Dengan apa adanya Aura yang memang turunan bangsawan dari Ki Palung, bercita-cita ingin hidup normal. Dengan memiliki jabatan tinggi dan pasti kedudukan yang membuatnya hidup terhormat!Gara-gara inilah Japra sering termenung, dia sebenarnya tak suka hidup sebagai bangsawan, yang terikat dengan berbagai peraturan kerajaan.Japra masih ingin hidup bebas bak burung rajawali!Tapi pikiran Aura beda, apalagi kini dia tengah berbadan dua, dia ingin hidup normal dan ingin kedudukan tinggi dan itu tak bisa di tawar-tawar lagi.“Aku ingin kembalikan status keluargaku, dulu ayahku seorang bangsawan lalu berubah jadi perampok jahat. Kini aku ingin bersihkan nama baik ayah, dengan berbhakti di Kerajaan Hilir Sungai. Kalau kembali ke Kerajaan Daha, jelas tak mungkin,” cetus Aura, hingga Japra pun terdiam tak bisa bicara apa-apa.Aura juga bilang, dengan kesaktian Japra, mudah dapat kedudukan sebagai panglima kelak di Kerajaan Hilir Sungai.“Nantilah aku pikirkan dulu sayang,” itulah jawaban Japra
Japra tidak khawatir dengan keselamatan Aura, setelah memiliki Jurus Rajawali Pedang Putih yang dahsyat itu, Ki Birawa sekalipun sulit mengalahkan Aura. Bahkan andai Japra tak kuasai ilmu pusaka bukit meratus dan sempurnakan jurus lintahnya, bisa jadi diapun keok dengan jurus yang kini di kuasai Aura.Walaupun belum matang, seiring waktu, Japra yakin paling lama 5 atau 6 bulanan lagi, Aura akan menjelma jadi sosok pendekar sakti mandraguna.“Baiklah Aura…kamu sudah memilih jalanmu, aku pun akan pilih jalanku…!” berkata begitu seorang diri, Japra pun pergi dari penginapan dan lanjutkan petualangannya ke Kerajaan Loksana, kini dia ingin cari Sawon.Hanya satu yang kadang mengusik pikirannya, bagaimana nasib anak mereka yang kini dalam kandungan Aura..!!?Kali ini Japra gunakan ilmu mengejar anginnya, agar cepat sampai, si Hitam kudanya sampai kini belum terlihat lagi.Tubuh Japra berkelebatan, andai ada yang melihat, mungkin mengira Japra sosok hantu yang berkeliaran di tengah hutan.
Padahal Japra sengaja tak ceritakan soal Aura, buru-buru cerita soal Dehea dan Ratu Reswari. Namun Ki Durga bak ahli nujum, tahu semua yang Japra lakukan selama ini bersama Aura dan tahu Japra ditinggalkan istrinya tersebut.“Apes aku, mahaguru ternyata tahu kalau aku bersama Aura pelajari kita itu selama ini?” batin Japra kaget sendiri.“Mahaguru…maukah ceritakan riwayat Dewi Lintah dan Pangeran Wasi dan kenapa Ki Palung justru tak tahu soal Kitab Sambalahung tersebut?” tanya Japra hati-hati, sekaligus dikit cai.“Hmm…benar juga, kamu harus tahu siapa orang yang justru tak sengaja mewariskan kitab-kitab pusaka itu padamu..!Inilah kisahnya….puluhan bahkan ratusan yang lalu.Pangeran Wasi seorang petualang dan juga pendekar berilmu tinggi, suatu hari mendengar tentang keganasan seorang pendekar wanita dari golongan hitam bernama Dewi Lintah.Wanita ini dikatakan sangat cantik, tapi kekejamannya juga tak kalah mengerikan. Kalau dia ingin seorang pria tampan, maka pasti dapat.Tapi bila
Tapi usul ini di tolak mentah-mentah oleh Pangeran Wasi, apalagi usianya sudah 50 tahunan, pangeran ini ingin mulai hidup tenang dan berharap Dewi Lintah yang masih berusia 30 tahunan ini hentikan ambisi besarnya itu.“Kita sebagai suami istri, tak perlulah bikin geger, aku ingin kita hidup tenang di sebuah tempat yang sunyi,” kata Pangeran Wasi bujuk Dewi Lintah.Pangeran Wasi yang pernah patah hati dengan seorang wanita, tak ingin patah hati yang kedua, dia kini sangat mencintai istrinya ini.Namun, ambisi Dewi Lintah tak bisa di bendung. “Setelah anak ini lahir, aku akan berpetualang dan jadi pendekar nomor 1, terserah kamu ikut atau tidak,” dengus Dewi Lintah kesal.Pangeran Wasi hanya bisa diam dan berharap istrinya yang kini sudah jinak dan tidak kembali jadi pendekar golongan hitam dan mau tobat 100 persen.Apa yang diucapkan Dewi Lintah akhirnya dia buktikan, 2 bulan pasca melahirkan seorang bayi laki-laki, wanita penuh ambisi ini pergi meninggakan Pangeran Wasi dan bayi mere
Japra pun menduga-duga berapa kini usia Ki Durga ini. Tapi dia kaget saat Ki Durga seakan tahu apa yang ada di pikirannya.“Kalau kamu ingin tahu berapa usiaku, kalau ku hitung bulan purnama…artinya kini usiaku sudah 140 tahunan lebih…entah sudah berapa kali raja berganti, tapi nyawaku masih betah saja di tubuh renta ini!” kembali Ki Durga bersenandung, tapi sebenarnya ini puji-pujian pada Tuhan yang Maha Esa.Japra pun sampai terhanyut mendengar senandung lembut ini, sukmanya berasa tenang dan damai.“Japra, tak lama lagi, aku akan segera menyusul ayah bundaku Japra, dan hari ini agaknya hari terakhir kita bertemu…!” sahut Ki Durga dengan senyum di kulum.“Mahaguru, Japra masih ingin minta petunjuk, tolong jangan buru-buru pergi!” kembali Japra bersimpuh di hadapan Ki Durga. Sekaligus kaget bukan main, mendengar ucapan Ki Durga ini.“Hmmm…baiklah Japra, petunjuk apa yang ingin kamu minta, silahkan mumpung masih ada waktu,” kata Ki Durga bijak, tetap dengan suara lembutnya.Tanpa buan
Dua orang ini masuk ke sebuah bangunan besar yang terletak agak di pinggiran kotaraja, dan terlihat banyak orang hilir mudik. Setelah saling sapa dengan beberapa orang, keduanya menghilang di ruangan tersebut.Japra pun terdiam sebentar, menimbang-nimbang, apakah akan masuk secera berterang atau menyelinap.Namun dia putuskan menyelinap, setelah melihat situasi agak sepi, Japra pun dengan mudahnya melompat sangat cepat dan sudah berada di atap bangunan tinggi tersebut.Dia pun pasang telinga dan kini mendengar pembicaraan di sebuah ruangan, di mana berkumpul beberapa orang.Japra lalu mendekam di atap yang tingginya hampir 10 meteran dari tanah dan mulai dengarkan percakapan di ruangan tersebut.“Rencana kita berjalan mulus, putri dari Tiongkok itu sudah diamankan Pendekar Gledek dan Sawon di sebuah tempat, kini kita tunggu perintah selanjutnya!”Japra melihat yang bicara itu seorang yang belum terlalu tua dan memiliki cambang yang lebat, tapi pakaiannya ala-ala bangsawan.“Apakah ora
“Ah iya, ayahanda lupa mengenalkan siapa Japra ini anakku, dia berjuluk Pendekar Bukit Meratus, dia ini luar biasa saktinya. Dan dia juga anak dari baginda Prabu Kanji, dari mendiang istri pertamanya,” kata Jenderal Takalo.Dan ucapan ini sukses membuat terbelalak bola mata semua keluarganya.Bagaimana tak kagum dan kini malu hati, tamu yang bersikap amat sopan yang datang saat ini, bukan orang sembarangan, karena adalah seorang…Pangeran dan Putra Prabu Kanji, sangat sakti pula dan punya julukan hebat! Bukan hanya keluarganya Jenderal Takalo yang kaget, Japra pun terperanjat bukan main, ternyata sang mahapatih ini sudah tahu jati dirinya.Mahapatih ini ternyata punya pasukan telik sandi yang hebat, sehingga jati diri Japra sudah diketahuinya, tanpa Japra sadari. Dan kini Japra lah tersipu-sipu, sikap keluarga Jenderal Takalo berubah 180 derajat pada Japra. Saat semua keluarga Jenderal Takalo beri hormat padanya, seolah dia ini seorang ‘raja’ saja. Apalagi saat giliran 3 putri-putri
Diiringi 5 pengawal utama Mahapatih Takalo, Japra terus berusaha bersikap tenang, saat ini tujuan mereka berdua adalah Istana megah dan besar, tempat Maharaja Daha bertahta. Tak bisa dibandingkan kemewahan istana ini dengan Istana Kerajaan Hilir Sungai, besarnya saja berkali-kali lipat dibandingkan Istana Ratu Reswari itu.Sambil menahan debaran jantungnya, Japra menatap kagum ornamen istana megah ini. Pengawalan sangat ketat, setiap sudut ada 2 atau 3 orang berjaga dengan mata waspada.Melihat mahapatih berjalan bersama seorang pemuda tampan, semua pengawal memberi hormat. Tak ada pemeriksaan, sebab Jenderal Takalo orang nomor 2 setelah Prabu Kanji dan sangat dipercaya sang maharaja. Kagum sekali Japra melihat ketatnya penjagaan ini. Dia pun bersyukur, tak grasa-grusu menemui Prabu Kanji.Rasanya sesakti apapun manusia yang nekat masuk ke Istana ini, akan tetap ketahuan, saking ketatnya penjagaan. Apalagi dari cerita Mahapatih ini, pengawal-pengawal utama sang prabu semuanya ora