Beranda / Fantasi / Pendekar Cahaya / Pangeran Antakara

Share

Pendekar Cahaya
Pendekar Cahaya
Penulis: Omesh

Pangeran Antakara

Penulis: Omesh
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 16:28:48

Di saat senja menjelang, dari jauh gunung Belah terlihat membara dengan warna merah pantulan dari sinar matahari yang sudah mulai masuk ke peraduannya, kontras dengan warna putih salju di puncaknya. Tidak seperti umumnya gunung yang lain, gunung Belah disebut demikian karena salah satu sisinya tegak lurus bagaikan terpotong pisau raksasa. Sebuah bukti dari alam bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Selain Itu, di puncak gunung ini pun sering terdengar suara gemuruh sebagai tanda badai dan longsor salju sedang terjadi. Karena itulah orang tidak akan berpikir dua kali untuk lebih memilih membuat tempat tinggal dan bersosialisasi di kaki gunung yang lebih damai, subur dan sejuk. Keindahan pemandangan yang mampu menenangkan hati ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa penduduk. Mereka menyediakan penginapan dan rumah makan sebagai mata pencaharian mereka.

Daerah ini biasa disebut dengan Sukasari, merupakan desa yang cukup besar termasuk dalam wilayah Surya Utara salah satu kadipaten dari negeri Antakara.

Semakin petang menjelang malam, sang surya sudah tenggelam menyisakan semburat merah di kaki langit. 2 ekor kuda tampak berjalan tenang tidak terburu-buru. Penunggangnya seperti biasanya para wisatawan dari luar daerah, menunggangi kuda mereka sambil melihat ke sekeliling. Menikmati pemandangan yang indah lukisan Sang Pencipta Yang Agung.

Penunggang kuda itu sepertinya ayah dan anak, melihat gerak geriknya mereka sedang mencari penginapan.

Seorang bapak, tampaknya pemilik penginapan cukup tanggap melihat rejeki yang datang menghampirinya.

“Tuan, apakah anda berdua akan bermalam di sini? Beristirahatlah di penginapan kami, ada kamar yang bersih dan nyaman dengan pemandangan gunung Belah yang indah dari jendelanya,” ucap Bapak itu.

Kemudian dia melanjutkan, “Kami juga menyediakan berbagai menu makanan khas daerah sini, yang tidak akan Anda jumpai di daerah lain.”

Kelakuannya yang sopan dan ucapannya yang menarik, tampaknya berhasil. Perhatian ayah dan anak ini tertuju kepadanya, sehingga mereka berhenti dan turun dari kudanya. Si pemilik penginapan dengan sigap menerima tali kekang kuda dan memerintahkan kepada pembantunya untuk menurunkan bawaan kedua orang tersebut.

Di dalam kamar, sambil menikmati hidangan yang tersedia, kedua orang berbeda usia tersebut mulai terlibat pembicaraan.

“Ayah, apakah itu tujuan kita?” Anak itu bertanya sambil menunjuk gunung yang terlihat dari jendela kamar mereka.

Sang ayah menundukkan kepalanya dan menjawab, “Maafkan hamba Pangeran, di sini tidak ada orang lain, jangan panggil hamba seperti itu, hamba tidak pantas.”

“Mengapa tidak pantas Paman! Paman Nayaka sudah 10 tahun meninggalkan keluarga paman, mendampingiku, membimbing dan melindungiku, itu melebihi tindakan seorang ayah kepada anak kandungnya sendiri Paman,” bantah anak itu.

“Itu sudah menjadi kewajiban hamba Pangeran, janji hamba di hadapan Yang Mulia Ayahanda Pangeran.”

“Baiklah Paman, janji itu sudah selesai sebentar lagi, kembalilah kepada keluarga paman, mereka pasti juga sangat membutuhkan figur seorang ayah”

“Terima kasih Pangeran, keluarga hamba memang membutuhkan hamba, tapi negeri ini lebih membutuhkan Pangeran,” ucap sang Paman.

“Keadilan harus ditegakkan, takhta dan kekuasaan dikembalikan ke jalur yang benar, karena saat ini Antakara sedang dikuasai angkara murka dan manusia-manusia yang serakah,” sang paman melanjutkan.

Siapakah sebetulnya kedua orang ini?

