Beranda / Pendekar / Pendekar Bukit Meratus / Bab 159: Bantu Kerajaan Rama

Share

Bab 159: Bantu Kerajaan Rama

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 08:18:25

Panglima Sorachai bikin Japra kagum, pakaian sang panglima sangat bersahaja, apalagi saat ini sudah menggunakan baju perang yang gagah.

Penampilannya mengingatkan Japra pada Mahapatih Takalo, berkumis tebal dan terlihat sangat berwibawa dengan pedang besar di pinggang.

Mendengar laporan dua orang yang mengajak Japra dan Anong ke sini, si Panglima ini menganggukan kepala, dia lalu mendekati Japra dan Anong.

“Selamat datang tuan Japra dan nona Anong, mari masuk ke tendaku,” sapa Panglima Sorachai sambil beri penghormatan.

Anong langsung bersimpuh, sedangkan Japra memberi hormat sewajarnya, agak aneh juga dia melihat gaya penghormatan yang Anong berikan, tapi Japra diam saja.

“Dari cerita Pangpai dan Pongpai, kalian berencana mau selamatkan guru Anong yang mereka sekap di benteng itu…? Luar biasa, tahukah kalian di sana saat ini sedang berkumpul tokoh-tokoh jahat yang membantu Pangeran Langkor, untuk dongkel Maharaja Watra dari tahtanya dan berniat ingin bunuh Putra Mahkota Pangeran Chul
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 160: Adu Ilmu Sihir

    Saat melihat siapa yang menghantamnya, kedua orang ini kaget tak kepalang, terutama Pendekar Gledek. Tak dia sangka, di negeri yang sangat jauh dari Pulau Borneo, Japra lagi-lagi bisa menemukannya.“Hmm…di mana-mana kalian ini selalu bikin masalah, kali ini aku tak akan ampuni kalian berdua,” dengus Japra menahan kemarahannya."Bangsat, kamu seperti punya sayap saja Japra, bisa muncul jauh-jauh ke sini," seru Pendekar Gledek, menahan kekagetan hatinya.Saat Japra bicara begitu, meluncurlah puluhan anak panah dan tombak dari arah belakang, menghantam punggungnya.Namun tanpa menoleh Japra hanya kibaskan tangannya, semua senjata itu berbalik menuju ke arah pelemparnya.Tindakan Japra ini membuat kedua musuhnya ini kaget bukan main, segini hebatnya kah seorang Japra saat ini, batin keduanya.Akibatnya puluhan pasukan pemberontak langsung meregang nyawa, terkena retur senjata mereka sendiri.Gegerlah pasukan pemberontak melihat kesaktian Japra, bahkan Pangpai dan Pongpai yang kini terluka

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 161: Guru Anong yang Cantik

    Beberapa kali pukulan kerasnya yang berubah-ubah dari panas ke dingin, membuat si gundul ini kelabakan.Tiba-tiba Japra kerahkan jurus lintahnya, dia nekat lakukan itu, karena di lihatnya Pendeta Sura sudah mulai kepayahan.“Ini saatnya aku musnahkan manusia durjana ini,” dengus Japra."Pendeta Sura, bersiaplah untuk menerima hukuman atas dosa-dosamu, hiattttt!" bentak Japra dengan suara mengguntur, karena dia dan musuhnya ini sama-sama masih berwujud raksasa.Kaget bukan kepalang Pendeta Sura, walaupun mereka tidak bersentuhan langsung, tapi dia merasakan seluruh tenaga dalamnya secara tiba-tiba membanjir keluar.Secepat kilat Pendeta Sura lemaskan tenaganya, inilah yang sebenarnya di tunggu-tunggu Japra.Desss…sebuah tendangan kilat Japra arahkan ke perut pendeta ini, akibatnya pendeta ini mengeluarkan seruan keras dan cepat melempar tubuhnya ke belakang.Mulas tak terkira perutnya, andai dia tak punya tenaga dalam mumpuni, pasti isi perutnya hancur terkena tendangan menggunakan jur

