Padahal Japra sengaja tak ceritakan soal Aura, buru-buru cerita soal Dehea dan Ratu Reswari. Namun Ki Durga bak ahli nujum, tahu semua yang Japra lakukan selama ini bersama Aura dan tahu Japra ditinggalkan istrinya tersebut.“Apes aku, mahaguru ternyata tahu kalau aku bersama Aura pelajari kita itu selama ini?” batin Japra kaget sendiri.“Mahaguru…maukah ceritakan riwayat Dewi Lintah dan Pangeran Wasi dan kenapa Ki Palung justru tak tahu soal Kitab Sambalahung tersebut?” tanya Japra hati-hati, sekaligus dikit cai.“Hmm…benar juga, kamu harus tahu siapa orang yang justru tak sengaja mewariskan kitab-kitab pusaka itu padamu..!Inilah kisahnya….puluhan bahkan ratusan yang lalu.Pangeran Wasi seorang petualang dan juga pendekar berilmu tinggi, suatu hari mendengar tentang keganasan seorang pendekar wanita dari golongan hitam bernama Dewi Lintah.Wanita ini dikatakan sangat cantik, tapi kekejamannya juga tak kalah mengerikan. Kalau dia ingin seorang pria tampan, maka pasti dapat.Tapi bila
Tapi usul ini di tolak mentah-mentah oleh Pangeran Wasi, apalagi usianya sudah 50 tahunan, pangeran ini ingin mulai hidup tenang dan berharap Dewi Lintah yang masih berusia 30 tahunan ini hentikan ambisi besarnya itu.“Kita sebagai suami istri, tak perlulah bikin geger, aku ingin kita hidup tenang di sebuah tempat yang sunyi,” kata Pangeran Wasi bujuk Dewi Lintah.Pangeran Wasi yang pernah patah hati dengan seorang wanita, tak ingin patah hati yang kedua, dia kini sangat mencintai istrinya ini.Namun, ambisi Dewi Lintah tak bisa di bendung. “Setelah anak ini lahir, aku akan berpetualang dan jadi pendekar nomor 1, terserah kamu ikut atau tidak,” dengus Dewi Lintah kesal.Pangeran Wasi hanya bisa diam dan berharap istrinya yang kini sudah jinak dan tidak kembali jadi pendekar golongan hitam dan mau tobat 100 persen.Apa yang diucapkan Dewi Lintah akhirnya dia buktikan, 2 bulan pasca melahirkan seorang bayi laki-laki, wanita penuh ambisi ini pergi meninggakan Pangeran Wasi dan bayi mere
Japra pun menduga-duga berapa kini usia Ki Durga ini. Tapi dia kaget saat Ki Durga seakan tahu apa yang ada di pikirannya.“Kalau kamu ingin tahu berapa usiaku, kalau ku hitung bulan purnama…artinya kini usiaku sudah 140 tahunan lebih…entah sudah berapa kali raja berganti, tapi nyawaku masih betah saja di tubuh renta ini!” kembali Ki Durga bersenandung, tapi sebenarnya ini puji-pujian pada Tuhan yang Maha Esa.Japra pun sampai terhanyut mendengar senandung lembut ini, sukmanya berasa tenang dan damai.“Japra, tak lama lagi, aku akan segera menyusul ayah bundaku Japra, dan hari ini agaknya hari terakhir kita bertemu…!” sahut Ki Durga dengan senyum di kulum.“Mahaguru, Japra masih ingin minta petunjuk, tolong jangan buru-buru pergi!” kembali Japra bersimpuh di hadapan Ki Durga. Sekaligus kaget bukan main, mendengar ucapan Ki Durga ini.“Hmmm…baiklah Japra, petunjuk apa yang ingin kamu minta, silahkan mumpung masih ada waktu,” kata Ki Durga bijak, tetap dengan suara lembutnya.Tanpa buan
