“He-he..kamu lapar burung baik, baiklah, tunggu sebentar, ini makan sarapan pagimu!” Japra lalu mendekat dan dengan kelihaiannya dia melepaskan totokan itu.Dan dengan kecepatan yang bikin Japra kagum, burung rajawali ini langsung sambar ular tadi lalu dengan cakarnya mencabik-cabik dan memakannya dengan lahap, seolah-olah tak makan hingga satu bulan.Otomatis belitan si ular tad ambyar, cabikan dan gigitan burung raksasa ini membuatnya jadi santapan lezat bagi burung liar ini.Padahal memang iya, burung rajawali ini hampir 1 bulan tak memperoleh mangsa. Tubuh besarnya membuat mangsanya keburu kabur sebelum berhasil dia tangkap.Burung rajawali langka ini seekor karnivora, dia pemangsa yang tak kenal ampun. Inilah yang membuatnya dengan sangat lahap menyantap ular jenis piton itu dan menghabiskannya dalam waktu singkat.Japra hanya menonton saat si burung rajawali ini dalam waktu singkat menghabiskan ular besar tersebut.Cepat dan tak bersisa sedikitpun, benar-benar burung yang sanga
“Rajawali yang baik, aku dan Aura harus pergi, kami masih ada yang di cari,” Japra bicara sambil membelai kepala burung ini.Tiba-tiba burung ini mendorong Japra, hampir saja Japra terjengkang sekaligus kaget dengan ulah burung liar ini.Aura pun ikutan kaget dan buru-buru mendekati Japra, takut sekali dia kalau rajawali ini kembali mengamuk.Tapi burung ini tak peduli, dia terus berkuik-kuik nyaring seakan ingin tunjukan sesuatu. Lama-lama Japra pun paham, dia ikuti kemana arah kepala burung ini yang seakan menuntunnya kembali ke dekat sarangnya.“Aura kayaknya dia ingin tunjukan sesuatu,” bisik Japra, Aura dengan takut-takut mengangguk. Burung Rajawali ini lalu mengais-ngaiskan cakar ke tanah yang lumayan keras, sambil kepalanya mendongak ke arah kiri Japra dan Aura. Japra dan Aura bingung dengan ulah burung ini.“Mau apa dia mengais-ngais begitu?” ceplos Aura keheranan. Japra pun sama, tak paham apa maksud burung raksasa ini.Burung ini terlihat tak sabaran, dia mendekati tanah
Demikianlah, si burung rajawali ini makin akrab dengan Aura dan Japra. Lama-lama keduanya juga paham apa yang diinginkan si burung liar ini.Keduanya juga tak takut kelaparan lagi dan bisa konsen mulai melatih ilmu-ilmu dahsyat, yang terdapat dalam kitab ini.Ternyata Aura lebih cocok melatih Jurus Rajawali Pedang Putih, yang dasarnya ada kemiripan dengan jurus Elang Mematuk Mangsa dan Japra pun dengan mudah memberi Aura petunjuk.Anehnya Jurus Rajawali ini justru diperuntukan bagi wanita, karena jurus ini sengaja di ciptakan buat kaum hawa dan penciptanya adalah Dewi Lintah.Setelah hapal teorinya, mulailah Aura berlatih dengan pedang putih ini, tubuhnya bergerak sangat cepat dan desingan pedang ini seolah kepak sayap rajawali, setiap kali Aura bergerak ke sana kemari melatihnya dan diberi petunjuk oleh Japra.Hasilnya, hanya dalam seminggu saja, ilmu kanuragan Aura meningkat pesat, dia juga sangat berbakat, apalagi jurus ini memang sangat cocok buat wanita.Sedangkan Japra mulai ko
Walaupun dalam gua yang dingin dan lembab, tapi bagi keduanya seolah berada di kamar indah yang empuk.Cinta dari hati membuat keduanya tak memperdulikan apapun lagi. Aura pun lepas perawannya bersama Japra.“Sakit sayang…?” bisik Aura, setelah babak pertama yang tak bakal dia lupakan.“Ntar juga enak, kamu bakalan minta lagi,” sahu Japra senyum kecil, Aura mendelik, tapi apa yang dikatakan Japra benar adanya, di babak selanjutnya Aura sampai merem melek menikmati.“Tau enak gini, kenapa nggak sejak dulu ajah,” desis Aura sambil menghela ‘kuda jantan’ yang kini gantian rebahan dan dia atas.Siang malam mereka terus mengulang percintaan tanpa bosan.Tapi setelahnya, Japra lalu ingatkan Aura dan mereka lakukan semedi, untuk sempurnakan jurus-jurus yang sedang dipelajari.Dan hasilnya luar biasa, dalam waktu hanya 2 bulan, persis saat dua telor burung rajawali pecah dan lahirlah anaknya.Aura pun tanpa kesulitan mampu mencapai level ke 7 Jurus Rajawali Pedang Putih miliknya. Kini kesakti