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-06
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 162: Rahasia Kecantikan Guru Dao

    “Iya Bang, nama beliau guru Dao!” Anong kenalkan gurunya yang cantik jelita ini, Japra sampai melongo sesaat.Di tatap Japra dengan pandangan kagum, guru Dao lempar senyum manisnya.“Sebaiknya kita cepat-cepat pergi dari sini, ngeri juga lihat ribuan mayat yang besok pasti mulai membusuk,” guru Dao, lalu melompat cepat diikuti Japra dan Anong.Dan di perjalanan itulah Japra diberitahu Anong, kalau usia guru Dao hampir 48 tahunan dan dia awet muda seperti saat masih berusia 20 tahunan, karena punya sebuah ramuan khusus.“Rahasia kecantikan itu katanya menurun dari ibunya, yang turunan bangsawan,” cerita Anong lagi, sambil terus ikuti kemana guru Dao melangkah cepat di depan mereka.Anong ngaku dia sebenanya pingin obat awet muda itu, tapi guru Dao bilang kalau ilmu kanuragan Anong belum tinggi, justru akan membahayakannya."Pasti orang jahat akan terus menganggu kamu, untuk menikmati kecantikan kamu itu Anong!" itulah alasan guru Dao dan Anong pun membenarkan.Kalau pasukan tadi pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 163: Sempurnakan Ilmu Sihir, Syaratnya..?

    Sambil melihat kedua burung ini makan dengan lahap, setelah di beri ikan-ikan besar yang ditangkap Anong di sebuah sungai kecil.Guru Dao lalu bercerita ke Japra kenapa burung rajawali ini kenal baik dengannya dan patuh serta jinak sekali, persis seperti ke Japra.“Dulu aku dan suamiku yang menemukan burung ini, kala itu burung tersebut terluka, kakinya patah. Suamiku merawat burung tersebut sampai sembuh. Tak tahunya malah datang seekor burung rajawali jantan, dan sejak saat itu kami berdua sering jalan-jalan menaiki kedua burung ini, suamiku yang jantan, aku burung betina itu!”Setelahnya, guru Dao menghela nafas panjang, dia sebut suaminya tewas bersama burung rajawali jantan, saat bertarung dengan musuh lamanya 10 tahunan yang lalu. “Mereka sama-sama tewas, termasuk musuh suamiku…nah, sejak saat itulah aku tinggal di pondok ini, malas tinggal di kota, walaupun aku ini keturunan bangsawan. Apalagi saat itu Pangeran Langkor yang juga sepupu jauhku ingin memberontak, tak tahunya ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 164: Bercinta Dengan guru Dao

    Guru Dao dibantu Anong persiapkan ritual penyempurnaan ilmu sihir buat Japra. Tak pernah Japra ketahui, kedua wanita cantik ini justru bicara sangat serius.“Guru yakin Pangeran Japra akan bisa memenuhi apa yang jadi cita-cita guru sejak lama? Aku saja sampai kini masih lancar..?” Anong menatap Gur Dao.“Aku yakin Anong, walaupun usiaku tak muda lagi, dan inilah saat yang paling tepat, aku sedang subur-suburnya!” sahut guru Dao. “Baiklah guru, aku akan pulang ke desa kami dulu, agar guru dan Pangeran Japra tak terganggu,” sahut Anong.Akhirnya hari itu, tanpa pamit dengan Japra, Anong pulang kembali ke desanya, kali ini dia tentu bisa cepat sampai, jurus mengejar anginnya makin lama makin sempurna.Japra pun kaget saat guru Dao bilang, Anong sudah pulang ke desanya, sehingga dia minta Japra bisa bersikap rileks, tidak lagi sungkan.Japra pun lega, setidaknya dia hilang rasa sungkannya dengan Anong, yang selama ini sudah anggap dia ‘kekasih’.Sebagai orang yang berpengalaman, guru Da

