“Rajawali yang baik, aku dan Aura harus pergi, kami masih ada yang di cari,” Japra bicara sambil membelai kepala burung ini.Tiba-tiba burung ini mendorong Japra, hampir saja Japra terjengkang sekaligus kaget dengan ulah burung liar ini.Aura pun ikutan kaget dan buru-buru mendekati Japra, takut sekali dia kalau rajawali ini kembali mengamuk.Tapi burung ini tak peduli, dia terus berkuik-kuik nyaring seakan ingin tunjukan sesuatu. Lama-lama Japra pun paham, dia ikuti kemana arah kepala burung ini yang seakan menuntunnya kembali ke dekat sarangnya.“Aura kayaknya dia ingin tunjukan sesuatu,” bisik Japra, Aura dengan takut-takut mengangguk. Burung Rajawali ini lalu mengais-ngaiskan cakar ke tanah yang lumayan keras, sambil kepalanya mendongak ke arah kiri Japra dan Aura. Japra dan Aura bingung dengan ulah burung ini.“Mau apa dia mengais-ngais begitu?” ceplos Aura keheranan. Japra pun sama, tak paham apa maksud burung raksasa ini.Burung ini terlihat tak sabaran, dia mendekati tanah
Demikianlah, si burung rajawali ini makin akrab dengan Aura dan Japra. Lama-lama keduanya juga paham apa yang diinginkan si burung liar ini.Keduanya juga tak takut kelaparan lagi dan bisa konsen mulai melatih ilmu-ilmu dahsyat, yang terdapat dalam kitab ini.Ternyata Aura lebih cocok melatih Jurus Rajawali Pedang Putih, yang dasarnya ada kemiripan dengan jurus Elang Mematuk Mangsa dan Japra pun dengan mudah memberi Aura petunjuk.Anehnya Jurus Rajawali ini justru diperuntukan bagi wanita, karena jurus ini sengaja di ciptakan buat kaum hawa dan penciptanya adalah Dewi Lintah.Setelah hapal teorinya, mulailah Aura berlatih dengan pedang putih ini, tubuhnya bergerak sangat cepat dan desingan pedang ini seolah kepak sayap rajawali, setiap kali Aura bergerak ke sana kemari melatihnya dan diberi petunjuk oleh Japra.Hasilnya, hanya dalam seminggu saja, ilmu kanuragan Aura meningkat pesat, dia juga sangat berbakat, apalagi jurus ini memang sangat cocok buat wanita.Sedangkan Japra mulai ko
Walaupun dalam gua yang dingin dan lembab, tapi bagi keduanya seolah berada di kamar indah yang empuk.Cinta dari hati membuat keduanya tak memperdulikan apapun lagi. Aura pun lepas perawannya bersama Japra.“Sakit sayang…?” bisik Aura, setelah babak pertama yang tak bakal dia lupakan.“Ntar juga enak, kamu bakalan minta lagi,” sahu Japra senyum kecil, Aura mendelik, tapi apa yang dikatakan Japra benar adanya, di babak selanjutnya Aura sampai merem melek menikmati.“Tau enak gini, kenapa nggak sejak dulu ajah,” desis Aura sambil menghela ‘kuda jantan’ yang kini gantian rebahan dan dia atas.Siang malam mereka terus mengulang percintaan tanpa bosan.Tapi setelahnya, Japra lalu ingatkan Aura dan mereka lakukan semedi, untuk sempurnakan jurus-jurus yang sedang dipelajari.Dan hasilnya luar biasa, dalam waktu hanya 2 bulan, persis saat dua telor burung rajawali pecah dan lahirlah anaknya.Aura pun tanpa kesulitan mampu mencapai level ke 7 Jurus Rajawali Pedang Putih miliknya. Kini kesakti
Dengan apa adanya Aura yang memang turunan bangsawan dari Ki Palung, bercita-cita ingin hidup normal. Dengan memiliki jabatan tinggi dan pasti kedudukan yang membuatnya hidup terhormat!Gara-gara inilah Japra sering termenung, dia sebenarnya tak suka hidup sebagai bangsawan, yang terikat dengan berbagai peraturan kerajaan.Japra masih ingin hidup bebas bak burung rajawali!Tapi pikiran Aura beda, apalagi kini dia tengah berbadan dua, dia ingin hidup normal dan ingin kedudukan tinggi dan itu tak bisa di tawar-tawar lagi.“Aku ingin kembalikan status keluargaku, dulu ayahku seorang bangsawan lalu berubah jadi perampok jahat. Kini aku ingin bersihkan nama baik ayah, dengan berbhakti di Kerajaan Hilir Sungai. Kalau kembali ke Kerajaan Daha, jelas tak mungkin,” cetus Aura, hingga Japra pun terdiam tak bisa bicara apa-apa.Aura juga bilang, dengan kesaktian Japra, mudah dapat kedudukan sebagai panglima kelak di Kerajaan Hilir Sungai.“Nantilah aku pikirkan dulu sayang,” itulah jawaban Japra
Japra tidak khawatir dengan keselamatan Aura, setelah memiliki Jurus Rajawali Pedang Putih yang dahsyat itu, Ki Birawa sekalipun sulit mengalahkan Aura. Bahkan andai Japra tak kuasai ilmu pusaka bukit meratus dan sempurnakan jurus lintahnya, bisa jadi diapun keok dengan jurus yang kini di kuasai Aura.Walaupun belum matang, seiring waktu, Japra yakin paling lama 5 atau 6 bulanan lagi, Aura akan menjelma jadi sosok pendekar sakti mandraguna.“Baiklah Aura…kamu sudah memilih jalanmu, aku pun akan pilih jalanku…!” berkata begitu seorang diri, Japra pun pergi dari penginapan dan lanjutkan petualangannya ke Kerajaan Loksana, kini dia ingin cari Sawon.Hanya satu yang kadang mengusik pikirannya, bagaimana nasib anak mereka yang kini dalam kandungan Aura..!!?Kali ini Japra gunakan ilmu mengejar anginnya, agar cepat sampai, si Hitam kudanya sampai kini belum terlihat lagi.Tubuh Japra berkelebatan, andai ada yang melihat, mungkin mengira Japra sosok hantu yang berkeliaran di tengah hutan.