Dua orang ini masuk ke sebuah bangunan besar yang terletak agak di pinggiran kotaraja, dan terlihat banyak orang hilir mudik. Setelah saling sapa dengan beberapa orang, keduanya menghilang di ruangan tersebut.Japra pun terdiam sebentar, menimbang-nimbang, apakah akan masuk secera berterang atau menyelinap.Namun dia putuskan menyelinap, setelah melihat situasi agak sepi, Japra pun dengan mudahnya melompat sangat cepat dan sudah berada di atap bangunan tinggi tersebut.Dia pun pasang telinga dan kini mendengar pembicaraan di sebuah ruangan, di mana berkumpul beberapa orang.Japra lalu mendekam di atap yang tingginya hampir 10 meteran dari tanah dan mulai dengarkan percakapan di ruangan tersebut.“Rencana kita berjalan mulus, putri dari Tiongkok itu sudah diamankan Pendekar Gledek dan Sawon di sebuah tempat, kini kita tunggu perintah selanjutnya!”Japra melihat yang bicara itu seorang yang belum terlalu tua dan memiliki cambang yang lebat, tapi pakaiannya ala-ala bangsawan.“Apakah ora
“Ah iya, ayahanda lupa mengenalkan siapa Japra ini anakku, dia berjuluk Pendekar Bukit Meratus, dia ini luar biasa saktinya. Dan dia juga anak dari baginda Prabu Kanji, dari mendiang istri pertamanya,” kata Jenderal Takalo.Dan ucapan ini sukses membuat terbelalak bola mata semua keluarganya.Bagaimana tak kagum dan kini malu hati, tamu yang bersikap amat sopan yang datang saat ini, bukan orang sembarangan, karena adalah seorang…Pangeran dan Putra Prabu Kanji, sangat sakti pula dan punya julukan hebat! Bukan hanya keluarganya Jenderal Takalo yang kaget, Japra pun terperanjat bukan main, ternyata sang mahapatih ini sudah tahu jati dirinya.Mahapatih ini ternyata punya pasukan telik sandi yang hebat, sehingga jati diri Japra sudah diketahuinya, tanpa Japra sadari. Dan kini Japra lah tersipu-sipu, sikap keluarga Jenderal Takalo berubah 180 derajat pada Japra. Saat semua keluarga Jenderal Takalo beri hormat padanya, seolah dia ini seorang ‘raja’ saja. Apalagi saat giliran 3 putri-putri
Diiringi 5 pengawal utama Mahapatih Takalo, Japra terus berusaha bersikap tenang, saat ini tujuan mereka berdua adalah Istana megah dan besar, tempat Maharaja Daha bertahta. Tak bisa dibandingkan kemewahan istana ini dengan Istana Kerajaan Hilir Sungai, besarnya saja berkali-kali lipat dibandingkan Istana Ratu Reswari itu.Sambil menahan debaran jantungnya, Japra menatap kagum ornamen istana megah ini. Pengawalan sangat ketat, setiap sudut ada 2 atau 3 orang berjaga dengan mata waspada.Melihat mahapatih berjalan bersama seorang pemuda tampan, semua pengawal memberi hormat. Tak ada pemeriksaan, sebab Jenderal Takalo orang nomor 2 setelah Prabu Kanji dan sangat dipercaya sang maharaja. Kagum sekali Japra melihat ketatnya penjagaan ini. Dia pun bersyukur, tak grasa-grusu menemui Prabu Kanji.Rasanya sesakti apapun manusia yang nekat masuk ke Istana ini, akan tetap ketahuan, saking ketatnya penjagaan. Apalagi dari cerita Mahapatih ini, pengawal-pengawal utama sang prabu semuanya ora
Selanjutnya, Japra pun diminta ceritakan pengalamannya selama 25 tahunan ini, yang dimulai saat jadi anak angkat pasangan Pitono dan Ranci.Lalu tak sengaja bertemu Ki Palung dan akhirnya menemukan Pusaka Bukit Meratus, kemudian semua jurus itu di sempurnakan Ki Durga.“Jalan Tuhan memang luar biasa, Ki Palung, pembunuh ibundamu justru menjadi awal kamu menjadi seorang seperti saat ini. Asal kamu tahu Japra, peta itu sebenarnya pemberikan Ki Durga buatku dan berhasil di rampas Ki Palung. Dengan harapan kelak aku menjadi sakti mandraguna untuk rebut kerajaan ini…tapi justru kamulah yang jadi pewarisnya…!” gumam Prabu Kanji sambil mengelus dagunya.“Ayahanda Prabu…jadi kakek Pangeran Ki Durga itu…??” kalimat Japra terpotong, saat Prabu Kanji menganggukan kepala.“Iya anakku, Ki Durga yang juga jadi guruku dan gurumu, kakek moyang kamu sendiri. Karena Prabu Daha, kakek kamu itu, anak dari Eyang Durga…yang merupakan keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah.”Agar Japra tak bingung, Pr
