Menteri Supala segera mengalirkan tenaga dalamnya ke tubuh orang tersebut, mencegah racun menyerang jantung. Orang tersebut membuka matanya.Pakuwon berteriak cemas, “Aryasuta ini aku Pakuwon! Bersama dengan Tuan Menteri Supala, jelaskanlah dimana Permaisuri Safira berada.”“Uhuk ... uhuk ... hoek!” Aryasuta memuntahkan darah hitam berbau amis, tampaknya nyawanya tidak bisa dipertahankan lebih lama lagi.Menteri Supala menyalurkan tenaga dalamnya semakin deras. Dia berharap Aryasuta bisa menyampaikan keberadaan Permaisuri Safira.“Surya ... Bar... at, de ... kat da ... nau, hoeeek!” Aryasuta muntah darah lagi dan melayanglah jiwanya. Kematian yang tragis. Selama ini Aryasuta ketakutan, bersembunyi, lari dari kejaran kakek bertongkat kepala ular, tetapi akhirnya tewas di tangan orang itu juga.**Siapakah kakek bertongkat kepala ular itu sebenarnya?Kakek itu adalah seorang datuk persilatan penguasa Lembah Ular di daerah Surya Barat. Dia seorang pawang ular yang terkenal kejam dan gana
Tetapi Permadi sekarang bukan Permadi dulu, ditangkapnya tangan tuan Margono dan dipuntirnya ke belakang.Tuan Margono berteriak kesakitan, “Argh ... aduh ... duh, hei pengawal goblok! Cepat bunuh dia!” Kedua penjaga gerbang tadi berlarian ke arah Permadi, belum sampai, Permadi sudah mendahului mereka dengan tendangan yang sangat keras. Tepat mengenai dada penjaga yang berlari di depan, sehingga penjaga itu terpental dan membentur temannya di belakang, dan mereka terguling-guling 2 depa jauhnya.Tuan Margono terperanjat dengan kehebatan Permadi sekarang. Tangannya masih terpuntir ke belakang, sakitnya bukan main. Tapi sekarang dia sudah tidak berani membentak lagi. “Baiklah aku akan membayar upahmu, lepaskan tanganku” wajah Tuan Margono sudah berkeringat dan meringis menahan sakit. “Tunjukkan tempat penyimpanan uangmu” Permadi malah semakin mendorong tuan Margono ke dalam rumahnya. Istri Tuan Margono yang keluar untuk melihat apa yang terjadi di depan, terkejut dan berteriak melihat
Bayu terkejut ketika dirasakan tanah di bawah kakinya berguncang bagaikan gempa bumi, belum pulih keseimbangannya Ramos menyusul dengan “Jurus memutar bumi!” Tangannya berputar dan Krrttkk, krrrttkk! Gumpalan tanah dan batu di sekitarnya ikut berputar kemudian terpental mengarah ke tubuh Bayu. Hanya sejengkal lewat di samping Bayu. Drrrbbb, drrrbbb, drrrbbb! Batu dan gumpalan tanah itu amblas menghantam permukaan tanah.Bayu terjatuh duduk, lemas dan kaget, jantungnya masih berdegup kencang, tidak diduganya jurus yang sama ketika dilakukan oleh Ramos dengan pengerahan tenaga dalam, efeknya bisa begitu dahsyat.“Cukup pak Ramos! Tubuhku bisa hancur terkena serangan seperti itu, aku mohon tunjukkan saja kekuatan tenaga dalam dari unsur-unsur yang lain.“Baik, perhatikanlah Bayu, engkau sudah menguasai gerakannya hanya hasilnya akan berbeda saat kau melambarinya dengan tenaga dalam yang tepat.”Ramos mulai memasang kuda-kuda jurus air. Tangannya dengan telunjuk dan jari tengah mengac
Bayu diturunkan melalui lubang di langit-langit gua, Jantungnya berdegup kencang mengingat dia akan berhadapan dengan sang Naga yang di negerinya menjadi cerita turun temurun sebagai lambang kekuatan.Setelah kakinya menginjak dasar gua, dilepasnya tali yang mengikat pinggangnya. Pandangannya menyapu sekelilingnya, tidak dilihatnya sang naga, hanya mata air kecil di pojok gua dimana airnya mengalir di bawah dinding gua menuju keluar. Di sekitarnya ada beberapa pohon yang tumbuh dengan batang besar dan daun yang cukup lebat, tetapi tidak terlihat buahnya. Bayu mengalihkan perhatiannya ke arah dalam gua yang terlihat mengecil dan gelap. Dia membawa senter yang diberikan John kepadanya. Dinyalakannya, dan mulai melangkahkan kakinya ke dalam gua dengan penuh kewaspadaan. Belum jauh dia memasuki gua didengarnya suara menggeram lemah. Dihentikannya langkahnya, cahaya senter diarahkan ke sekelilingnya, hanya tampak dinding gua. Tetapi sepertinya beberapa puluh langkah lagi ke depan gua ini a
