Japra tak bisa menolak, saat Pakhai langsung setuju dan bilang Anong nama wanita ini tahu di mana letak hutan Langtara berada.Besoknya tanpa buang waktu, dengan berjalan kaki mereka berangkat, Anong lalu tunjukan di mana jalan memotong yang cepat, keduanya berangkat setelah pamit dengan Pakhai.Japra tersenyum kecil, saat Anong melangkah lumayan cepat, agaknya wanita ini punya ilmu kanuragan lumayan, pikir Japra.Sepanjang jalan mereka hanya diam-diaman, Japra sadar Anong baru saja kehilangan suami yang dibunuh penculiknya, sehingga dia tak enak mengajaknya ngobrol. Apalagi bercanda ria.Setelah seharian berjalan, sampailah mereka di sebuah bibir jurang, yang hanya ada tali tambang buat menyeberang, Japra geryitkan dahi. Jaraknya lumayan jauh, hampir 50 meteran.“Bagaimana ini Anong…?” Japra akhirnya buka obrolan, setelah seharian saling diam saja.“Inilah satu-satunya jalan tuan Japra, kecuali kita turun ke bawah, tapi akan makan waktu.” sahut Anong pendek.Keduanya terdiam sesaat,
Anong lalu cerita lagi, suaminya dulunya anak kepala desa sebelumnya, sebelum di ganti Pakhai.“Orang tua suamiku turut tewas, karena dianggap melawan kaum pemberontak, kepala desa Pakhai adik mertuaku, nyawanya pun kini terancam. Desa kami sebenarnya sengaja di teror, karena kami menolak ikut kaum pemberontak, kami masih setia dengan raja yang sekarang termasuk putra mahkota!” cerita Anong lagi blak-blakan.Kisah ini sudah Japra ketahui dari cerita Pakhai, ibaratnya Anong hanya menambahi sekaligus menegaskan saja. Sehingga makin besar tekad Japra akan habisi Pendeta Sura, walaupun dia tak punya kepentingan.“Salah satu andalan kaum pemberontak si pendeta palsu itu, kesaktiannya sangat tinggi, di tambah dukun dari himalaya tersebut!” kata Pakhai saat bercerita dengan Japra.“Langkah pertama kita, harus selamatkan guru kamu itu Anong, agaknya berat kita melawan pendeta dan si dukun itu belum lagi teman-temannya yang lain. Kecuali bisa selamatkan guru kamu yang ahli sihir dan kelak bisa
Anong terdiam sesaat, setelah Japra berikan syarat-syarat untuk belajar jurus mengejar angin tersebut. Kelakuannya persis seperti Putri Li Me, yang awalnya ragu, tapi akhirnya nge-gas.Dan…Anong tanpa ragu setuju, dia pun malah mengajak Japra menuju ke sebuah air terjun yang sangat tinggi dan dingin sekali airnya. Japra sampai kagum melihat keindahan air terjun ini.Japra lalu ajarkan ajian-ajiannya pada Anong, ternyata Anong tak kalah dari Putri Li Me, sangat cepat paham.Kini dia bersemedi sebagai persiapan pindah ke bawah air terjun yang deras dan sangat dingin tersebut.Japra sampai ragu, apakah Anong sanggup bertahan selama 10 hari di bawah air terjun tersebut..?Apalagi Anong tak memiliki ilmu kanuragannya sehebat Putri Li Me!Setelah selesai, Anong pun mulai bergeser ke dekat air terjun, Japra sengaja berpaling dan menjauh, agar Anong tak malu melepas semua pakaiannya, hingga polos.Tapi dasar Japra, dia sempat melirik sekilas dan melihat punggung putih mulus Anong, sebelum akh
“Tapi kalau Abang keberatan tak apa, sebab syaratnya memang begitu.” kembali Anong katakan hal ini sambil malu-malu meong.Lalu dengan apa adanya Anong ceritakan, dia justru belajar ilmu sihir ini dari mendiang suaminya, lalu disempurnakan gurunya.Saat bercinta mereka merapal ajian tertentu dan setelah itu, tenaga dalam akan disalurkan melalui mata.“Fokus ke mata Bang, ini mirip ilmu hipnotis, setelah itu kita bisa merasuki pikiran semua orang, sesuai dengan ke inginan kita,” Anong jelaskan panjang lebar ilmu sihir yang dia kuasai ini.Japra tersenyum, lalu menarik tangan lentik Anong, kemudian mencium perlahan, lalu keduanya saling tatap, seolah sama-sama ada besi sembrani keduanya saling melumat sampai berbunyi kericupan.“Ba-bang..tunggu dulu, jangan buru-buru, aku belum ajarkan rapalan-rapalannya,” dorong Anong perlahan, dia juga sebenarnya sudah ‘terbakar’ gara-gara gaya romantis Japra.“Maaf..!” sahut Japra tertawa kecil. Anong terpaksa berkali-kali ambil nafas, menahan debara
