Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 98: Ditinggalkan Dewi Lintah

Share

Bab 98: Ditinggalkan Dewi Lintah

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-07 07:46:20

Tapi usul ini di tolak mentah-mentah oleh Pangeran Wasi, apalagi usianya sudah 50 tahunan, pangeran ini ingin mulai hidup tenang dan berharap Dewi Lintah yang masih berusia 30 tahunan ini hentikan ambisi besarnya itu.

“Kita sebagai suami istri, tak perlulah bikin geger, aku ingin kita hidup tenang di sebuah tempat yang sunyi,” kata Pangeran Wasi bujuk Dewi Lintah.

Pangeran Wasi yang pernah patah hati dengan seorang wanita, tak ingin patah hati yang kedua, dia kini sangat mencintai istrinya ini.

Namun, ambisi Dewi Lintah tak bisa di bendung. “Setelah anak ini lahir, aku akan berpetualang dan jadi pendekar nomor 1, terserah kamu ikut atau tidak,” dengus Dewi Lintah kesal.

Pangeran Wasi hanya bisa diam dan berharap istrinya yang kini sudah jinak dan tidak kembali jadi pendekar golongan hitam dan mau tobat 100 persen.

Apa yang diucapkan Dewi Lintah akhirnya dia buktikan, 2 bulan pasca melahirkan seorang bayi laki-laki, wanita penuh ambisi ini pergi meninggakan Pangeran Wasi dan bayi mere
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 99: Ternyata Keturunan Pangeran Wasi dan Dewi Lintah

    Japra pun menduga-duga berapa kini usia Ki Durga ini. Tapi dia kaget saat Ki Durga seakan tahu apa yang ada di pikirannya.“Kalau kamu ingin tahu berapa usiaku, kalau ku hitung bulan purnama…artinya kini usiaku sudah 140 tahunan lebih…entah sudah berapa kali raja berganti, tapi nyawaku masih betah saja di tubuh renta ini!” kembali Ki Durga bersenandung, tapi sebenarnya ini puji-pujian pada Tuhan yang Maha Esa.Japra pun sampai terhanyut mendengar senandung lembut ini, sukmanya berasa tenang dan damai.“Japra, tak lama lagi, aku akan segera menyusul ayah bundaku Japra, dan hari ini agaknya hari terakhir kita bertemu…!” sahut Ki Durga dengan senyum di kulum.“Mahaguru, Japra masih ingin minta petunjuk, tolong jangan buru-buru pergi!” kembali Japra bersimpuh di hadapan Ki Durga. Sekaligus kaget bukan main, mendengar ucapan Ki Durga ini.“Hmmm…baiklah Japra, petunjuk apa yang ingin kamu minta, silahkan mumpung masih ada waktu,” kata Ki Durga bijak, tetap dengan suara lembutnya.Tanpa buan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 100: Persekongkolan Rahasia

    Dua orang ini masuk ke sebuah bangunan besar yang terletak agak di pinggiran kotaraja, dan terlihat banyak orang hilir mudik. Setelah saling sapa dengan beberapa orang, keduanya menghilang di ruangan tersebut.Japra pun terdiam sebentar, menimbang-nimbang, apakah akan masuk secera berterang atau menyelinap.Namun dia putuskan menyelinap, setelah melihat situasi agak sepi, Japra pun dengan mudahnya melompat sangat cepat dan sudah berada di atap bangunan tinggi tersebut.Dia pun pasang telinga dan kini mendengar pembicaraan di sebuah ruangan, di mana berkumpul beberapa orang.Japra lalu mendekam di atap yang tingginya hampir 10 meteran dari tanah dan mulai dengarkan percakapan di ruangan tersebut.“Rencana kita berjalan mulus, putri dari Tiongkok itu sudah diamankan Pendekar Gledek dan Sawon di sebuah tempat, kini kita tunggu perintah selanjutnya!”Japra melihat yang bicara itu seorang yang belum terlalu tua dan memiliki cambang yang lebat, tapi pakaiannya ala-ala bangsawan.“Apakah ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 101: Intrik Kerajaan yang Bikin Kaget

    “Ah iya, ayahanda lupa mengenalkan siapa Japra ini anakku, dia berjuluk Pendekar Bukit Meratus, dia ini luar biasa saktinya. Dan dia juga anak dari baginda Prabu Kanji, dari mendiang istri pertamanya,” kata Jenderal Takalo.Dan ucapan ini sukses membuat terbelalak bola mata semua keluarganya.Bagaimana tak kagum dan kini malu hati, tamu yang bersikap amat sopan yang datang saat ini, bukan orang sembarangan, karena adalah seorang…Pangeran dan Putra Prabu Kanji, sangat sakti pula dan punya julukan hebat! Bukan hanya keluarganya Jenderal Takalo yang kaget, Japra pun terperanjat bukan main, ternyata sang mahapatih ini sudah tahu jati dirinya.Mahapatih ini ternyata punya pasukan telik sandi yang hebat, sehingga jati diri Japra sudah diketahuinya, tanpa Japra sadari. Dan kini Japra lah tersipu-sipu, sikap keluarga Jenderal Takalo berubah 180 derajat pada Japra. Saat semua keluarga Jenderal Takalo beri hormat padanya, seolah dia ini seorang ‘raja’ saja. Apalagi saat giliran 3 putri-putri

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-08
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 102: Akhirnya Berjumpa Prabu Kanji

    Diiringi 5 pengawal utama Mahapatih Takalo, Japra terus berusaha bersikap tenang, saat ini tujuan mereka berdua adalah Istana megah dan besar, tempat Maharaja Daha bertahta. Tak bisa dibandingkan kemewahan istana ini dengan Istana Kerajaan Hilir Sungai, besarnya saja berkali-kali lipat dibandingkan Istana Ratu Reswari itu.Sambil menahan debaran jantungnya, Japra menatap kagum ornamen istana megah ini. Pengawalan sangat ketat, setiap sudut ada 2 atau 3 orang berjaga dengan mata waspada.Melihat mahapatih berjalan bersama seorang pemuda tampan, semua pengawal memberi hormat. Tak ada pemeriksaan, sebab Jenderal Takalo orang nomor 2 setelah Prabu Kanji dan sangat dipercaya sang maharaja. Kagum sekali Japra melihat ketatnya penjagaan ini. Dia pun bersyukur, tak grasa-grusu menemui Prabu Kanji.Rasanya sesakti apapun manusia yang nekat masuk ke Istana ini, akan tetap ketahuan, saking ketatnya penjagaan. Apalagi dari cerita Mahapatih ini, pengawal-pengawal utama sang prabu semuanya ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 103: Tugas Pertama Sebagai Pangeran Daha

    Selanjutnya, Japra pun diminta ceritakan pengalamannya selama 25 tahunan ini, yang dimulai saat jadi anak angkat pasangan Pitono dan Ranci.Lalu tak sengaja bertemu Ki Palung dan akhirnya menemukan Pusaka Bukit Meratus, kemudian semua jurus itu di sempurnakan Ki Durga.“Jalan Tuhan memang luar biasa, Ki Palung, pembunuh ibundamu justru menjadi awal kamu menjadi seorang seperti saat ini. Asal kamu tahu Japra, peta itu sebenarnya pemberikan Ki Durga buatku dan berhasil di rampas Ki Palung. Dengan harapan kelak aku menjadi sakti mandraguna untuk rebut kerajaan ini…tapi justru kamulah yang jadi pewarisnya…!” gumam Prabu Kanji sambil mengelus dagunya.“Ayahanda Prabu…jadi kakek Pangeran Ki Durga itu…??” kalimat Japra terpotong, saat Prabu Kanji menganggukan kepala.“Iya anakku, Ki Durga yang juga jadi guruku dan gurumu, kakek moyang kamu sendiri. Karena Prabu Daha, kakek kamu itu, anak dari Eyang Durga…yang merupakan keturunan dari Pangeran Wasi dan Dewi Lintah.”Agar Japra tak bingung, Pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-09
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 104: Persaingan Sengit di Dalam Istana

