Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu
Di saat senja menjelang, dari jauh gunung Belah terlihat membara dengan warna merah pantulan dari sinar matahari yang sudah mulai masuk ke peraduannya, kontras dengan warna putih salju di puncaknya. Tidak seperti umumnya gunung yang lain, gunung Belah disebut demikian karena salah satu sisinya tegak lurus bagaikan terpotong pisau raksasa. Sebuah bukti dari alam bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Selain Itu, di puncak gunung ini pun sering terdengar suara gemuruh sebagai tanda badai dan longsor salju sedang terjadi. Karena itulah orang tidak akan berpikir dua kali untuk lebih memilih membuat tempat tinggal dan bersosialisasi di kaki gunung yang lebih damai, subur dan sejuk. Keindahan pemandangan yang mampu menenangkan hati ini pun menjadi sumber penghasilan bagi beberapa penduduk. Mereka menyediakan penginapan dan rumah makan sebagai mata pencaharian mereka. Daerah ini biasa disebut dengan Sukasari, merupakan desa yang cukup besar termasuk dalam wilayah Surya Utara salah satu
Nayaka terkesima, lalu dengan nekat dia menuruni tali tersebut menyusul pangeran Bayu, hingga tiba di ujung tali tidak ditemuinya hal yang aneh hanya batuan di dinding tebing yang keras dan tajam, dia menduga hal inilah yang menyebabkan tali ini putus. Nayaka memutuskan untuk naik lagi dan mencari jalan lain untuk menuruni dasar jurang tersebut. Setelah cukup lama mencari jalan lain yang menuju ke dasar jurang tersebut, akhirnya keesokan harinya sampailah ia di dasar jurang dimana diperkirakannya tepat di bawah 2 batu besar seperti gapura itu. Di sini adalah padang ilalang yang cukup tinggi, setinggi paha orang dewasa, sehingga sulit sekali untuk mencari sesosok tubuh atau mayat seseorang di tengah-tengahnya. Tetapi Nayaka tidak putus asa disisirnya terus daerah tersebut pada area yang cukup luas dengan berjalan bolak balik, tapi hasilnya nihil.[POV Pangeran Bayu]Tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku, kejadian hari itu. Paman Khandra berkunjung ke istana utama, kediamanku bersa
Selanjutnya adalah perjalananku bersama Paman Nayaka dari satu tempat ke tempat lain, Paman tidak pernah menetap lama di suatu tempat, dan untuk menghindari kecurigaan orang paman tidak pernah membawa senjata dan tidak memanggilku pangeran atau Bayu melainkan Ubay, dan aku memanggilnya Ayah.Setelah 10 tahun mengembara, inilah tempat tujuan akhir yang diperintahkan ayahanda kepada Paman Nayaka untuk mengantarku.Tempat yang sangat indah, awan putih bergulung-gulung di bawah kaki, hanya beberapa ekor burung yang terbang di atasnya, sementara 2 buah batu besar bagaikan gapura yang seolah menyambutku laksana seorang Raja yang akan memasuki istananya, “Hmm tempat ini akan menjadi kuburanku atau tanah harapan tempatku memulai hidup baru, aku tidak tahu.”Aku tersentak dari lamunanku ketika paman Nayaka berkata,“Turunlah Pangeran! Ikatkan tali ini di pinggang dan peganglah dengan erat, hamba akan menurunkan Pangeran pelan-pelan.”“Baik Paman, aku percayakan semuanya kepadamu” berbeda denga