Japra lebih hebat lagi, matanya makin tajam, dengan tenaga dalamnya yang hebat, ilmu sihir ini mudah dia kuasai, bahkan lebih hebat dari Anong. Padahal ilmu sihir itu belum lama dipelajarinya.Kadang dia menggoda Anong sekaligus tes ilmu sihirnya. Tiba-tiba saja Japra berubah jadi 2 atau malah 5 orang sekaligus, saat Japra ‘ngetes’ ilmu sihirnya ini.Anong sampai berkeringat dingin di buat Japra.“Gila kamu Bang, aku sampai ketakutan, ilmu sihir kamu malah lebih hebat dari aku sendiri,” sungut Anong manja, karena tadi dia harus terlonjak saking kagetnya, gara-gara melihat tubuh Japra berubah banyak.Japra tertawa dan otomatis kini 4 bayangan itu hilang dan hanya satu Japra yang kini masih tergelak, melihat Anong sampai melompat jauh saking kagetnya.Tapi Anong juga kadang iseng, dia goda Japra dan sengaja tak berpakaian di hadapan pendekar itu, otomatis Japra terbelalak dan menyerbu ‘kekasihnya’ ini dan mencumbui sepenuh hati.Tapi Japra terbelalak, saat Anong terbahak-bahak, sebab ya
Panglima Sorachai bikin Japra kagum, pakaian sang panglima sangat bersahaja, apalagi saat ini sudah menggunakan baju perang yang gagah.Penampilannya mengingatkan Japra pada Mahapatih Takalo, berkumis tebal dan terlihat sangat berwibawa dengan pedang besar di pinggang.Mendengar laporan dua orang yang mengajak Japra dan Anong ke sini, si Panglima ini menganggukan kepala, dia lalu mendekati Japra dan Anong.“Selamat datang tuan Japra dan nona Anong, mari masuk ke tendaku,” sapa Panglima Sorachai sambil beri penghormatan.Anong langsung bersimpuh, sedangkan Japra memberi hormat sewajarnya, agak aneh juga dia melihat gaya penghormatan yang Anong berikan, tapi Japra diam saja.“Dari cerita Pangpai dan Pongpai, kalian berencana mau selamatkan guru Anong yang mereka sekap di benteng itu…? Luar biasa, tahukah kalian di sana saat ini sedang berkumpul tokoh-tokoh jahat yang membantu Pangeran Langkor, untuk dongkel Maharaja Watra dari tahtanya dan berniat ingin bunuh Putra Mahkota Pangeran Chul
Saat melihat siapa yang menghantamnya, kedua orang ini kaget tak kepalang, terutama Pendekar Gledek. Tak dia sangka, di negeri yang sangat jauh dari Pulau Borneo, Japra lagi-lagi bisa menemukannya.“Hmm…di mana-mana kalian ini selalu bikin masalah, kali ini aku tak akan ampuni kalian berdua,” dengus Japra menahan kemarahannya."Bangsat, kamu seperti punya sayap saja Japra, bisa muncul jauh-jauh ke sini," seru Pendekar Gledek, menahan kekagetan hatinya.Saat Japra bicara begitu, meluncurlah puluhan anak panah dan tombak dari arah belakang, menghantam punggungnya.Namun tanpa menoleh Japra hanya kibaskan tangannya, semua senjata itu berbalik menuju ke arah pelemparnya.Tindakan Japra ini membuat kedua musuhnya ini kaget bukan main, segini hebatnya kah seorang Japra saat ini, batin keduanya.Akibatnya puluhan pasukan pemberontak langsung meregang nyawa, terkena retur senjata mereka sendiri.Gegerlah pasukan pemberontak melihat kesaktian Japra, bahkan Pangpai dan Pongpai yang kini terluka
Beberapa kali pukulan kerasnya yang berubah-ubah dari panas ke dingin, membuat si gundul ini kelabakan.Tiba-tiba Japra kerahkan jurus lintahnya, dia nekat lakukan itu, karena di lihatnya Pendeta Sura sudah mulai kepayahan.“Ini saatnya aku musnahkan manusia durjana ini,” dengus Japra."Pendeta Sura, bersiaplah untuk menerima hukuman atas dosa-dosamu, hiattttt!" bentak Japra dengan suara mengguntur, karena dia dan musuhnya ini sama-sama masih berwujud raksasa.Kaget bukan kepalang Pendeta Sura, walaupun mereka tidak bersentuhan langsung, tapi dia merasakan seluruh tenaga dalamnya secara tiba-tiba membanjir keluar.Secepat kilat Pendeta Sura lemaskan tenaganya, inilah yang sebenarnya di tunggu-tunggu Japra.Desss…sebuah tendangan kilat Japra arahkan ke perut pendeta ini, akibatnya pendeta ini mengeluarkan seruan keras dan cepat melempar tubuhnya ke belakang.Mulas tak terkira perutnya, andai dia tak punya tenaga dalam mumpuni, pasti isi perutnya hancur terkena tendangan menggunakan jur