Share

Penawaran Gila Suamiku
Penawaran Gila Suamiku
Author: Idahsj

Chapter 1 - Terulang kembali

Wynnn vegas, Amerika. 08.45 PM.

Langkah kaki yang terbalut flat shoes itu tampak meliuk-liuk dan tergesa di antara puluhan kaki-kaki yang tengah sibuk kesana-kemari. Kedua tangannya pun tampak sibuk dengan nampan yang berisi beberapa gelas minuman. 

ABBYANA—Perempuan berusia 29 tahun itu—dengan wajah cantiknya yang terlapis makeup tipis, tersenyum kala satu pria paruh baya menyambut sodoran minuman yang di bawanya.

"Selamat menikmati, tuan." Ramah tamahnya yang memang merupakan tugas dari pekerjaannya.

"Yea, dan akan sangat menyenangkan jika kau ikut bergabung denganku, cantik." 

Bersama kalimat itu selesai terucap, Abby tersentak kala merasakan rangkulan mesra di pinggangnya.

Dan wajah ini—

Shit!

Abby tidak menyukainya.

"Go ahead, mr!" 

Pria hidung belang bermarga Alexander yang sebisa mungkin selalu di hindarinya, meski hasilnya sia-sia saja karena bagaimana pun tempat kerjanya berhubungan dengan pria itu. 

Setelah berhasil menghilangkan keterkejutannya, Abby mencoba melebarkan senyum formal meski rasanya sudah teramat muak, tapi resiko pekerjaan dirinya tidak bisa seenaknya.

Kalau bukan gajinya yang lumayan dan peluang kerja dirinya yang sulit sudah keluar Abby dari dulu. Kala ingin menyerah Abby selalu di ingatkan akan kebutuhan hidup yang semakin bertambah setiap tahunnya.

Terlebih bukan tanggungan dirinya saja, ada sosok lain yang tentu saja tidak akan membuat Abby menyesal mengarungi kehidupan keras ini.

Sosok kecil yang mungkin saja saat ini telah tertidur pulas di ranjang kecilnya.

Sosok yang selalu menjadi penyemangatnya dalam mengarungi dunia yang keras ini.

Sosok berharga yang tak akan pernah tergantikan oleh siapa pun.

Sosok tercinta yang Abby lahirkan tujuh tahun yang lalu dengan penuh perjuangan.

Meski hadirnya karena ketidaksengajaan. Dan karena kebodohan sendiri.

"Semakin sexy saja setiap harinya,"

bisik sensual tuan Alexander itu menyadarkan Abby yang tangannya langsung memegang erat nampannya kala merasakan tengah besar dengan kurang ajar meremas bokongnya.

"Tuan, bisa tolong hentikan." brontak Abby sambil menggeser tubuhnya pelan, menjauhi lelaki genit di sampingnya itu. 

Yang menyebalkan Abby tidak bisa menyingkirkan tangan lelaki itu karena kedua tangannya pun tengah sibuk dengan nampan-nampan berisi gelas-gelas dengan air berwarna merah. 

"Mr Alexander, senang bisa bertemu—"

Dan selamat.

Abby menghela lega kala si pria hidung belang itu teralih, namun sebelum itu dengan kurang ajarnya satu tepukan lelaki itu layangkan pada pantatnya yang berbalut rok spon pendek di atas lutut berwarna hitam.

Abby mengumpat pelan dan langsung meringis kala melihat raut pria lain di hadapannya, telah mendengar umpatannya. 

"Tidak apa-apa, respon yang wajar untuk kelakuan bajingan tengik itu." yang hanya di balas senyum formal Abby saja.

Tapi...

"Berapa yang kau mau? 5000$ sepertinya cukup untuk menghangatkan ranjangku malam ini."

Seketika raut wajah formal Abby menjadi datar.

Ternyata sama saja. Harga yang fantastis, tapi Abby bukanlah pelacur.

Dengan raut wajahnya yang berubah datar, Abby menatap mata sayu dengan keriput yang tampak jelas mengelilingi kedua bola mata biru di hadapannya itu. "I'm not a bitch, sorry." Dan di akhiri senyuman undur diri.

Tua bangka tidak tahu diri! Dengus batinnya.

***

"By, ABBYANA!" 

Belum selesai mengerjakan tugasnya, Abby menoleh kala mendengar seseorang menyahutkan namanya.

Dan ternyata Liany, partner kerjanya yang berdarah asia. "Kenapa?"

"Miguel menyuruhmu menghadap bu Vanesa, ada kerjaan yang harus di hendel karena si pirang absen."

"Dan aku yang harus menggantikannya?"

Si pirang bernama Azelia, sesama berdarah eropa sepertinya. Orangnya menyebalkan karena selalu berbuat ulah, terlebih selalu menyeret rekan-rekan kerjanya.

