. “Seharusnya Nona membawa kami malam itu. Walaupun tidak cukup kuat dari pada Nona. Kami bisa membuka celah untuk Nona kabur dari Beast.” “Aku baik-baik saja, Qiwu. Aku ingin melihat Il-Pyo setelah bakatnya bangkit,” jawab Zhou Ye yang sejak datang pandangannya terus tertuju pada pemuda yang berdiri di seberang Z

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 13: Hasil Latihan Tanding

    Waktu berlalu begitu saja dan Qiwu masih belum juga dapat merobohkan pertahanan Il-Pyo. Ekspresi serius sampai terpatri lama di wajah perempuan yang sedikitpun tak menjeda serangan, bingung kenapa semua gerakan yang dia peruntukan dengan baik dapat dinetralkan pemuda itu.'Dia lincah dan pintar. Apa aku harus mengerahkan seluruh kemampuan fisikku?' pikir Qiwu ketika akhirnya berhenti menyerang. Ruang lega yang sedikit itu dimanfaatkan Il-Pyo untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. Entah bagaimana dia berhasil bertahan di pertarungan melawan seseorang yang berada di ranah Pengungkit Teknik. Dengan bertahan saja sudah dapat dikatakan prestasi dan bakat yang luar biasa. "Tch, tidak ada pilihan lain." Qiwu akhirnya memutuskan setelah cukup berpikir. Tubuhnya mulai memancarkan hawa samar berwarna merah muda. Atas perubahan atmosfer pertarungan yang tiba-tiba, Kesiagaan Il-Pyo menjadi meningkat tajam. Dalam hitungan detik saja dia merasakan tendangan datang dari atas. Kalau tidak sigap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-25

Bab terbaru

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 89: Es dan Angin

    Pola lingkaran Qi ungu raksasa terbentuk di langit. Untaian benang Qi berukuran besar keluar jatuh dari sana, seakan-akan kerangka langitlah yang sedang runtuh ke bumi. Tidak hanya satu, tapi bertumpuk-tumpuk lapisan jaring. Di saat yang sama Ling Cao melompat dari gagaknya. Teknik yang sudah diperkuatnya tersebut terbang cepat menuju di mana Zhou Xun berada. Tentu saja sebelum mencapai target, serangan tersebut terlebih dahulu harus menembus jaring yang dijatuhkan berlapis-lapis. Peraduan yang menghempas udara terjadi. "Tc, apa ini yang disebut sebagai teknik penjerat terkuat keluarga Zhou?" gumam Ling Cao sambil terus mengupayakan tekniknya mengalahkan teknik Zhou Xun. Jaring-Jaring Qi baru berjatuhan ketika ada lapisan jaring yang ditembus. Seiring dengan hal tersebut, energi Zhou Xun berkurang banyak. Pada dasarnya teknik 'Simpul Langit yang Mendalam' adalah teknik kebangaan keluarga Zhou. Teknik yang dikatakan memiliki atribut penjerat Qi terkuat. Atribut ini mengurangi e

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 88: Zhou Xun VS Ling Cao

    Usai semua anggota keluarga Zhou pergi membantu ke garis depan peperangan. Di langit kediaman keluarga Ling kini tersisa Zhou Xun dan juga Ling Cao. Dominasi Aura yang terlepas dari keduanya berusaha saling menekan. "Baiklah, aku akan mencari seluruh keluarga Zhou setelah lebih dulu mengalahkanmu," ucap Ling Cao saat Zhou Xun sepenuhnya berhasil membuat suruh anggota keluarga Zhou lepas darinya."Pastikan itu tidak sebaliknya, karena di sini akulah yang akan membunuhmu. Kau harus ingat bahwa keluarga Zhou adalah keluarga nomor satu penopang Kekaisaran," jawab Zhou Xun sudah terlalu muak dengan permusuhan mereka. "Hutang pencegatan jenius keluargaku saat kembali dari Pesisir Pantai Putih juga akan kita selesaikan di sini."Sebagai patriark di keluarga masing-masing, belum pernah Zhou Xun dan Ling Cao bentrok secara langsung. Hari ini adalah pertama kalinya Afinitas Leluhur tipe Pembunuh terbaik akan ditentukan. Ling Cao dengan pemilik Afinitas Leluhur gagak putuh, atau Zhou Xun dengan

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 87: Dua Orang Ranah Bencana