    “Semua tergantung kebijakan yang mulia,” sahut Mahapatih Takalo, Prabu Kanji lalu ajak mahapatih-nya ini lanjutkan rapat berdua.Tentu saja topik utamanya tak jauh-jauh dari rencana persekongkolan jahat serta soal Pangeran Japra yang kini sudah kembali ke Istana.Mahapatih Takalo yang juga sepupu Prabu Kanji tahu betul, kehadiran Japra pasti akan bikin geger keluarga Prabu Kanji ini.Dan tebakan sang mahapatih jadi kenyataan, kembalinya Japra membuat heboh keluarga Istana Kerajaan Daha.“Bakal timbul masalah baru…ini semua pasti berasal dari permaisuri,” batin Mahapatih Takalo sambil menghela nafas dalam di perjalanan pulang, setelah bertemu Prabu Kanji.Putri Ela, sang permaisuri memiliki dua anak laki-laki yang sudah dewasa, yakni Pangeran Daha, Pengeran Somali dan Putri Arum, yang kini berusia 20 tahun dan 18 tahun, serta si putri jelita yang berusia 16 tahun.Bahkan dari beberapa selir, Prabu Kanji juga memiliki beberapa anak laki-laki dan pastinya beberapa putri.Pangeran Daha da

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 105: Menuju Tempat Putri Tiongkok di Sekap

    “Aku hanya bertanya, di mana Putri dari Tiongkok itu di sekap Pendekar Gledek dan rekannya si Sawon itu?” suara Japra sangat dingin, hingga kedua orang ini langsung meremang bulu kuduknya.Mereka tak menyangka akan bertemu orang yang sangat sakti, karena mampu bikin mereka kaku tanpa menyentuh. Ditambah malam hari dan baju Japra yang hitam-hitam, hingga menambah keangkeran pendekar ini.Ini sangat hebat dan luar biasa, bisa bikin mereka kaku, batin mereka mulai ketakutan. Apalagi keduanya bukannya orang yang lemah, tapi memiliki kesaktian yang lumayan tinggi.Japra lalu kibas tangannya dengan pelan, sehingga Akoi bisa bicara. “Si-siapa kamu?” tanyanya suara terbata, nyalinya sudah terbang.“Tak perlu kamu tanya siapa aku, jawab saja pertanyaanku tadi!” sahut Japra lagi sambil menatap tajam wajah Akoi.Japra lalu ambil golok yang tadi sempat di pegang Akoi, lalu golok itu lalu ‘Singgg….! Japra lempar begitu saja.Dan hebatnya menancap hingga gagangnya di batang pohon yang lumayan ting

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-10
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 106: Sawon Lecehkan Putri…?

    Kedatangan Japra yang bak hantu membuat ke 5-nya kaget bukan main. Japra hanya tersenyum dingin. Mereka yang tadinya aseek menikmati arak sampai gelagapan bangkit.“Di mana Sawon dan Pendekar Gledek, suruh mereka keluar untuk hadapi aku!” suara Japra amat dingin.Tak beda jauh dengan tempat ini yang berhawa menusuk tulang, karena berada di pinggiran bukit Meratus. Inilah yang membuat ke 5 orang ini sengaja minum arak.“Heii bangsat, mau apa kamu mencari keduanya, hadapi aku dulu!” bentak salah seorang yang berjaga itu marah, apalagi melihat kepongahan Japra.Pria dengan kumis tebal dan gigi kuning tanda jarang bersikat gigi langsung petentang petenteng.Tapi baru saja selesai mengucapkan kalimat itu, tubuhnya langsung terlempar dan menabrak dinding bangunan tua ini dan pingsan seketika. Ke 4 rekannya kaget bukan kepalang.Japra terlihat seperti menepuk nyamuk saja, padahal dia sudah gunakan tenaga dalamnya yang hebat, untuk beri pelajaran ke centeng pongah itu.“Heii siapa yang ganggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

DMCA.com Protection Status