Bayu diturunkan melalui lubang di langit-langit gua, Jantungnya berdegup kencang mengingat dia akan berhadapan dengan sang Naga yang di negerinya menjadi cerita turun temurun sebagai lambang kekuatan.Setelah kakinya menginjak dasar gua, dilepasnya tali yang mengikat pinggangnya. Pandangannya menyapu sekelilingnya, tidak dilihatnya sang naga, hanya mata air kecil di pojok gua dimana airnya mengalir di bawah dinding gua menuju keluar. Di sekitarnya ada beberapa pohon yang tumbuh dengan batang besar dan daun yang cukup lebat, tetapi tidak terlihat buahnya. Bayu mengalihkan perhatiannya ke arah dalam gua yang terlihat mengecil dan gelap. Dia membawa senter yang diberikan John kepadanya. Dinyalakannya, dan mulai melangkahkan kakinya ke dalam gua dengan penuh kewaspadaan. Belum jauh dia memasuki gua didengarnya suara menggeram lemah. Dihentikannya langkahnya, cahaya senter diarahkan ke sekelilingnya, hanya tampak dinding gua. Tetapi sepertinya beberapa puluh langkah lagi ke depan gua ini a
Dengan penuh semangat atas idenya itu, Bayu kembali ke gua tempatnya berlatih selama ini.Dibukanya lembar kedua yang masih kosong tanpa tulisan, lalu disalurkannya tenaga dalam dari unsur logam dengan pengaturan yang tepat agar kertasnya tidak rusak. Perlahan tapi jelas mulai muncul tulisan berwarna perak dari kertas tersebut. Bayu tersenyum puas dengan keberhasilannya. Hal yang sama dicobanya pada lembaran-lembaran kosong kitab langit yang lain, ternyata hanya kira-kira sepertiga dari keseluruhan kitab langit yang memunculkan tulisan sedangkan dua pertiga bagian yang lain tetap kosong, walaupun Bayu sudah menyalurkan tenaga dalam unsur logam pada kertasnya. Dengan cepat dia berpikir bahwa dua pertiga bagian itu adalah bagian yang menjelaskan tentang ruang dan waktu. Seharusnya tulisannya baru akan muncul bila dia telah menyalurkan tenaga dalam cahaya dari bab awal kitab langit.Bayu mengulang lagi penyaluran tenaga dalam pada lembaran kedua, karena tulisannya kembali hilang setelah
Seorang gadis dengan wajah yang cantik membuat siapapun terutama kaum pria enggan memalingkan matanya dari wajah itu, apalagi ditambah keunikan pada bola matanya yang berwarna kelabu. Hal ini juga mungkin yang membuat 5 orang pria berseragam prajurit istana dengan tombak mengacung, mengelilingi si cantik ini. “Pemberontak menyerahlah! Kau sudah tidak mungkin lari lagi,” salah seorang prajurit mengancam sambil membebaskan matanya, menikmati pemandangan cantik ini sepuas-puasnya.“Aku bukan pemberontak, kalian tidak boleh menuduh orang sembarangan.” Si cantik membantah tuduhan kepadanya.Tetapi kelima orang prajurit ini tidak peduli dengan bantahan itu, kapan lagi mereka bisa menemukan gadis bak bidadari seperti ini, mereka sudah lama bertugas jauh ke daerah-daerah terpencil, medan berat dan serangan dari pemberontak adalah makanan mereka sehari-hari. Sekarang secara tak terduga ada sesosok bidadari yang muncul di hadapan mereka, tidak mungkin dibiarkan lewat begitu saja.Seorang praju
Prast memberikan seekor kuda kepada Kirani, kuda putih yang gagah, tapi Kirani tidak pernah menunggangi kuda, dia merasa canggung sekali berada di punggung kuda, “Jangan cepat-cepat Prast, aku tidak terbiasa menunggang kuda.”Suatu hal yang menguntungkan bagi Prastowo, dia memang ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan gadis cantik ini, entah mengapa sejak melihat Kirani pertama kali tadi dia merasa ingin mengenal gadis ini lebih dekat.“Santai saja Kira, bila engkau lelah katakan saja, kita akan beristirahat, tidak perlu terburu-buru, kita juga bisa menikmati pemandangan selama perjalanan ini.”Tepat saat sore menjelang malam, mereka memasuki sebuah kota kecil yang cukup ramai, Prast tampak sudah hafal dengan keadaan kota ini, dia menunjukkan pada Kira toko-toko di situ dan menjelaskan barang-barang apa saja yang dijual di toko tersebut, “Di depan ada sebuah rumah makan yang terkenal enak makanannya, dan di sebelahnya ada penginapan yang bersih dan nyaman, kita istirahat di peng