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 165: Akhirnya Berpisah

    Satu bulan kemudian…!Setelah bercinta dengan masih sama-sama polos, guru Dao dengan mata bak bintang kejoranya dan selalu di puji Japra, menatap wajah pendekar sakti ini dengan rasa sayang.“Japra…sudah saatnya kamu harus tuntaskan apa yang jadi rencana dan cita-citamu!”Mendengar ucapan guru Dao, barulah Japra seolah terbangun dari mimpi.“Hmm…aku rasanya ingin tinggal di sini selamanya…!” gumam Japra tanpa sadar. Guru Dao langsung tertawa sambil menutup mulutnya yang tak puas-puasnya Japra kecup.Dia kemudian berdiri sekaligus melepaskan diri dari pelukan Japra dan dengan langkah gemulai mengambil gaunnya dan memakainya.“Kamu ini calon Maharaja sayang…!” sahut guru Dao, juga tanpa sadar memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.Japra ikutan bangkit dan mendekati guru Dao. “Kelak kalau aku jadi Maharaja Muara Sungai, maukah kamu menyusulku atau aku jemput dan jadi permaisuriku…?”Guru Dao sesaat kaget, lalu tersenyum manis.“Kita lihat saja nanti..! Ingat tuntaskan tugasmu, ilmu sihir

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 166: Bertemu Paman Sendiri

    Japra kaget menerima sepucuk surat, yang di antar pelayan penginapan. Isinya ringkas saja, meminta Japra datang ke sebuah tempat malam ini.Tempat itu berada di luar kota, di surat itu tercantum petunjuknya. “Siapa pengirim surat ini dan apa tujuannya,” pikir Japra keheranan.Apalagi Japra merasa dia tak punya teman siapapun, di kerajaan yang baru pertama kali dia kunjungi ini.Namun Japra bertekad akan mendatangi tempat tersebut, baginya ini sangat bikin dia penasaran, seakan ada sebuah rahasia yang harus di pecahkan.Belum terlalu malam, Japra sudah sampai di tempat ini, dia melangkah perlahan menuju ke sebuah tempat mirip kuil yang sudah tua.Tempat ini sepi, walaupun dia melihat ada penerangan lampu kecil dalam kuil tersebut. “Masuklah anak muda…!” terdengar suara dari dalam kuil ini.Mendengar suara ini, Japra pun tanpa ragu masuk ke kuil ini dan kini sudah berada di sebuah ruangan yang tak terlalu lebar. Tapi dia waspada, sebab suara itu sudah menunjukan kesaktian orang tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 167: Kisah Pangeran Li Nata

    “Pengkhianat? Siapa yang berkhianat paman?” tanya Japra keheranan, sekaligus penasaran.“Orang dalam kekaisaran sendiri, keluarga Istana juga!” sahut Li Huang, sambil menarik nafas panjang.Li Huang meneruskan kisahnya, dulu kakek Japra ini merupakan seorang komandan perang yang sangat disegani sekaligus di takuti.Komandan Pangeran Li Nata awalnya akan dijadikan Panglima oleh kaisar, sebab dia dianggap cakap dan tegas, juga punya kehebatan dalam ilmu kanuragan.“Namun, ada yang membisiki kaisar, dikatakan kelak kalau diangkat panglima, suatu saat kakekmu akan memberontak dan ambil alih kedudukan kaisar. Padahal jangankan memberontak, ngayal jadi kaisar atau panglima pun kakekmu tak pernah,” kata Li Huang sambil menyedot cerutunya, matanya menerawang ke atas.Japra ikutan termenung...!Bisikan-bisikan beracun dalam lingkungan Istana lama-lama membuat kaisar akhirnya terpengaruh juga.Lalu Pangeran Li Nata ini di kirim untuk sebuah ekspedisi ke Pulau Borneo, pangkatnya memang dinaikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 426: Pangeran Akmal Tertawan

    Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 425: Pertemuan Akbar Golongan Hitam

    Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

DMCA.com Protection Status