Liany mengangguk dengan ringisan. "Ayo, sebelum Vanesa mengeluarkan lahar panasnya."

Vanesa adalah kepala pengurus yang memiliki mulut ceriwis.

"Tapi Li,"

"Tidak ada tapi, toh ada upah tambahan nanti dari pelanggan."

Dan memang bener meski resikonya pun tidak main-main.

"Aku tidak mau Li."

"By,"

"Aku tidak mau turut melayani mereka untuk kedua kalinya!" Abby akhirnya mengeluarkan keluhannya.

Sudah cukup satu kali waktu itu dirinya  menyanggupi dan ternyata pekerjaan Azelia itu membuatnya pusing dan mual secara bersamaan.

Persetan dengan VVIP!

Persetan dengan uang tips!

Perkerjaannya yang mengantar-antar minuman saja sudah membuatnya muak, apa lagi pekerjaan yang di lakukan Azelia.

Membayangkannya saja terasa menjijikan!

"Please by, temui dulu Vanesa, " raut Liany tampak memelas. "... jangan aku yang menggantikannya."

Ah ternyata...

"Aku tidak bisa untuk sementara ini, kau pun tahu alasannya, " sambil bicara wanita dengan rambut merah itu melirik perutnya.

Membuat Abby mengembuskan nafas gusar.

Apa boleh buat.

"Oke." 

***

Dan di sini lah Abby berada—Didepan pintu besar yang di dalamnya terdapat beberapa orang yang bisa di sebut 'crazy rick'

Namun ada yang salah...

Raut Abbyana tampak gusar, dan terus menghembuskan nafasnya tak tenang.

"Sial, sial Abby!" Geramnya dengan perasaan gusar.

"Hanya tinggal beberapa jam lagi, pertahankan ketenangan, oke." Berbicara pada dirinya sendiri, mencoba menenangkan gundah dalam jiwanya. 

Dan setelah tenang Abby mulai membuka dua daun pintu yang berada di tengah-tengah itu. Keningnya tampak mengerut kala mendapati sosok wajah cilik yang terasa familiar namun terasa berbeda juga.

"Lucy," bisiknya yang hampir tidak terdengar.

Dan entah kenapa tubuhnya terasa sakit seperti habis terdorong.

"Eumm... Lucy,"

"Mommy,"

Mata Abby yang sayu dengan kepalanya yang terasa berat akhirnya mencoba melebarkan matanya dan menangkap sosok cilik yang tengah duduk dan terisak di ujung ranjang.

"Hai, kenapa cantiknya mommy, hm?" Tanya Abby sambil berjongkok mensejajarkan tingginya dengan sang putri.

"Apa aku anak haram, Mommy?"

Deg

Seperti tertimpa palu besar hati Abby terasa sakit sekali mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut putrinya itu.

Dan dari mana putrinya itu tahu kata laknat itu.

"Dimana Daddy? Aku ingin seperti Liora yang selalu di gendong Daddynya... " Di tengah isakannya bocah itu terus berusaha berbicara. "Mereka selalu mengejekku, aku tidak punya Daddy, Lucy cacat... "

"Hei hei stt," Abby berusaha menenangkan.

Tapi gadis cilik itu malah menepis tangan sang ibu yang terulur untuk menyentuh kedua pelipisnya.

"TIDAK MAU, MOMMY BOHONG, BOHONG!!"

"Lucy—"

"LUCY BENCI MOMMY, BENER-BENAR BEN—"

Sebelum kata itu selesai, kedua mata yang tampak gelisah itu terbuka panik di iringi sahutan nyaring yang terasa menyakitkan.

"TIDAK LUCY!!"

Bangkit secara mendadak dari tidurnya, Abby seketika merasa kepalanya seperti tertimpa palu—nyeri dan pusing menyerang secara bersamaan.

"Aww kepalaku..."

Detik demi detik berlalu Abby mulai mengatur nafasnya dan segala kekacauan pikirannya.

Dan ternyata hanya mimpi.

Tapi tunggu, ada yang aneh, terasa asing—Abby mengedarkan sepasang mata hijaunya keseluruh penjuru ruangan yang luas dan mewah.

Dan jelas bukan kamar tidur di kediaman kecilnya.

Abby pun merasa aneh dengan tubuhnya yang dingin namun terasa gerah juga lengket.

"Ini di—oh Shit!"

Dan jawabannya ternyata—Dirinya tidur di Wnyyy Casino hotel VVIP, tentu tidak sendiri karena saat ini Abby mendapati punggung kekar seorang pria di sampingnya.

"Kau gila Abbyana!!"

Dan semakin terkejut kala punggung itu bergerak menjadi terlentang dan menunjukan rupa si lelaki. 

Double shit!

Dan malam sialan itu terulang kembali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status