Yang berusia setengah baya adalah Nayaka mantan Komandan Pasukan Pengawal Raja. Tubuhnya tegap, wajah cenderung kotak dengan rahang yang kuat, mata sedikit sipit dengan banyak kerutan di bawah kelopaknya, tapi yang mengejutkan adalah mata itu bersinar sangat tajam. Orang yang terbiasa bergelut di dunia persilatan mengerti bahwa sinar mata tersebut hanya dimiliki oleh orang yang sudah melatih jiwa dan raganya dengan bermeditasi, menyerap energi yang ada di alam ini menjadi sumber kekuatannya. Nayaka memiliki tenaga dalam yang sudah dilatih hampir 30 tahun karena sejak usia 12 tahun dia sudah terbiasa bermeditasi.

Pasukan Khusus Pengawal Raja adalah pasukan yang dibentuk sebagai nyawa cadangan bagi sang Raja. Karena tugas utama mereka adalah keselamatan Raja walaupun nyawa mereka sebagai gantinya. Tetapi kenapa justru pimpinan pasukan ini masih hidup sedangkan Raja Arkha, raja negeri Antakara terbunuh dalam kudeta berdarah yang dilakukan oleh kakak kandungnya sendiri, Pangeran Khandra.

Nayaka mendapatkan tugas lebih penting dari sang Raja, yaitu untuk menyelamatkan pewaris takhta yang sah, putra kandung Raja Arkha, Pangeran Bayu Narendra yang saat itu masih berumur 5 tahun.

Dalam pergolakan di istana itu, Pangeran Khandra dibantu oleh tokoh-tokoh persilatan golongan hitam, salah satunya adalah Bagaskoro si Malaikat Pencabut Nyawa, mantan Panglima Tertinggi kerajaan Antakara pada era Raja sebelumnya yaitu Raja Pramadana ayahanda dari Raja Arkha dan Pangeran Khandra. Raja Arkha melengserkan Bagaskoro dari jabatannya setelah mengetahui dan mendapatkan bukti perbuatan kotornya yaitu menyalah gunakan jabatan untuk kepentingan pribadi. Salah satunya menarik upeti dan pajak melebihi yang seharusnya, dan kelebihan itu masuk ke kantung pribadinya.

Karena dendam dipecat dari jabatannya itulah Bagaskoro mulai menghasut Pangeran Khandra yang memang lumpuh sejak lahir, untuk melakukan kudeta. Alasannya Pangeran Khandralah yang seharusnya berhak atas takhta kerajaan karena beliau adalah anak tertua. Maka pewaris berikutnya adalah putra beliau yang saat ini berusia 10 tahun bernama Pangeran Bhanu Baskara.

Pangeran Khandra sebetulnya tidak terlalu peduli dengan takhta kerajaan mengingat kondisi fisiknya, tetapi beliau sangat menyayangi putranya melebihi apapun di dunia ini, karena itulah beliau tega menghancurkan hubungan kakak adik dengan membunuh adiknya sendiri, Raja Arkha menggunakan racun.

Untunglah masih ada satu barang berupa kitab pusaka, “Kitab Bumi” warisan turun temurun dari raja-raja sebelumnya yang diincar oleh Bagaskoro. Kitab pusaka tersebut dimanfaatkan oleh Raja Arkha sebagai penukar keselamatan Pangeran Bayu Narendra dan Permaisuri Safira.

Tetapi Bagaskoro tidak mau meninggalkan masalah di kemudian hari, dengan ilmunya yang tinggi disegelnya cakra pusat energi di tubuh Pangeran Bayu sehingga seumur hidup tidak akan bisa memiliki tenaga dalam lagi, sedangkan Permaisuri diasingkan di daerah terpencil, hanya ditemani oleh seorang dayang, dengan disertai ancaman bila Permaisuri keluar dari pengasingan Pangeran Bayu akan dibunuh.

Begitulah Nayaka dipercaya oleh Raja Arkha untuk melindungi Pangeran Bayu dan sebuah pesan rahasia untuk membawa pangeran di usia 15 tahun ke tempat sesuai peta yang diambilnya di tempat rahasia sesuai petunjuk Yang Mulia sebelum ajalnya.