    "Kau tidak apa-apa?" tanya Zhou Ye berjalan menghampiri Il-Pyo.Sebelum berhasil menyerang Nangong Yixin, Il-Pyo terlebih dahulu terkena tendangan berapi dan juga bola-bola api. Meski dia menggunakan Afinitas Leluhur untuk memperoleh pemulihan, dia tetaplah menerima serangan yang mengkhawatirkan."Tenang saja, ini tidak akan menjadi masalah," jawab Il-Pyo.Il-Pyo kembali merubah Afinitas Leluhur-nya menjadi tipe cahaya hijau. Digabung efek dua pil yang dia telan, pemulihan menjadi sangat cepat. Dia bangkit berdiri dan menghampiri tubuh Nangong Yixin yang tidak memiliki kesempatan melawan lagi."Ba-bagaimana kau bisa bangkit lagi setelah semua yang kulakukan? Aku dapat memastikan kau terkena penuh serangaku," ucap Nagong Yixin dengan tidak percaya.Sebuah pedang muncul di tangan Il-Pyo. "Selamat tinggal," pamitnya tanpa mau repot menjelaskan.Setelah Nangong Yixin benar-benar dikalahkan, Il-Pyo dan Zhou Ye memandang sekitar. Di mana-mana terjadi pertarungan. Berkat tidak adanya patria

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 86: Mengalahkan Musuh Bersama

    Percikan-percikan api berkobar di kulit Nangong Yixin. Tekanan pertarungan yang dirasakan Zhou Ye serta Il-Pyo dalam sekejap meningkatkan tajam. Sementara itu, ledakan dahsyat terus menggema di langit, menandakan pertarungan para elit keluarga juga mencapai puncaknya.Nangong Yixin menghilang meninggalkan bayangan samar. Sedetik setelahnya dia dengan tidak terduga muncul di samping Zhou Ye. Tendangan yang mengarah ke bagian belakang, gadis itu tanggulangi menggunakan untaian rantai Qi ungu. Namun, itu hanyalah serangan tipuan. Nangong Yixin menarik kakinya dan berputar untuk menyerang sisi kepala bagian samping dengan momentum tendangan ke dua."Kau melupakanku," ucap Il-Pyo menangkis serangan Nangong Yixin serta balas memukulnya mundur."Teknik Qi! Sembilan Mata Pedang!" Zhou Ye segera memanfaatkan celah untuk mengembalikan serangan.Nangong Yixin salto beberapa kali ke belakang guna mengambil jarak. Setelahnya, dia membuat segel tangan dan dengan seruan teknik Qi menciptakan gajah

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 85: Keadaan Genting

    "Keluarga Liu! Lancang sekali kalian membawa pasukan ke ibu kota. Tarik kembali pasukan kalian karena Kekaisaran tidak akan pernah mentolerir segala jenis pemberontakan!" Dari atas benteng ibu kota nan kokoh Putra Mahkota berteriak dengan lantang. Tepat di hadapannya, puluhan ribu pasukan dari prefektur Qilin telah siap dengan serangan mereka.Patrick keluarga Liu mendecih saat mendengar ancaman itu. Peringatan putra mahkota—Nilam Cheng Yen—malah dibalasnya dengan seruan melepas serangan. Panah serta tombak seketika menghujani ibu kota walaupun tampak sebuah formasi menahan semua dampak kerusakan.Ratusan ahli prefektur Qilin lanjut terbang ke atas. Baik teknik Qi ataupun Teknik Leluhur langsung mereka serukan dalam upaya menjebol pertahanan ibu kota. Tanpa menghancurkan formasi terlebih dahulu, mustahil ada serangan mereka yang akan berhasil.Tentu saja mereka yang ada di dalam benteng tidak tinggal diam. Semua pasukan mengangkat senjata dan balas menyerang. Dalam sekejap ibu kota d

  • Pendekar Dekrit Dewa   Bab 84: Bersatu

    Tidak ingin menjawab provokasi Il-Pyo hanya dengan kata-kata, sosok itu langsung menghilang dari tempatnya berdiri. Spontan saja tubuh Il-Pyo ikut berkedip kala melepas kecepatan ledakan kaki terbaiknya ke depan.BAAAAAANG!Di tengah jarak keduanya muncul dua bayangan dengan pukulan yang saling beradu. Dampaknya, hempasan udara yang cukup berfluktuasi menyebar ke segala arah. Pertentangan sengit terjadi beberapa saat selagi mereka berusaha saling mendominasi.Secara penilaian kasar kekuatan Il-Pyo meningkat karena kali ini ditambahkannya Benih Api. Namun, ranahnya yang masih jauh di bawah ranah lawannya membuat ia hanya mampu mengimbangi. Kesamaan kekuatan ini membuat mereka sama-sama terdorong pada akhir momentum pertemuan pukulan itu. Sesaat mendapatkan pijakan kembali, baik Il-Pyo ataupun sosok itu langsung memberikan serangan susulan. Mereka kembali berubah menjadi bayangan yang setiap jejaknya membuat tanah menjadi kehancuran."Sekarang mana yang lebih panas? Apimu atau apiku?"