Padahal Japra sengaja tak ceritakan soal Aura, buru-buru cerita soal Dehea dan Ratu Reswari. Namun Ki Durga bak ahli nujum, tahu semua yang Japra lakukan selama ini bersama Aura dan tahu Japra ditinggalkan istrinya tersebut.“Apes aku, mahaguru ternyata tahu kalau aku bersama Aura pelajari kita itu selama ini?” batin Japra kaget sendiri.“Mahaguru…maukah ceritakan riwayat Dewi Lintah dan Pangeran Wasi dan kenapa Ki Palung justru tak tahu soal Kitab Sambalahung tersebut?” tanya Japra hati-hati, sekaligus dikit cai.“Hmm…benar juga, kamu harus tahu siapa orang yang justru tak sengaja mewariskan kitab-kitab pusaka itu padamu..!Inilah kisahnya….puluhan bahkan ratusan yang lalu.Pangeran Wasi seorang petualang dan juga pendekar berilmu tinggi, suatu hari mendengar tentang keganasan seorang pendekar wanita dari golongan hitam bernama Dewi Lintah.Wanita ini dikatakan sangat cantik, tapi kekejamannya juga tak kalah mengerikan. Kalau dia ingin seorang pria tampan, maka pasti dapat.Tapi bila
Tapi usul ini di tolak mentah-mentah oleh Pangeran Wasi, apalagi usianya sudah 50 tahunan, pangeran ini ingin mulai hidup tenang dan berharap Dewi Lintah yang masih berusia 30 tahunan ini hentikan ambisi besarnya itu.“Kita sebagai suami istri, tak perlulah bikin geger, aku ingin kita hidup tenang di sebuah tempat yang sunyi,” kata Pangeran Wasi bujuk Dewi Lintah.Pangeran Wasi yang pernah patah hati dengan seorang wanita, tak ingin patah hati yang kedua, dia kini sangat mencintai istrinya ini.Namun, ambisi Dewi Lintah tak bisa di bendung. “Setelah anak ini lahir, aku akan berpetualang dan jadi pendekar nomor 1, terserah kamu ikut atau tidak,” dengus Dewi Lintah kesal.Pangeran Wasi hanya bisa diam dan berharap istrinya yang kini sudah jinak dan tidak kembali jadi pendekar golongan hitam dan mau tobat 100 persen.Apa yang diucapkan Dewi Lintah akhirnya dia buktikan, 2 bulan pasca melahirkan seorang bayi laki-laki, wanita penuh ambisi ini pergi meninggakan Pangeran Wasi dan bayi mere
Japra pun menduga-duga berapa kini usia Ki Durga ini. Tapi dia kaget saat Ki Durga seakan tahu apa yang ada di pikirannya.“Kalau kamu ingin tahu berapa usiaku, kalau ku hitung bulan purnama…artinya kini usiaku sudah 140 tahunan lebih…entah sudah berapa kali raja berganti, tapi nyawaku masih betah saja di tubuh renta ini!” kembali Ki Durga bersenandung, tapi sebenarnya ini puji-pujian pada Tuhan yang Maha Esa.Japra pun sampai terhanyut mendengar senandung lembut ini, sukmanya berasa tenang dan damai.“Japra, tak lama lagi, aku akan segera menyusul ayah bundaku Japra, dan hari ini agaknya hari terakhir kita bertemu…!” sahut Ki Durga dengan senyum di kulum.“Mahaguru, Japra masih ingin minta petunjuk, tolong jangan buru-buru pergi!” kembali Japra bersimpuh di hadapan Ki Durga. Sekaligus kaget bukan main, mendengar ucapan Ki Durga ini.“Hmmm…baiklah Japra, petunjuk apa yang ingin kamu minta, silahkan mumpung masih ada waktu,” kata Ki Durga bijak, tetap dengan suara lembutnya.Tanpa buan