Itulah sebabnya Nayaka saat ini berdiri di lereng gunung Belah, bersama Pangeran Bayu, menghadap ke arah dua buah batu besar membentuk gapura alami di bibir jurang yang tidak tampak dasarnya. Hanya hamparan putih awan yang bergulung-gulung bagaikan kapas yang terlihat saat mereka menengok ke bawah. Biasanya orang harus mendongak ke atas bila ingin melihat awan, di sini awan-awan itu berada di bawah kaki mereka. Sungguh sebuah karya agung dari Sang Pencipta. Mereka terpana sesaat, melupakan lelahnya perjalanan barusan, melupakan permasalahan selama ini, dendam dan perebutan kekuasaan antar saudara.

Tapi Nayaka segera tersadar dan membuka peta serta membaca sederet tulisan kecil di bawahnya, ‘berdirilah di antara 2 batu, turunlah ke bawah kembali ke tanah leluhur’

Sampai sekarang dia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat ini. Apakah berarti pangeran Bayu harus bunuh diri dengan terjun ke dalam jurang. Nayaka adalah mantan pengawal Raja, bila dia yang diperintahkan untuk terjun ke jurang oleh sang Raja, tanpa bertanya apapun dia akan langsung loncat ke dalam jurang itu. Tetapi sekarang putra sang Raja yang berada dalam lindungannya yang harus masuk ke jurang di hadapannya, hatinya benar-benar bimbang, apa yang harus dilakukannya. Akhirnya dengan terpaksa diambilnya tali panjang dalam karung yang sudah disiapkannya sejak awal perjalanan. Tali tersebut diikatkan pada 2 batu besar dengan diatur supaya menjuntai ke jurang tepat di antara 2 batu.

“Turunlah Pangeran ikatkan tali ini di pinggang dan peganglah dengan erat, hamba akan menurunkan Pangeran pelan-pelan,” Nayaka mengangsurkan ujung tali kepada Pangeran Bayu.

“Bila ada sesuatu yang aneh, teriaklah Pangeran, maka hamba akan menarik kembali Pangeran ke atas.”

“Baik Paman, aku percayakan semuanya kepadamu.” Lalu Nayaka mulai menurunkan pangeran Bayu dengan mengulur tali tersebut pelan-pelan. Sudah setengah panjang tali terulur, tidak ada kejadian apapun, tiga perempat panjang tali, hingga sedikit lagi tali terulur habis. Tiba-tiba Nayaka merasakan tali itu bergerak lebih kencang dan ada suara yang tidak jelas dari bawah jurang. Dia menghentikan uluran tali, tapi tali itu masih terus bergoyang, hingga tiba-tiba pegangan pada talinya terasa ringan. Tepat pada saat itu terdengar suara teriakan panjang dari Pangeran Bayu,

“Aaaaaaarrrggh ... ” Lalu sunyi, hanya desiran angin gunung dan derik serangga di pohon dan di bawah batu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mabrur Binnurdin
ceritanya di dalam kamar, kok jadi terjun ke jurang?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Cahaya   Kudeta Berdarah

    Nayaka terkesima, lalu dengan nekat dia menuruni tali tersebut menyusul pangeran Bayu, hingga tiba di ujung tali tidak ditemuinya hal yang aneh hanya batuan di dinding tebing yang keras dan tajam, dia menduga hal inilah yang menyebabkan tali ini putus. Nayaka memutuskan untuk naik lagi dan mencari jalan lain untuk menuruni dasar jurang tersebut. Setelah cukup lama mencari jalan lain yang menuju ke dasar jurang tersebut, akhirnya keesokan harinya sampailah ia di dasar jurang dimana diperkirakannya tepat di bawah 2 batu besar seperti gapura itu. Di sini adalah padang ilalang yang cukup tinggi, setinggi paha orang dewasa, sehingga sulit sekali untuk mencari sesosok tubuh atau mayat seseorang di tengah-tengahnya. Tetapi Nayaka tidak putus asa disisirnya terus daerah tersebut pada area yang cukup luas dengan berjalan bolak balik, tapi hasilnya nihil.[POV Pangeran Bayu]Tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku, kejadian hari itu. Paman Khandra berkunjung ke istana utama, kediamanku bersa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Terjatuh Ke Jurang