Entah sudah berapa lama, akhirnya Bayu merasakan luncurannya melambat sepertinya terowongan ini melandai, jantungnya berdegup lebih kencang, “Apakah sudah hampir sampai, tembus ke manakah ini?” Tidak lama dia mulai melihat setitik cahaya, semakin lama semakin besar, sepertinya ujung terowongan ini. Akhirnya, “Byuurrrr ... “ sekali lagi dirinya terjun ke dalam air, tidak terlalu tinggi jarak lubang keluar dengan permukaan air sehingga tidak ada rasa sakit ketika dia terjatuh ke air. Ada suara gemuruh dari air yang jatuh ke kolam, yang ternyata adalah sebuah air terjun, jadi lubang keluar terowongan tadi ada di balik air terjun sehingga tidak terlihat dari luar. Bayu berenang menjauhi air terjun sambil melihat sekelilingnya, dia hampir tidak percaya dengan matanya sendiri, dia pernah tinggal di istana dimana taman-taman, kolam dan jalannya ditata sangat rapi dan indah. Tapi di sini dia melihat sebuah tempat yang luar biasa indahnya. Pohon-pohon, kolam dan air terjun ini jelas alami buka
Mata Bayu terbelalak mendengar jawaban Myra, setengah berteriak dia berkata, "Ngaco kau Myra! Bagaimana mungkin ... ? Ayah John paling-paling seumur dengan kakekku Raja Pramadana, sedangkan kakekku adalah generasi ke-5 Raja Antakara, jadi mustahil ayah John menjadi pendiri kerajaan Antakara.”“Sabar Bayu, akan kujelaskan semuanya! Di Agartha semua orang diberi kebebasan untuk mendalami bidang ilmu yang diminatinya, ada 2 bidang ilmu utama yang banyak ditekuni oleh penduduk Agartha, yang pertama adalah ilmu pengetahuan dan teknologi, sedang yang kedua adalah olah tubuh atau ilmu kanuragan. Ayah John sangat berminat dalam hal ilmu kanuragan, beliau menjadi pemimpin bagi orang-orang dengan minat yang sama, mereka memiliki semacam buku pedoman yang disebut Kitab Bumi dan Kitab Langit.”Bayu mengerutkan kening dia ingat ada sebuah kitab yang direbut oleh si Pengkhianat Bagaskoro, kalau tidak salah itu adalah Kitab Bumi, lalu di manakah Kitab Langitnya.Myra melanjutkan, “Umumnya seorang a
Sementara itu di sebuah ruangan pada gedung yang lain, ada seorang gadis usia 17an tahun yang memiliki wajah dan bentuk tubuh persis dengan Myra, hanya bola matanya berwarna kelabu, persis seperti mata John. Gadis ini bernama Kirani, dia tampak mengutak-atik sesuatu yang mirip burung gagak, yang tergeletak di meja di hadapannya.“Tok tok tok” terdengar suara ketukan dari pintu ruangannya.“Masuk! ... ” Kirani sedikit berteriak,“Halo Kira, apa kabar, bagaimana kemajuan penelitianmu?” Orang yang masuk ternyata adalah John.“Penelitian yang mana John? Robot-robot gagak ini?” tanya Kirani“Bukan Kira, tapi mesin teleportasi, yang mengirim gagak-gagak itu” John menjelaskan maksudnya.Kirani menunjuk sebuah tabung kaca seukuran orang dewasa di tengah ruangan sambil berkata “Sedang kusempurnakan lagi, sejauh ini hanya robot-robot gagak ini yang berhasil kupindahkan ke permukaan bumi, aku belum mencobanya pada makhluk hidup.”John menanggapi, “Kita tertinggal jauh dari ayahku, beliau sudah 5
Bayu berpaling memandang John dan kemudian melanjutkan, “Pada awalnya sampai kerajaan Antakara berdiri Raja Martinus tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita manapun, walaupun banyak sekali perempuan yang mengaguminya dan pasti dengan senang hati dijadikan istri atau hanya selir sekalipun. Baru setelah Raja Martinus berpikir untuk berhenti memperluas wilayah Antakara, beliau mulai memikirkan penerus cita-citanya yaitu seorang anak. Karena itulah beliau mengangkat putri dari seorang sahabatnya bernama Maheswari menjadi permaisurinya. Sepertinya hal inilah yang menyebabkan Raja Antakara sampai sekarang tidak pernah memiliki selir.”John termenung, kekaguman pada ayahnya semakin bertambah setelah mengetahui betapa setianya sang ayah kepada ibunya.“Lalu bagaimana dengan meninggalnya Bayu, apa yang terjadi?” John kembali bertanya.“Raja Martinus meninggal dengan tenang di usia tua, beliau ditemukan tak bernafas lagi dalam keadaan bermeditasi.” Bayu berhenti sebentar menghela nafa