Prast sudah merasakan pancaran tenaga dalam yang masih lemah tetapi cukup banyak, sekitar 6-7 orang.Benar saja begitu mereka memasuki hutan segera berloncatan 7 orang dari balik semak dan pohon, masing-masing membawa senjata tajam, ada yang membawa golok, tombak, dan rantai dengan ujung roda bergerigi tajam. Tampang mereka kasar dan seram. Pandangan terarah penuh nafsu kepada Kira, bahkan ada beberapa dari mereka mulutnya terbuka lebar hampir meneteskan air liur.“Hehehe ... hari ini benar-benar hari keberuntungan kita. Ada bidadari yang datang berkunjung. Tampaknya nanti malam aku harus bersiap untuk tidak tidur khusus menemaninya bermain di kamarku.” Seorang dengan berewok kasar di wajahnya berkata tidak sopan sambil berjalan mendekati Kira.Prast naik darah mendengar ucapan kotor orang yang tampaknya adalah pimpinan rampok itu, dia langsung menghadang di depannya. “Menyingkirlah kalian! Atau akan kurobek semua mulut kalian yang kotor itu.”“Wuahaha bocah, tidak usah sok bergaya p
Tak lama Kira melihat Prast menaiki perahu yang di dayung ke tengah danau mendekati perahu yang ditumpangi kakek bungkuk tadi. Di dalam perahu, Prast mengucapkan salam pada kakek itu, “Salam paman, ayah juga menyampaikan salamnya kepadamu.”“Hehehe, Prast kau semakin gagah dan tampan saja, tampaknya sebentar lagi Bagaskoro akan memiliki menantu,” ucap kakek itu.“Ah paman bisa saja kau menggodaku. Aku menyampaikan pesan ayah, paman. Tampaknya mereka sudah berhasil menemukan permaisuri lama, sekarang mereka mulai menyusun kekuatan dari luar istana,” ungkap Prast, menyampaikan pesan ayahnya.“Dasar bocah-bocah goblok! Disuruh mengawasi 2 orang wanita saja tidak becus. Jadi bagaimana selanjutnya Prast? Apakah kuhabisi saja sekalian 2 wanita itu?” ucap kakek itu memaki-maki anak buahnya.Prast kembali menyampaikan pesan ayahnya, “Jangan paman, ayah berpesan 2 wanita itu bisa menjadi umpan untuk memancing kemunculan para pemberontak itu. Mohon bantuan paman untuk mengurus para pemberontak
Bayu juga mengambil semangkuk makanan, dibawanya ke meja panjang yang masih kosong. Lalu dinikmatinya nasi dengan lauk tahu yang dipotong kecil dan rebung sebagai pengganti daging serta kuah berwarna coklat yang baunya sangat harum. Meskipun sederhana dan terdiri dari bahan makanan tak berjiwa tetapi rasa makanan ini sangat enak, pantas saja pemuda gendut itu bisa menghabiskan 4 mangkuk. Bayu berdiri menuangkan secangkir teh hangat yang disediakan di atas meja. Dihirupnya pelan-pelan teh hangat itu, sambil melirik ke dua orang yang duduk di ujung meja panjang yang lain. Pemuda itu tampak asing baginya tapi gadis itu wajahnya seperti pernah dilihatnya entah di mana.Belum habis teh yang diminumnya, terdengar suara laki-laki memanggil-manggil, “Laras! Laras! Tunggu sebentar! Akan kujelaskan semuanya.” Tak lama muncul seorang wanita di depan aula, diikuti seorang pemuda yang memanggil-manggil tadi.Melihat wanita itu jantung Bayu berdebar kencang, kembali terbayang pemandangan di sunga
Baroto sudah tidak sabar, langsung disiapkannya kuda-kuda yang aneh, kedua kakinya ditekuk, badannya di rendahkan hingga perut dan tangannya menempel ke tanah, mirip seekor katak, apalagi lehernya juga menggembung dan mengeluarkan suara ‘krrrooook ... ‘ yang sangat keras. Meskipun tampak lucu dan aneh tapi tenaga dalam yang terpancar dari tubuhnya sangat kuat bahkan tekanannya terasa oleh Bayu dan yang lain, yang berdiri jauh di luar arena pertarungan tersebut.Baroto meloncat dengan kepalanya menyeruduk ke arah dada Biksu Dharmapada. Belum sampai serangannya, jubah yang dipakai Biksu Dharmapada sudah berkibar tertekan oleh aura tenaga dalam ilmu kodok yang dikerahkan Baroto. Biksu Dharmapada cepat meloncat ke samping, “Ilmu kodokmu semakin sempurna Baroto.” Sambil memuji disiapkannya juga kuda-kuda ilmu andalan perguruannya ‘Pukulan Badai dan Petir Pelindung Negeri’, kedua tangannya berputar menciptakan angin kencang disusul dengan pukulan yang sangat keras sehingga menimbulkan buny