“Kok, sejak dari tadi, gambarnya Chelsea masih berjalan, ya? Kira-kira, mereka ingin di bawa ke mana?” tanya Angel pada dirinya sendiri, sambil menatap layar ponsel dan sesekali melihat kearah jalan sambil menyetir.
Lagi asik menatap kearah ponsel dan sesekali melihat kearah jalan, tiba-tiba pandangan Angel terfokus ke sebuah supermarket tepat di depannya. Angel langsung menghentikan mobilnya ke tepi jalan.
“Singgah dulu atau lanjut, ya? Eh, tapi perutku lapar banget, nih … bodo’ ah, ‘kan masih ada Davin, Samuel, Joe dan Cassey di belakang. Singgah sebentar tidak masalah, kali, hihi …,” kata Angel.
Kemudian, Angel membuka pintu mobilnya, dan langsung melompat keluar. Lalu, Angel berjalan masuk ke dalam supermarket dan membeli beberapa cemilan dan minuman untuknya.
Di satu sisi, Davin bersama dengan Cassey, Joe dan Samuel, masih berusaha mengejar mobil Angel yang sudah tak kelihatan sedikitpun
Angel menunggu selama kurang lebih hampir dua puluh menit, sampai cemilan dan minuman yang di belinya tadi hanya tersisa dua bungkus cemilan dan satu botol minuman saja. Angel mengeluarkan ponsel dan melihat jam yang ada di layar ponselnya. “Wah, sudah hampir pukul setengah sepuluh malam, nih. Davin dan yang lainnya berhasil mengejar Chelsea atau tidak, ya? Duh, bagaimana ini … mana, anak-anak norak itu masih mengerumuni mobilku, lagi!” kata Angel, jengkel melihat para gadis yang masih mengerumuniLalu, Angel melihat ke dalam bungkusan plastik belanjaannya dan ternyata cemilan nya hanya tersisa dua bungkus dengan minuman yang hanya tersisa satu botol, Angel langsung berdiri sambil menenteng plastik belanjaannya, lalu berjalan menuju kerumunan para gadis itu. “Permisi, nona-nona sekalian …,” kata Angel, menyapa para gadis itu. “Ya? Ada apa ya, Kak?” tanya seorang gadis
“Eh, bentar-bentar …, coba kaliah lihat ke sana!” potong Joe, sambil menunjuk kearah pantai yang mengarah ke laut.Sontak, Angel yang tadi sedang menggoyang-goyangkan tubuh Samuel sambil menarik baju nya, seketika berhenti. Lalu, Dia dan Samuel menoleh kearah yang di tunjukkan oleh Joe. Cassey dan Davin juga langsung menoleh kearah itu.Tampak dari kejauhan, mereka melihat lima mobil SUV hitam berjalan masuk ke sebuah kapal yang sedang bersandar di laut dekat pantai itu. Lalu, terlihat juga seorang pria bertubuh kekar, tengah berjaga di depan pintu masuk sambil memberi aba-aba kepada mobil-mobil itu untuk masuk ke dalam kapal. “Itu … itu bukan nya kapal selam? Gila! Serius, tuh?!” tanya Davin, dengan raut wajahnya yang sangat terkejut. “Kapal selam? Kok bisa memuat mobil, ya? Entar, kapalnya tenggelam, dong?” tanya Angel pada Davin. “Yee …, namanya ju
Setelah perdebatan selesai, Angel, Joe, Samuel dan Davin, masuk ke dalam mobil SUV hitam milik Angel setelah memberikan kunci mobil dan sedikit petunjuk cara menggunakan mobil Lamborghini miliknya kepada Cassey. “Bagaimana? Kalian sudah siap?” tanya Davin, menoleh kearah Joe, Samuel dan Angel.Mereka menganggukkan kepala tanpa ragu, mengiyakan pertanyaan Davin. Setelah itu, Davin menghidupkan mesin mobil dan langsung menginjak pedal gas mobil, pergi menerobos masuk ke barisan paling belakang mobil-mobil SUV itu. Tampak dari dalam mobil, mereka melihat ada sekitar tiga mobil SUV lagi tepat di depan mobil mereka. Tidak tahu, yang mana mobil SUV yang membawa Chelsea dan Fanny, karena semua mobil itu tampak sama. Ternyata, pria berbadan kekar yang tengah berjaga di depan pintu masuk kapal, sepertinya tidak hanya berdiri sambil memberikan aba-aba masuk ke dalam kapal. Melainkan, dia juga terlihat sedang memeriksa mobil-mobil itu satu persatu sebelum