“Semua tergantung kebijakan yang mulia,” sahut Mahapatih Takalo, Prabu Kanji lalu ajak mahapatih-nya ini lanjutkan rapat berdua.Tentu saja topik utamanya tak jauh-jauh dari rencana persekongkolan jahat serta soal Pangeran Japra yang kini sudah kembali ke Istana.Mahapatih Takalo yang juga sepupu Prabu Kanji tahu betul, kehadiran Japra pasti akan bikin geger keluarga Prabu Kanji ini.Dan tebakan sang mahapatih jadi kenyataan, kembalinya Japra membuat heboh keluarga Istana Kerajaan Daha.“Bakal timbul masalah baru…ini semua pasti berasal dari permaisuri,” batin Mahapatih Takalo sambil menghela nafas dalam di perjalanan pulang, setelah bertemu Prabu Kanji.Putri Ela, sang permaisuri memiliki dua anak laki-laki yang sudah dewasa, yakni Pangeran Daha, Pengeran Somali dan Putri Arum, yang kini berusia 20 tahun dan 18 tahun, serta si putri jelita yang berusia 16 tahun.Bahkan dari beberapa selir, Prabu Kanji juga memiliki beberapa anak laki-laki dan pastinya beberapa putri.Pangeran Daha da
“Hei kalian berlima, jangan ke asyikan, cepat bawa tubuh Pendekar Tanpa Bayangan, keluar!” bentak Ki Manyan tiba-tiba.Saat bersamaan…tiba-tiba kepala Bafin pusing dan…dia pun tergeletak lemas saat baru saja mencium perabotan Nyai Laras…!Nyai Laras tersenyum kecil, dia pun lalu bangkit dan segera berpakaian, juga ke 4 istri Ki Manyan lainnya turut berpakaian lagi, padahal rata-rata masih nanggung dan masi terus kepingin dipuaskan pejantan tangguh ini.Tapi teriakan mengguntur Ki Manyan dan malah Pendekar Tanpa Bayangan kini pingsan di antara paha Nyai Laras, membuat mereka bergegas berpakaian lagi. Bafin terlambat menyadari, kalau minuman yang di sodorkan Nyai Laras bercampur obat bius, yang biasa di gunakan untuk jinakan harimau ataupun gajah, efeknya bikin pingsan...!Namun karena Bafin memiliki tenaga dalam hebat, reaksi obat bius itu lama baru membuat pendekar sakti ini pingsan.Bafin yang telanjang bulat lalu di ikat dan hanya pasangi kolor. Lalu beramai-ramai mereka berlima
Bafin lalu di ajak Nyai Laras dan satu orang istri Ki Manyan untuk beristrahat di sebuah kamar yang cukup mewah dan harum.Keduanya sama cantiknya, kalau Nyai Laras tadi istri ke 3, si Nyai satu ini adalah istri ke 5 dan dikenalkan Nyai Laras dengan nama Nyai Meni dan usianya masih 17 tahunan. “Tuan pendekar kalau butuh apa saja, jangan sungkan ngomong dengan kami berdua,” kembali Nyai Laras yang supel ini dengan gaya memikat menatap pendekar mata biawak yang tak bisa melihat wanita cantik ini.Bafin senyum di kulum, seakan mengerti, agaknya keduanya saat ini mulai memancingnya ke arah yang lebih intim.Bafin bukanlah pemuda hijau, dia seorang pria berpengalaman dan kini dengan santai dia duduk di sisi ranjang empuk ini, sambil tetap lempar senyum memikatnya.“Kalian berdua, duduk dong ke sini…!” ajaknya santai.Tanpa ragu Bafin tepuk-tepuk tangannya ke kasur di kiri kanannya, seolah meminta keduanya duduk di sisinya.Nyai Laras dan Nyai Meni dengan malu-malu meong mengangguk dan kin