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 83: Awal Perang Internal

    Telah dikonfirmasi jika ribuan pasukan dari prefektur Qilin langsung menuju ibu kota kekaisaran Nilam. Berbanding terbalik dengan persiapan mereka yang dilakukan bertahun-tahun lamanya. Persiapan di pihak kekaisaran Nilam begitu minim dan terkesan terburu-buru. Namun, semua persiapan berjalan sebaik usaha tertinggi mereka. Di kediaman keluarga Zhou, Il-Pyo bermeditasi seusai memulihkan diri karena membuat banyak pil. Dia kemudian bergabung dengan keluarga Zhou yang akan pergi menumpas keluarga Ling. Selagi musuh dari prefektur Qilin belum sampai, mereka harus berfokus diri menghancurkan keluarga yang berkhianat terlebih dahulu. Begitupun dengan keluarga Hou, mereka siap dengan tugas pertempuran melawan keluarga Zhong. Persiapan begitu mereka usahakan demi sesedikit mungkin mengalami kerugian. Seluruh orang kuat keluarga Hou sudah cukup siap ketika menyerang keluarga Zhong. "Aku rasa mereka akan bergerak sangat cepat untuk menerobos ibu kota. Keluarga Zhong dan keluarga Ling merupak

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 82: Pertanda Perang

    Seperginya dari kediaman keluarga Hou, Zhou Ye serta Il-Pyo lanjut mengunjungi keluarga Liao dan Jiang. Keluarga Liao dengan mudah menyetujui pengajuan aliansi karena dendam mereka saat di Pesisir Pantai Putih. Bagaimanapun saat itu banyak jenius keluarga Liao terbunuh karena kecurangan keluarga Zhong dan Ling. Hal ini lebih ke arah kesempatan yang sama sekali tidak mungkin mereka tolak.Di sisi lain, keluarga Jiang tampaknya paham situasinya lebih dari itu, mereka sedikit lagu dengan keadaan Kaisar sekalipun sudah dipulihkan. Namun, dengan pendekatan Il-Pyo sebagai Alkemis, keluarga Jiang yang tadinya bersikap netral akhirnya mau memihak. Begitupun dengan keluarga-keluarga lain yang lebih lemah, Zhou Ye serta Il-Pyo mampu meyakinkan mereka untuk berpihak pada kekaisaran. Yang menjadi masalah adalah kapan pertarungan puncaknya nanti. Untuk mengambil alih ibu kota orang-orang dari prefektur Qilin pasti akan segera datang membawa pasukannya. Perang internal sama sekali tidak dapat dihi

  • Pendekar Dekrit Dewa   bab 81: Memastikan Pengkhianat Kekaisaran

    Aliran waktu membawa Zhou Ye dan Il-Pyo pada keberhasilan penyelesaian latihan mereka. Inti Beast yang Il-Pyo serap merupakan inti Beast yang lebih baik dari yang selama ini dia dapat. meskipun begitu, tetap saja dia hanya berhasil maju sebanyak dua tingkat. Sekarang Il-Pyo berada di ranah Pengungkit Teknik bintang lima, ranah yang masih belum cukup jika dihadapkan pada pertarungan yang sama seperti sebelumnya. Tanpa dukungan pil Terlarang dia ragu dapat melawan ahli Penguasa Teknik di bintang dua ke atas. Di sebelahnya, Zhou Ye telah memurnikan semua efek pil Ketahanan Tubuh ke seluruh tubuh. Sebelumnya dia tidak pernah meningkatkan kemampuan tubuh karena percaya musuh tidak akan mampu mendekat. Namun, sekarang pembuluh darah gadis itu serasa dialiri oleh besi yang melebur dan menguatkan ketahan maupun kekuatan fisiknya. Zhou Ye merasa dia tidak akan kesulitan lagi bahkan tanpa teknik tipe pertahanannya. "Aku akan menerima teknik Leluhur. Apa kah kau ingin menungguku?" tanya Il-

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status