“Apa, aku pulang ke rumah Angel saja, sambil menunggu kabar mereka? Secara ‘kan, di sana juga ada Jordi yang mungkin bisa membantuku mencari solusi? Tapi …, bodo’ ah! Sudah pukul sebelas malam juga, ya kali Aku disini sendirian. Entar, malah Aku pula yang di culik, hiii …,” kata Cassey pada dirinya sendiri.Lalu, Cassey membuka pintu mobil Lamborghini Angel, melompat masuk dan menutup kembali pintu mobil, menghidupkan mesin mobil, lalu memutar balikan arah mobil dan langsung pergi meninggalkan pantai itu menuju rumah Angel.*** Sesampainya di rumah Angel, Cassey menghentikan mobil Lamborghini itu, tepat di depan rumahnya Jordi. Kemudian, Cassey membuka pintu mobil, melompat keluar dan menutup kembali pintu mobil itu. Lalu, Cassey langsung berlari menuju rumah Jordi. *Tok … tok … tok ….* “Eh, siapa itu, sayang? Kok, ada orang ma
“Eh, bagaimana, sudah kosong, tuh …,” kata Samuel pada Angel.Angel, Davin dan Joe, langsung menoleh ke segala arah, untuk melihat kondisi sekitar. Tampak di sekitar garasi itu, sudah tidak ada satupun orang, melainkan hanya ada mobil-mobil yang tersusun rapi disana. Lalu, mereka bertiga menganggukkan kepala kearah Samuel dan kemudian, perlahan, mereka semua keluar dari mobil. “Nona, anda jangan jauh-jauh dari kami. Tetap berada di belakang saya. Kamu, Sam, berjaga di barisan paling belakang, tepat di belakangnya nona Angel. Sedangkan kamu Vin, kamu yang memimpin jalan,” kata Joe, menyusun strategi dengan sedikit berbisik. “Loh, kenapa saya yang harus berada di depan, tuan?” tanya Davin, terkejut mendengar perkataan Joe. “Secara ‘kan, kamu ini seorang detektif, pasti lah kamu memiliki kemampuan dalam memecahkan suatu masalah apapun itu. Mau itu masalah yang sudah la
Davin dan Samuel, tiba di sebuah pintu, setelah menaiki tangga. Pintu itu tertutup, lalu Davin mencoba membuka pintu itu dengan sangat hati-hati. *Jeglek!*Pintu terbuka, Davin sedikit mengeluarkan kepalanya, lalu menoleh ke segala arah. Davin melihat, ada dua jalur lagi luar pintu itu. Jalur itu bercabang membentuk huruf L. Satu jalur lurus ke depan, satu lagi belok ke sebelah kanan. Davin menutup kembali pintunya, “Ada apa, Vin?” tanya Samuel berbisik. “Kita di hadapkan dengan dua jalur. Satu jalaur lurus, satu mengarah lurus di sebelah kanan. Bagaimana?” tanya balik Davin. “Ya, mana Aku tahu, secara ‘kan, pemimpinannya adalah kamu,” jawab Samuel. “Hmm … apa mungkin, kita berpencar? Saya lurus ke depan, kamu ke sebelah kanan. Atau mungkin sebaliknya, saya mengambil jalur kanan, kamu lurus ke depan?” tanya Davin.&nbs
Setibanya Davin di tangga itu, dia melihat seorang gadis yang mirip sekali dengan Chelsea. Lalu, dia berteriak memanggil gadis itu dengan sebutan Chelsea, lalu berlari menghampirinya. Namun, ketika gadis itu menoleh kearah Davin, “Ya, tuan?” tanya gadis itu pada Davin. “Eh, maaf, nona, saya kita, anda adalah teman saya, hehe …,” jawab Davin, tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya.Gadis itu tersenyum, lalu menganggukkan kepalanya, dan kemudian, berjalan pergi meninggalkan Davin. “Gila, kirain tadi Chelsea. Eh, tapi gadis itu cantik juga. Ah, sayang sekali tadi, saya tidak sempat berkenalan dengannya. Ah, yah sudah lah …,” kata Davin pada dirinya sendiri.Kemudian, dia langsung melanjutkan perjalanannya menuju lantai tiga.*** “Hahaha … selamat datang, wahai tikus-tikus lucu … besar juga nyali kalian, untuk menyelin
Mendengar itu, jantung Angel langsung berdegup kencang. Wajahnya tampak cemas bercampur bingung pada saat itu. Dia menoleh kearah Samuel dan Davin, yang terlihat menggelengkan kepala kearah Angel. Namun, melihat waktu yang tersisa sedikit, Angel mencoba menarik nafas dalam-dalam, lalu berjalan maju, “Baik! Aku akan menyerahkan diriku,” teriak Angel tanpa ragu. *Teeeeet ….*Tepat setelah Angel berkata seperti itu, jam yang ada di latar monitor itu menunjukkan pukul 00:00:00. “Pilihan yang bagus! Hmm … waktunya pas sekali, ya. Mungkin kalau kamu telat semenit saja, akan lain ceritanya, hahaha …, yah sudah, sini maju,” kata pria itu.Perlahan, Angel maju selangkah demi selangkah menuju pria itu. Teriakan demi teriakan yang dilontarkan Samuel, Davin, Chelsea dan Fanny yang melarangnya untuk maju, kini teriakan itu takkan membuatnya mundur. Demi persah
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri