Mobil SUV, pukul 20:00 malam.
Chelsea dan Fanny, masih berada di dalam mobil dengan posisi tangan terikat. Kemudian, Chelsea tiba-tiba terbangun karena hentakan dari mobil itu melewati sebuah pembatas jalan yang melintang di jalan.
“Hmm … Aku dimana …,” kata Chelsea, sambil menoleh ke sekeliling.
“Wah, kamu sudah bangun, ya … maaf, karena pembatas jalan tadi, kamu jadi terbangun, hehe …,” kata pria itu. “Oh, ternyata kamu … eh, lepaskan tangaku dong, Aku ingin menggaruk punggungku, nih … duh!” kata Chelsea, sambil mengangkat tangannya, mencoba untuk meraih punggungnya. “Lepaskan tanganmu? Lalu, setelah saya melepaskan tangan kamu, kamu akan membuka pintu mobil dan melarikan diri, begitu? Hahaha … saya tidak sebodoh itu, nona …,” kata pria itu. “Bagaimana ca“Kok, sejak dari tadi, gambarnya Chelsea masih berjalan, ya? Kira-kira, mereka ingin di bawa ke mana?” tanya Angel pada dirinya sendiri, sambil menatap layar ponsel dan sesekali melihat kearah jalan sambil menyetir.Lagi asik menatap kearah ponsel dan sesekali melihat kearah jalan, tiba-tiba pandangan Angel terfokus ke sebuah supermarket tepat di depannya. Angel langsung menghentikan mobilnya ke tepi jalan. “Singgah dulu atau lanjut, ya? Eh, tapi perutku lapar banget, nih … bodo’ ah, ‘kan masih ada Davin, Samuel, Joe dan Cassey di belakang. Singgah sebentar tidak masalah, kali, hihi …,” kata Angel.Kemudian, Angel membuka pintu mobilnya, dan langsung melompat keluar. Lalu, Angel berjalan masuk ke dalam supermarket dan membeli beberapa cemilan dan minuman untuknya.Di satu sisi, Davin bersama dengan Cassey, Joe dan Samuel, masih berusaha mengejar mobil Angel yang sudah tak kelihatan sedikitpun
Angel menunggu selama kurang lebih hampir dua puluh menit, sampai cemilan dan minuman yang di belinya tadi hanya tersisa dua bungkus cemilan dan satu botol minuman saja. Angel mengeluarkan ponsel dan melihat jam yang ada di layar ponselnya. “Wah, sudah hampir pukul setengah sepuluh malam, nih. Davin dan yang lainnya berhasil mengejar Chelsea atau tidak, ya? Duh, bagaimana ini … mana, anak-anak norak itu masih mengerumuni mobilku, lagi!” kata Angel, jengkel melihat para gadis yang masih mengerumuniLalu, Angel melihat ke dalam bungkusan plastik belanjaannya dan ternyata cemilan nya hanya tersisa dua bungkus dengan minuman yang hanya tersisa satu botol, Angel langsung berdiri sambil menenteng plastik belanjaannya, lalu berjalan menuju kerumunan para gadis itu. “Permisi, nona-nona sekalian …,” kata Angel, menyapa para gadis itu. “Ya? Ada apa ya, Kak?” tanya seorang gadis
“Eh, bentar-bentar …, coba kaliah lihat ke sana!” potong Joe, sambil menunjuk kearah pantai yang mengarah ke laut.Sontak, Angel yang tadi sedang menggoyang-goyangkan tubuh Samuel sambil menarik baju nya, seketika berhenti. Lalu, Dia dan Samuel menoleh kearah yang di tunjukkan oleh Joe. Cassey dan Davin juga langsung menoleh kearah itu.Tampak dari kejauhan, mereka melihat lima mobil SUV hitam berjalan masuk ke sebuah kapal yang sedang bersandar di laut dekat pantai itu. Lalu, terlihat juga seorang pria bertubuh kekar, tengah berjaga di depan pintu masuk sambil memberi aba-aba kepada mobil-mobil itu untuk masuk ke dalam kapal. “Itu … itu bukan nya kapal selam? Gila! Serius, tuh?!” tanya Davin, dengan raut wajahnya yang sangat terkejut. “Kapal selam? Kok bisa memuat mobil, ya? Entar, kapalnya tenggelam, dong?” tanya Angel pada Davin. “Yee …, namanya ju
Setelah perdebatan selesai, Angel, Joe, Samuel dan Davin, masuk ke dalam mobil SUV hitam milik Angel setelah memberikan kunci mobil dan sedikit petunjuk cara menggunakan mobil Lamborghini miliknya kepada Cassey. “Bagaimana? Kalian sudah siap?” tanya Davin, menoleh kearah Joe, Samuel dan Angel.Mereka menganggukkan kepala tanpa ragu, mengiyakan pertanyaan Davin. Setelah itu, Davin menghidupkan mesin mobil dan langsung menginjak pedal gas mobil, pergi menerobos masuk ke barisan paling belakang mobil-mobil SUV itu. Tampak dari dalam mobil, mereka melihat ada sekitar tiga mobil SUV lagi tepat di depan mobil mereka. Tidak tahu, yang mana mobil SUV yang membawa Chelsea dan Fanny, karena semua mobil itu tampak sama. Ternyata, pria berbadan kekar yang tengah berjaga di depan pintu masuk kapal, sepertinya tidak hanya berdiri sambil memberikan aba-aba masuk ke dalam kapal. Melainkan, dia juga terlihat sedang memeriksa mobil-mobil itu satu persatu sebelum
“Apa, aku pulang ke rumah Angel saja, sambil menunggu kabar mereka? Secara ‘kan, di sana juga ada Jordi yang mungkin bisa membantuku mencari solusi? Tapi …, bodo’ ah! Sudah pukul sebelas malam juga, ya kali Aku disini sendirian. Entar, malah Aku pula yang di culik, hiii …,” kata Cassey pada dirinya sendiri.Lalu, Cassey membuka pintu mobil Lamborghini Angel, melompat masuk dan menutup kembali pintu mobil, menghidupkan mesin mobil, lalu memutar balikan arah mobil dan langsung pergi meninggalkan pantai itu menuju rumah Angel.*** Sesampainya di rumah Angel, Cassey menghentikan mobil Lamborghini itu, tepat di depan rumahnya Jordi. Kemudian, Cassey membuka pintu mobil, melompat keluar dan menutup kembali pintu mobil itu. Lalu, Cassey langsung berlari menuju rumah Jordi. *Tok … tok … tok ….* “Eh, siapa itu, sayang? Kok, ada orang ma
“Eh, bagaimana, sudah kosong, tuh …,” kata Samuel pada Angel.Angel, Davin dan Joe, langsung menoleh ke segala arah, untuk melihat kondisi sekitar. Tampak di sekitar garasi itu, sudah tidak ada satupun orang, melainkan hanya ada mobil-mobil yang tersusun rapi disana. Lalu, mereka bertiga menganggukkan kepala kearah Samuel dan kemudian, perlahan, mereka semua keluar dari mobil. “Nona, anda jangan jauh-jauh dari kami. Tetap berada di belakang saya. Kamu, Sam, berjaga di barisan paling belakang, tepat di belakangnya nona Angel. Sedangkan kamu Vin, kamu yang memimpin jalan,” kata Joe, menyusun strategi dengan sedikit berbisik. “Loh, kenapa saya yang harus berada di depan, tuan?” tanya Davin, terkejut mendengar perkataan Joe. “Secara ‘kan, kamu ini seorang detektif, pasti lah kamu memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu masalah apapun itu. Mau itu masalah yang sudah la
Davin dan Samuel, tiba di sebuah pintu, setelah menaiki tangga. Pintu itu tertutup, lalu Davin mencoba membuka pintu itu dengan sangat hati-hati. *Jeglek!*Pintu terbuka, Davin sedikit mengeluarkan kepalanya, lalu menoleh ke segala arah. Davin melihat, ada dua jalur lagi luar pintu itu. Jalur itu bercabang membentuk huruf L. Satu jalur lurus ke depan, satu lagi belok ke sebelah kanan. Davin menutup kembali pintunya, “Ada apa, Vin?” tanya Samuel berbisik. “Kita di hadapkan dengan dua jalur. Satu jalaur lurus, satu mengarah lurus di sebelah kanan. Bagaimana?” tanya balik Davin. “Ya, mana Aku tahu, secara ‘kan, pemimpinannya adalah kamu,” jawab Samuel. “Hmm … apa mungkin, kita berpencar? Saya lurus ke depan, kamu ke sebelah kanan. Atau mungkin sebaliknya, saya mengambil jalur kanan, kamu lurus ke depan?” tanya Davin.&nbs
Setibanya Davin di tangga itu, dia melihat seorang gadis yang mirip sekali dengan Chelsea. Lalu, dia berteriak memanggil gadis itu dengan sebutan Chelsea, lalu berlari menghampirinya. Namun, ketika gadis itu menoleh kearah Davin, “Ya, tuan?” tanya gadis itu pada Davin. “Eh, maaf, nona, saya kita, anda adalah teman saya, hehe …,” jawab Davin, tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.Gadis itu tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya, dan kemudian, berjalan pergi meninggalkan Davin. “Gila, kirain tadi Chelsea. Eh, tapi gadis itu cantik juga. Ah, sayang sekali tadi, saya tidak sempat berkenalan dengannya. Ah, yah sudah lah …,” kata Davin pada dirinya sendiri.Kemudian, dia langsung melanjutkan perjalanannya menuju lantai tiga.*** “Hahaha … selamat datang, wahai tikus-tikus lucu … besar juga nyali kalian, untuk menyelin