Dengan penuh semangat atas idenya itu, Bayu kembali ke gua tempatnya berlatih selama ini.Dibukanya lembar kedua yang masih kosong tanpa tulisan, lalu disalurkannya tenaga dalam dari unsur logam dengan pengaturan yang tepat agar kertasnya tidak rusak. Perlahan tapi jelas mulai muncul tulisan berwarna perak dari kertas tersebut. Bayu tersenyum puas dengan keberhasilannya. Hal yang sama dicobanya pada lembaran-lembaran kosong kitab langit yang lain, ternyata hanya kira-kira sepertiga dari keseluruhan kitab langit yang memunculkan tulisan sedangkan dua pertiga bagian yang lain tetap kosong, walaupun Bayu sudah menyalurkan tenaga dalam unsur logam pada kertasnya. Dengan cepat dia berpikir bahwa dua pertiga bagian itu adalah bagian yang menjelaskan tentang ruang dan waktu. Seharusnya tulisannya baru akan muncul bila dia telah menyalurkan tenaga dalam cahaya dari bab awal kitab langit.Bayu mengulang lagi penyaluran tenaga dalam pada lembaran kedua, karena tulisannya kembali hilang setelah
Seorang gadis dengan wajah yang cantik membuat siapapun terutama kaum pria enggan memalingkan matanya dari wajah itu, apalagi ditambah keunikan pada bola matanya yang berwarna kelabu. Hal ini juga mungkin yang membuat 5 orang pria berseragam prajurit istana dengan tombak mengacung, mengelilingi si cantik ini. “Pemberontak menyerahlah! Kau sudah tidak mungkin lari lagi,” salah seorang prajurit mengancam sambil membebaskan matanya, menikmati pemandangan cantik ini sepuas-puasnya.“Aku bukan pemberontak, kalian tidak boleh menuduh orang sembarangan.” Si cantik membantah tuduhan kepadanya.Tetapi kelima orang prajurit ini tidak peduli dengan bantahan itu, kapan lagi mereka bisa menemukan gadis bak bidadari seperti ini, mereka sudah lama bertugas jauh ke daerah-daerah terpencil, medan berat dan serangan dari pemberontak adalah makanan mereka sehari-hari. Sekarang secara tak terduga ada sesosok bidadari yang muncul di hadapan mereka, tidak mungkin dibiarkan lewat begitu saja.Seorang praju
Prast memberikan seekor kuda kepada Kirani, kuda putih yang gagah, tapi Kirani tidak pernah menunggangi kuda, dia merasa canggung sekali berada di punggung kuda, “Jangan cepat-cepat Prast, aku tidak terbiasa menunggang kuda.”Suatu hal yang menguntungkan bagi Prastowo, dia memang ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan gadis cantik ini, entah mengapa sejak melihat Kirani pertama kali tadi dia merasa ingin mengenal gadis ini lebih dekat.“Santai saja Kira, bila engkau lelah katakan saja, kita akan beristirahat, tidak perlu terburu-buru, kita juga bisa menikmati pemandangan selama perjalanan ini.”Tepat saat sore menjelang malam, mereka memasuki sebuah kota kecil yang cukup ramai, Prast tampak sudah hafal dengan keadaan kota ini, dia menunjukkan pada Kira toko-toko di situ dan menjelaskan barang-barang apa saja yang dijual di toko tersebut, “Di depan ada sebuah rumah makan yang terkenal enak makanannya, dan di sebelahnya ada penginapan yang bersih dan nyaman, kita istirahat di peng
Prast sudah merasakan pancaran tenaga dalam yang masih lemah tetapi cukup banyak, sekitar 6-7 orang.Benar saja begitu mereka memasuki hutan segera berloncatan 7 orang dari balik semak dan pohon, masing-masing membawa senjata tajam, ada yang membawa golok, tombak, dan rantai dengan ujung roda bergerigi tajam. Tampang mereka kasar dan seram. Pandangan terarah penuh nafsu kepada Kira, bahkan ada beberapa dari mereka mulutnya terbuka lebar hampir meneteskan air liur.“Hehehe ... hari ini benar-benar hari keberuntungan kita. Ada bidadari yang datang berkunjung. Tampaknya nanti malam aku harus bersiap untuk tidak tidur khusus menemaninya bermain di kamarku.” Seorang dengan berewok kasar di wajahnya berkata tidak sopan sambil berjalan mendekati Kira.Prast naik darah mendengar ucapan kotor orang yang tampaknya adalah pimpinan rampok itu, dia langsung menghadang di depannya. “Menyingkirlah kalian! Atau akan kurobek semua mulut kalian yang kotor itu.”“Wuahaha bocah, tidak usah sok bergaya p