Tak lama kemudian, Bafin melihat salah satu penjaga ini masuk ke dalam dan saat keluar diiringi 5 wanita muda dan cantik-cantik, terperangah juga si mata biawak ini.“Tuan Pendekar Tanpa Bayangan, inilah istri-istri Ki Manyan, silahkan tuan kalau ingin bertanya soal kematian Ki Manyan tersebut.”Si penjaga tadi lalu kembali beri hormat dan permisi, untuk kembali bertugas di pagar depan rumah besar ini. Sebagai orang yang tahu adat, Bafin langsung memberikan penghormatan kepada ke 5 istri-istri Ki Manyan ini, apalagi ke limanya terlihat berpakaian serba putih, khas orang yang lagi berduka.Walaupun dalam hati sempat mikir juga, tumben Ki Manyan punya istri-istri yang denok-denok begini, mana muda-muda lagi, yang Bafin taksir paling usianya antara 18 sampai 22 tahunan.Padahal Bafin tak sadar, ke 5 juga kaget menatap pendekar yang sangat tampan dan masih muda yang tiba-tiba nongol ‘bertamu’ ke rumah mereka.Sebagai seorang flamboyan berpengalaman, sepintas melihat Bafin sudah bisa me
Langeni malu-malu meong saat kembali untuk kesekian kalinya di ciumi Bafin dan ini adalah hari ke 5 mereka bersama di pesanggrahan ini.Langeni seolah memasuki demensi baru saat bercinta dengan pendekar biawak ini. Belum pernah suaminya mau mencium perabotannya, apalagi melahap apem montoknya yang lumayan lebat rerumputannya.Tapi Bafin berbeda, pendekar playboy ini tak sungkan melakukan itu semua, sehingga Langeni mabuk darat di buatnya.“Udah ahh Bang, kagak sanggup lagi aku di pompa siang malam,” bisik Langeni manjaaahhh…sambil menjentik gemas pelatuk Bafin yang kembali nakal menerobos masuk ke perabotannya dan ranjang di pesanggrahan ini lagi-lagi bergoyang hebat, akibat kelakuan keduanya.Setelah Bafin kembali tumpahkan laharnya, Langeni pun bilang hari ini ingin pulang kembali ke rumah suaminya.“Iya dehh, hari ini kamu ku antar pulang, bawa sebanyak yang kamu bisa koin-koin itu yaah,” kata Bafin senyum-senyum tengil.Tak tanggung-tanggung, dua kantong lumayan besar di pegang La
Sebuah pukulan keras yang mengandung tenaga dalam hebat Bafin arahkan ke musuh besarnya ini.Ki Samosi terjengkang dan langsung muntah darah, Bafin agaknya tak tanggung-tanggung hajar musuhnya ini dengan jurus mega halilintarnya yang sudah sangat sempurna ia kuasai di bawah bimbingan ayahnya.Namun hebatnya, jurusnya ini tidak langsung bikin Ki Samosi koit, tapi hanya menderita luka dalam yang hebat, sehingga tak bisa lagi melarikan diri.Makin ketakutanlah Ki Samosi, kini tak ada jalan untuk kabur, dadanya hampir pecah saking sesaknya, kakinya pun terasa lumpuh buat berdiri.Bafin kini sengaja permainkan seluruh anak buah Ki Samosi, sesekali dia menempeleng wajah-wajah mereka. Tidak keras, tapi akibatnya ribuan bintang bertebaran di mata mereka.Di saat lain, Bafin juga sengaja putuskan tali kolor mereka.Kemudian terlihat pemandangan menggelikan, semuanya kelabakan saat pelatuk mereka ‘unjai-unjai’ terlihat termasuk lato-lato-nya, yang bikin si wanita denok tadi sakit perut tertawa
Tanpa sadar Ki Samosi langsung layangkan pukulan mautnya ke arah anak buahnya, akibatnya si gigi tongos tewas seketika dengan tubuh membiru dan mulut keluarkan busa.Dalam kemarahannya, Ki Samosi langsung kerahkan tenaga dalamnya yang hebat dan mengandung racun mematikan.Bafin, tetap tersenyum-senyum kecil, sama sekali tidak aneh ataupun takut dengan kelakuan Ki Samosi ini.Saat berpaling ke arah Bafin, biji matanya bak mau keluar saking marahnya menatap pemuda sakti yang sangat lihai ilmu sihir.Ki Samosi yang sejatinya juga lihai ilmu sihir ini, hari ini bak bertemuu suhunya, dia tak bisa keluarkan kemampuannya karena sudah keok duluan.“Tunggu dulu, sebelum kita bertarung, alangkah baiknya tu pentungan hitam di simpan dulu, atau aku potong saja, biar tak untai-untai kayak biji buah nangka?” Kembali Bafin ledek Ki Samosi dan si wanita yang tadi pucat melihat si tongos tewas, kini tak sadar kembali terkekeh. Ledekan ini benar-benar makin bikin wajah Ki Samosi sudah tak berbentuk lag
“Persembahkan dua orang gadis cantik, entah di manakan anak buah Ki Samosi dapat calon persembahan itu,” kata salah satu warga itu.Mendengar nama Ki Samosi di bawa-bawa, Bafin pun menajamkan telinganya mendengarkan pembicaran duawarga tadi, dan kini dia tahu tempat persembunyian musuh besarnya.Bafin akhirnya mencari penginapan sederhana dan kembali ia tidak mau menonjolkan diri, dirinya bahkan malas jalan-jalan siang hari, kecuali malam hari, untuk lihat-lihat situasi saja.Dan ini di malam kedua, kembali Bafin jalan-jalan sambil sesekali berhenti melihat situasi, yang bikin Bafin merasa aneh adalah, kalau malam hari kampung ini sangat sepi, seolah tak ada penghuninya. Agaknya warga di sini seperti di cekam ketakutan, tapi apa sebabnya, ini yang bikin Bafin penasaran dan ingin menyelidikinya, apalagi ini belum terlalu malam. Saat itulah dia melihat ada pemandangan ganjil, yakni ada dua orang yang tingkahnya mencurigakan, terlihat mengindap-indap dan sepertinya mengintai sebuah rum
“Benar Bafin, dia marah denganku yang dianggap menyeludupkan kamu ke sini dan Paman Renggo kena imbasnya karena membelaku,” kata Suliti mulai bercerita.Kenapa dia sampai hilang ingatan dan tangannya di buntungi dan kenapa mereka malah jadi dekat saat masih sama-sama sehat dan hilang ingatan.Bafin juga baru tahu, kalau Paman Renggo dan Suliti satu desa di Kampung Ilung. Sehingga hubungan mereka jadi dekat dan di tambah lagi dengan satu nasib, sama-sama di buntungi Ki Manyan.“Tenanglah kalian berdua…aku akan mencari keduanya. Aku pun masih punya urusan dengan kedua orang itu dan harus aku tuntaskan!” sahut Bafin menahan kemarahannya.Dia memang bertujuan akan cari semua musuh-musuh besarnya sambil mencari Putri Melania yang pergi dengan ayahnya Pangeran Busu alias si Raja Iblis.Hening sesaat, tak lama Tabib Loro yang tadi sedang meracik obat kembali lagi. Lalu meminta keduanya kembali minum ramuan obat ini, yang tak suruh 2X langsung keduanya teguk sampai habis, sehingga ingatan me
“Yang sakit jiwa mereka, bukan tubuh..deuhh apakah aku harus bawa ke duanya mencari seorang tabib?” gumam Bafin sampai menatap keduanya yang kini sudah jinak. Tiba-tiba terdengar suara seperti lonceng di pukul dan suara seseorang yang seperti membaca kitab-kitab kuno!Bafin lalu keluar menyongsong suara itu, yang agaknya memang menuju ke Istana Lembah Iblis ini.Dari kejauhan dia melihat seorang kakek yaang sangat tua berjalan menuju ke arah istana ini. Agaknya dia ingin berteduh di sini, apalagi saat ini hujan mulai turun rintik-rintik.“Ho-ho-ho ternyata ada pemilik istana ini, bolehkah aku berteduh sebentar di sini anak muda?” kata si kakek ini ramah. “Tentu saja kek, aku juga hanya kebetulan mampir di sini, namaku Bafin!” sahut Bafin sambil buru-buru beri hormat.Karena di lihatnya kakek ini bukan orang jahat, malah wajahnya terlihat ceria dan menimbulkan rasa suka siapa saja yang melihatnya. Tanpa ragu Bafin pun sambut dan beri penghormatan.“Bafin…Pangeran Bafin, aura kamu seba