    Selanjutnya adalah perjalananku bersama Paman Nayaka dari satu tempat ke tempat lain, Paman tidak pernah menetap lama di suatu tempat, dan untuk menghindari kecurigaan orang paman tidak pernah membawa senjata dan tidak memanggilku pangeran atau Bayu melainkan Ubay, dan aku memanggilnya Ayah.Setelah 10 tahun mengembara, inilah tempat tujuan akhir yang diperintahkan ayahanda kepada Paman Nayaka untuk mengantarku.Tempat yang sangat indah, awan putih bergulung-gulung di bawah kaki, hanya beberapa ekor burung yang terbang di atasnya, sementara 2 buah batu besar bagaikan gapura yang seolah menyambutku laksana seorang Raja yang akan memasuki istananya, “Hmm tempat ini akan menjadi kuburanku atau tanah harapan tempatku memulai hidup baru, aku tidak tahu.”Aku tersentak dari lamunanku ketika paman Nayaka berkata,“Turunlah Pangeran! Ikatkan tali ini di pinggang dan peganglah dengan erat, hamba akan menurunkan Pangeran pelan-pelan.”“Baik Paman, aku percayakan semuanya kepadamu” berbeda denga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Agartha, Negeri Di Perut Bumi

    Entah sudah berapa lama, akhirnya Bayu merasakan luncurannya melambat sepertinya terowongan ini melandai, jantungnya berdegup lebih kencang, “Apakah sudah hampir sampai, tembus ke manakah ini?” Tidak lama dia mulai melihat setitik cahaya, semakin lama semakin besar, sepertinya ujung terowongan ini. Akhirnya, “Byuurrrr ... “ sekali lagi dirinya terjun ke dalam air, tidak terlalu tinggi jarak lubang keluar dengan permukaan air sehingga tidak ada rasa sakit ketika dia terjatuh ke air. Ada suara gemuruh dari air yang jatuh ke kolam, yang ternyata adalah sebuah air terjun, jadi lubang keluar terowongan tadi ada di balik air terjun sehingga tidak terlihat dari luar. Bayu berenang menjauhi air terjun sambil melihat sekelilingnya, dia hampir tidak percaya dengan matanya sendiri, dia pernah tinggal di istana dimana taman-taman, kolam dan jalannya ditata sangat rapi dan indah. Tapi di sini dia melihat sebuah tempat yang luar biasa indahnya. Pohon-pohon, kolam dan air terjun ini jelas alami buka

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Sejarah Leluhur

    Mata Bayu terbelalak mendengar jawaban Myra, setengah berteriak dia berkata, "Ngaco kau Myra! Bagaimana mungkin ... ? Ayah John paling-paling seumur dengan kakekku Raja Pramadana, sedangkan kakekku adalah generasi ke-5 Raja Antakara, jadi mustahil ayah John menjadi pendiri kerajaan Antakara.”“Sabar Bayu, akan kujelaskan semuanya! Di Agartha semua orang diberi kebebasan untuk mendalami bidang ilmu yang diminatinya, ada 2 bidang ilmu utama yang banyak ditekuni oleh penduduk Agartha, yang pertama adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, sedang yang kedua adalah olah tubuh atau ilmu kanuragan. Ayah John sangat berminat dalam hal ilmu kanuragan, beliau menjadi pemimpin bagi orang-orang dengan minat yang sama, mereka memiliki semacam buku pedoman yang disebut Kitab Bumi dan Kitab Langit.”Bayu mengerutkan kening dia ingat ada sebuah kitab yang direbut oleh si Pengkhianat Bagaskoro, kalau tidak salah itu adalah Kitab Bumi, lalu di manakah Kitab Langitnya.Myra melanjutkan, “Umumnya seorang a

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Penelitian Di Agartha

    Sementara itu di sebuah ruangan pada gedung yang lain, ada seorang gadis usia 17an tahun yang memiliki wajah dan bentuk tubuh persis dengan Myra, hanya bola matanya berwarna kelabu, persis seperti mata John. Gadis ini bernama Kirani, dia tampak mengutak-atik sesuatu yang mirip burung gagak, yang tergeletak di meja di hadapannya.“Tok tok tok” terdengar suara ketukan dari pintu ruangannya.“Masuk! ... ” Kirani sedikit berteriak,“Halo Kira, apa kabar, bagaimana kemajuan penelitianmu?” Orang yang masuk ternyata adalah John.“Penelitian yang mana John? Robot-robot gagak ini?” tanya Kirani“Bukan Kira, tapi mesin teleportasi, yang mengirim gagak-gagak itu” John menjelaskan maksudnya.Kirani menunjuk sebuah tabung kaca seukuran orang dewasa di tengah ruangan sambil berkata “Sedang kusempurnakan lagi, sejauh ini hanya robot-robot gagak ini yang berhasil kupindahkan ke permukaan bumi, aku belum mencobanya pada makhluk hidup.”John menanggapi, “Kita tertinggal jauh dari ayahku, beliau sudah 5

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Mendapatkan Kekuatan Fisik

    Bayu berpaling memandang John dan kemudian melanjutkan, “Pada awalnya sampai kerajaan Antakara berdiri Raja Martinus tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita manapun, walaupun banyak sekali perempuan yang mengaguminya dan pasti dengan senang hati dijadikan istri atau hanya selir sekalipun. Baru setelah Raja Martinus berpikir untuk berhenti memperluas wilayah Antakara, beliau mulai memikirkan penerus cita-citanya yaitu seorang anak. Karena itulah beliau mengangkat putri dari seorang sahabatnya bernama Maheswari menjadi permaisurinya. Sepertinya hal inilah yang menyebabkan Raja Antakara sampai sekarang tidak pernah memiliki selir.”John termenung, kekaguman pada ayahnya semakin bertambah setelah mengetahui betapa setianya sang ayah kepada ibunya.“Lalu bagaimana dengan meninggalnya Bayu, apa yang terjadi?” John kembali bertanya.“Raja Martinus meninggal dengan tenang di usia tua, beliau ditemukan tak bernafas lagi dalam keadaan bermeditasi.” Bayu berhenti sebentar menghela nafa

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Bibit-bibit Pemberontakan

    Negeri Antakara berkabung dengan wafatnya Raja Arkha, rakyat hanya tahu bahwa sang Raja wafat karena penyakit yang langka.Pangeran Khandra sebagai Kakak Raja diangkat sebagai gantinya, tetapi karena cacat fisiknya maka Pangeran Bhanu Baskara, sang Putra Mahkota, akan menggantikannya disaat umur beliau dianggap cukup dewasa. Saat ini Pangeran Bhanu baru berumur 10 tahun.Selain itu di negeri Antakara ini ada sebuah jabatan baru yaitu Penasihat Raja, yang saat ini dijabat oleh Bagaskoro mantan panglima pasukan kerajaan Antakara pada era Raja Pramadana. Sebetulnya rakyat tidak begitu suka dengan Bagaskoro, tindakannya yang semena-mena pada rakyat yang tidak bisa membayar pajak, sudah jauh dari kata adil apalagi bijaksana. Rakyat khawatir sebagai Penasihat Raja, Bagaskoro akan mempengaruhi Raja untuk mengeluarkan peraturan-peraturan yang memberatkan rakyat kecil. Begitulah, seperti kata pepatah, sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai, bau busuknya akan tercium juga.Desas-desus mula

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Pendekar Cahaya   Iblis Seribu Racun

    Menteri Supala segera mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh orang tersebut, mencegah racun menyerang jantung. Orang tersebut membuka matanya.Pakuwon berteriak cemas, “Aryasuta ini aku Pakuwon! Bersama dengan Tuan Menteri Supala, jelaskanlah dimana Permaisuri Safira berada.”“Uhuk ... uhuk ... hoek!” Aryasuta memuntahkan darah hitam berbau amis, tampaknya nyawanya tidak bisa dipertahankan lebih lama lagi.Menteri Supala menyalurkan tenaga dalamnya semakin deras. Dia berharap Aryasuta bisa menyampaikan keberadaan Permaisuri Safira.“Surya ... Bar... at, de ... kat da ... nau, hoeeek!” Aryasuta muntah darah lagi dan melayanglah jiwanya. Kematian yang tragis. Selama ini Aryasuta ketakutan, bersembunyi, lari dari kejaran kakek bertongkat kepala ular, tetapi akhirnya tewas di tangan orang itu juga.**Siapakah kakek bertongkat kepala ular itu sebenarnya?Kakek itu adalah seorang datuk persilatan penguasa Lembah Ular di daerah Surya Barat. Dia seorang pawang ular yang terkenal kejam dan gana

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22

Bab terbaru

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

  • Pendekar Cahaya   Mati Suri

    Sementara di negeri Buntala, Raja Darpa memimpin sendiri pasukannya didampingi oleh menantunya, Prastowo. Keberangkatan pasukan justru saat lewat tengah hari, mereka memperkirakan memasuki wilayah Antakara ketika matahari mulai tenggelam. Walaupun jalan masuk ke Antakara sudah disiapkan mereka tetap berusaha untuk tidak menarik perhatian penduduk. Hutan perbatasan Surya Selatan dan Surya Timur akan dijadikan markas sementara mereka sebelum menyerang ke istana.Mahen dan Nayaka yang sudah melihat pergerakan Pasukan Buntala, segera kembali untuk melaporkan hasil pengintaiannya kepada Raja Bhanu melalui pengawalnya. ***Bayu membuka matanya dan bertanya, “Di mana ini John?”“Kau baru saja kuangkat keluar dari arena pertandingan,” jawab John.Lalu Bayu bertanya lagi, “Apakah ada yang curiga dengan kematianku?”“Sepertinya tidak, salah satu juri sudah memberi tanda bahwa kau sudah mati pada Bagaskoro,” ungkap John.“Bagus! Berarti sekarang saatnya untuk rencana berikutnya,” ujar Bayu, sam

  • Pendekar Cahaya   Kalah

    Pada saat genting seperti itu, seseorang meloncat ke atas panggung, sambil berkata, “Kau sudah menang Baroto, Lepaskan Tuan Dewangga, akulah yang kau tantang sebetulnya bukan.” Bayu membungkuk hormat pada Tuan Dewangga, “Maafkan kelancanganku Paman.”“Tidak apa-apa Bayu, aku justru berterima kasih padamu, berhati-hatilah si Kodok Bau ini tenaga dalamnya sangat hebat,” jawab Tuan Dewangga lesu. Baroto tertawa bangga, lalu berkata dengan tidak sabar, “Ayo cepat! Kalau mau ngobrol di warung saja.”“Silakan Baroto, aku sudah siap,” ucap Bayu.Baroto berkata dengan pongah, “Karena kau masih muda, kuberi kesempatan untuk menyerang dulu.”Bayu tidak sungkan lagi, dari pertarungan Baroto tadi ia melihat jurus kodoknya sedikit lebih lambat bila harus berbalik arah. Karena itu Bayu langsung menggunakan jurus udara dan bergerak ringan ke belakang Baroto yang sudah memasang kuda-kuda jurus kodoknya. Tenaga dalam Bayu terkumpul di tangan membentuk bola tenaga, lalu dilontarkannya ke arah Baroto.

  • Pendekar Cahaya   Tidak Mencolok

    Pemuda itu memang Bayu, ia mendekati ujian tahap ke-dua. Dirangkulnya batu besar itu dengan kedua tangannya, lalu dikerahkannya tenaga dan batu itu pun terangkat di atas kepalanya. Bayu sengaja tidak mau menunjukkan semua ilmunya, ini adalah bagian dari rencananya. Tapi tetap saja penonton memberikan dukungannya dan saling bertanya siapakah pemuda ini.Pada ujian terakhir Bayu hanya mengambil satu pisau dan melemparkannya, tepat mengenai sasaran. Meskipun dinyatakan lolos, tapi tak ada gerakan atau hasil yang menghebohkan. Menteri Supala mendekatinya dan bertanya, “Apakah perlu kuumumkan identitasmu Bayu?”Bayu menggeleng, “Jangan Paman, cukup asal Bagaskoro tahu siapa diriku.”Maka di kalangan penonton mulai beredar desas-desus bahwa pemuda itu adalah Pangeran Bayu putra dari Raja Arkha. Berita ini pun sampai ke telinga Bagaskoro, segera ia memerintahkan orang untuk memanggil Baroto. “Sobat, pemuda yang baru saja lolos adalah targetmu. Tampaknya kali ini kau salah menilai orang. Men

DMCA.com Protection Status