Dengan apa adanya Aura yang memang turunan bangsawan dari Ki Palung, bercita-cita ingin hidup normal. Dengan memiliki jabatan tinggi dan pasti kedudukan yang membuatnya hidup terhormat!Gara-gara inilah Japra sering termenung, dia sebenarnya tak suka hidup sebagai bangsawan, yang terikat dengan berbagai peraturan kerajaan.Japra masih ingin hidup bebas bak burung rajawali!Tapi pikiran Aura beda, apalagi kini dia tengah berbadan dua, dia ingin hidup normal dan ingin kedudukan tinggi dan itu tak bisa di tawar-tawar lagi.“Aku ingin kembalikan status keluargaku, dulu ayahku seorang bangsawan lalu berubah jadi perampok jahat. Kini aku ingin bersihkan nama baik ayah, dengan berbhakti di Kerajaan Hilir Sungai. Kalau kembali ke Kerajaan Daha, jelas tak mungkin,” cetus Aura, hingga Japra pun terdiam tak bisa bicara apa-apa.Aura juga bilang, dengan kesaktian Japra, mudah dapat kedudukan sebagai panglima kelak di Kerajaan Hilir Sungai.“Nantilah aku pikirkan dulu sayang,” itulah jawaban Japra
Japra tidak khawatir dengan keselamatan Aura, setelah memiliki Jurus Rajawali Pedang Putih yang dahsyat itu, Ki Birawa sekalipun sulit mengalahkan Aura. Bahkan andai Japra tak kuasai ilmu pusaka bukit meratus dan sempurnakan jurus lintahnya, bisa jadi diapun keok dengan jurus yang kini di kuasai Aura.Walaupun belum matang, seiring waktu, Japra yakin paling lama 5 atau 6 bulanan lagi, Aura akan menjelma jadi sosok pendekar sakti mandraguna.“Baiklah Aura…kamu sudah memilih jalanmu, aku pun akan pilih jalanku…!” berkata begitu seorang diri, Japra pun pergi dari penginapan dan lanjutkan petualangannya ke Kerajaan Loksana, kini dia ingin cari Sawon.Hanya satu yang kadang mengusik pikirannya, bagaimana nasib anak mereka yang kini dalam kandungan Aura..!!?Kali ini Japra gunakan ilmu mengejar anginnya, agar cepat sampai, si Hitam kudanya sampai kini belum terlihat lagi.Tubuh Japra berkelebatan, andai ada yang melihat, mungkin mengira Japra sosok hantu yang berkeliaran di tengah hutan.
Padahal Japra sengaja tak ceritakan soal Aura, buru-buru cerita soal Dehea dan Ratu Reswari. Namun Ki Durga bak ahli nujum, tahu semua yang Japra lakukan selama ini bersama Aura dan tahu Japra ditinggalkan istrinya tersebut.“Apes aku, mahaguru ternyata tahu kalau aku bersama Aura pelajari kita itu selama ini?” batin Japra kaget sendiri.“Mahaguru…maukah ceritakan riwayat Dewi Lintah dan Pangeran Wasi dan kenapa Ki Palung justru tak tahu soal Kitab Sambalahung tersebut?” tanya Japra hati-hati, sekaligus dikit cai.“Hmm…benar juga, kamu harus tahu siapa orang yang justru tak sengaja mewariskan kitab-kitab pusaka itu padamu..!Inilah kisahnya….puluhan bahkan ratusan yang lalu.Pangeran Wasi seorang petualang dan juga pendekar berilmu tinggi, suatu hari mendengar tentang keganasan seorang pendekar wanita dari golongan hitam bernama Dewi Lintah.Wanita ini dikatakan sangat cantik, tapi kekejamannya juga tak kalah mengerikan. Kalau dia ingin seorang pria tampan, maka pasti dapat.Tapi bila
Tapi usul ini di tolak mentah-mentah oleh Pangeran Wasi, apalagi usianya sudah 50 tahunan, pangeran ini ingin mulai hidup tenang dan berharap Dewi Lintah yang masih berusia 30 tahunan ini hentikan ambisi besarnya itu.“Kita sebagai suami istri, tak perlulah bikin geger, aku ingin kita hidup tenang di sebuah tempat yang sunyi,” kata Pangeran Wasi bujuk Dewi Lintah.Pangeran Wasi yang pernah patah hati dengan seorang wanita, tak ingin patah hati yang kedua, dia kini sangat mencintai istrinya ini.Namun, ambisi Dewi Lintah tak bisa di bendung. “Setelah anak ini lahir, aku akan berpetualang dan jadi pendekar nomor 1, terserah kamu ikut atau tidak,” dengus Dewi Lintah kesal.Pangeran Wasi hanya bisa diam dan berharap istrinya yang kini sudah jinak dan tidak kembali jadi pendekar golongan hitam dan mau tobat 100 persen.Apa yang diucapkan Dewi Lintah akhirnya dia buktikan, 2 bulan pasca melahirkan seorang bayi laki-laki, wanita penuh ambisi ini pergi meninggakan Pangeran Wasi dan bayi mere
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak y
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini meng
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb