Mendengar itu, jantung Angel langsung berdegup kencang. Wajahnya tampak cemas bercampur bingung pada saat itu. Dia menoleh kearah Samuel dan Davin, yang terlihat menggelengkan kepala kearah Angel. Namun, melihat waktu yang tersisa sedikit, Angel mencoba menarik nafas dalam-dalam, lalu berjalan maju,
“Baik! Aku akan menyerahkan diriku,” teriak Angel tanpa ragu.
*Teeeeet ….*
Tepat setelah Angel berkata seperti itu, jam yang ada di latar monitor itu menunjukkan pukul 00:00:00.
“Pilihan yang bagus! Hmm … waktunya pas sekali, ya. Mungkin kalau kamu telat semenit saja, akan lain ceritanya, hahaha …, yah sudah, sini maju,” kata pria itu.
Perlahan, Angel maju selangkah demi selangkah menuju pria itu. Teriakan demi teriakan yang dilontarkan Samuel, Davin, Chelsea dan Fanny yang melarangnya untuk maju, kini teriakan itu takkan membuatnya mundur. Demi persah
Pukul tujuh pagi setelah selesai acara ulang tahun Angel, kapal selam naik ke permukaan dan kembali ke pantai. Saat itu, William berkata, dia harus segera kembali ke kota asalnya, karena masih banyak pekerjaan yang harus di selesaikan. Setelah berpamitan, William pergi menggunakan kapal selamnya, bersama dengan Komandan Bradley, Brandon, Bu Aura, dan yang lainnya. Namun, Davin masih tetap tinggal bersama dengan Angel dan yang lain, karena William yang memintanya untuk tetap tinggal. “Nah, sekarang bagaimana? Kita langsung pulang, atau bagaimana, nih?” tanya Angel. “Hmm … langsung pulang aja deh, Ngel … Aku tidak dapat tidur semalaman, karena pesta kamu begitu meriah,” jawab Chelsea. “Yah, Aku malahan tidak mengantuk sama sekali, nih …,” kata Angel. “Yah sudah, kita pulang saja dulu, kalau anda ingin jalan-jalan, nanti deh, kalau kita sudah sampai
*Ciiittt!*Joe dan yang lainnya, tiba di rumah Angel. Davin memarkirkan mobil SUV itu, di depan garasi mobil Angel. *Jeglek!* “Wah, akhirnya sampai juga, huaaahhh …,” kata Chelsea, sambil menguap dan membuka pintu mobil. “Kenapa, Sayang? Kamu lelah ya, karena semalaman tidak dapat tidur?” tanya Joe pada Chelsea, yang juga baru saja keluar dari mobil. “Iya nih, Sayang … sehabis bekerja, Aku tidak dapat tidur, karena orang-orang William, langsung membawaku dan juga Fanny, menuju kapal itu,” jawab Chelsea, sedikit manja pada Joe. “Yah sudah, kamu masuk ke dalam, mandi bila perlu, setelah itu langsung tidur, ya …,” kata Joe sambil mengelus rambutnya Chelsea.Chelsea menganggukkan kepala, setelah itu, dia berjalan masuk ke dalam rumah Angel. “Jadi, bagaimana, Vin?” tanya Joe pada Dav
*Ciiittt!*Sebuah mobil Mercedes Benz AMG GLS63 berwarna putih, tiba di Fresh Pond Reservation. Ternyata, itu adalah mobil dari rombongan Camille, teman-teman dan Ayahnya. “Nah, kita sudah tiba di Fresh Pond Reservation. Disini, tempatnya nyaman sekali, Sayang … udaranya segar, pemandangannya juga indah,” kata Tuan Bonanza pada Camille. “Hmm … iya nih, sepertinya tempat ini cocok untuk piknik,” kata Camille. “Ada banyak sekali orang yang berkunjung ke sini ya, Tuan,” kata Hanny pada Tuan Bonanza. “Yah, karena hari ini adalah hari libur, banyak orang yang datang kesini, untuk piknik bersama dengan keluarga mereka, sama seperti kita,” kata Tuan Bonanza. “Lalu, dimana tempat untuk kita, Tuan?” tanya Sherly pada Tuan Bonanza. “Hmm … ah, di bawah pohon sebelah sana sepertinya enak. Tida
*Cekrek!* “Nih …,” kata Michael, menyodorkan ponsel itu kearah Sherly.Lalu, Sherly berjalan menghampiri Michael dan mengambil ponselnya. Kemudian, dia memeriksa hasil foto yang di ambil oleh Michael tadi. “Wih, cantik banget ... eh, tapi …, sepertinya ada yang kurang, deh,” kata Sherly, sambil menatap Michael. “Kurang apa?” tanya Michael. “Hmm … masa’ hanya Aku sendiri. Kita foto bareng, yuk …,” ajak Sherly.Baru saja Michael ingin berbicara, lagi-lagi Sherly langsung memutuskan, kalau Michael menyetujui ajakkannya. Lalu, Sherly langsung menarik tangan Michael, dan berjalan menuju mobil itu. “Hmm … Cam, tolong fotoin, dong, hehe …,” pinta Sherly pada Camille. “Nggak ah! Foto aja sendiri, huh!” jawab Camille, memalingkan wajahnya. 
Belum sempat Angel menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba ponsel Angel berbunyi. Angel menghentikan perkataannya dan bergegas mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku celananya. Angel melihat kearah layar ponselnya, dan ternyata, itu adalah Chelsea. Angel bergegas menjawab panggilan itu. “Halo, Chel ….” “Halo, Ngel … kamu dimana? Kapan kamu pulang?” “Ah, Aku sedang di Fresh Pond Reservation, nih … hmm …, sepertinya, sebentar lagi Aku pulang, Chel,” “Joe sudah membelikan makan siang untuk kita, nih … nanti keburu dingin, loh …,” “Loh, mengapa cepat sekali, Chel?” “Iya, ada sedikit urusan yang harus segera di selesaikan oleh Joe, Ngel. Katanya sih, tentang Hotel kamu,” “Hmm …, yah sudah, Aku sebentar lagi pulang,” 
“Eh, buset! De … de … delapan ratus milyar dollar, Ngel?” tanya Chelsea, dengan wajahnya tampak pucat. “Yah, begitu lah, Chel … tidak mungkin, uang sebanyak ini di habiskan untuk modal nikah. Seandainya pun digunakan untuk itu … mungkin, Aku bisa menyewa satu kota ini bahkan lebih …,” jawab Angel dengan santai. “Wah, nggak kebayang sih, betapa mewahnya pesta pernikahanmu nanti, Ngel …,” kata Chelsea, menggelengkan kepalanya. “Masih bulan ini, uangku sudah sebanyak ini. Kalau menunggu dua tahun lagi?” tanya Angel pada Chelsea. “Ckckck …, Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau semua uang itu, di jadikan tunai, Ngel …,” jawab Chelsea, masih menggelengkan kepalanya. “Hahaha … wah, mau di letakkan dimana entar, uang sebanyak itu, Chel?” tanya Angel pada Chelse
“Eh, itu Nyonya Karin, ya? Eh, iya, ‘kan?” tanya Angel pada dirinya sendiri, sambil melihat kearah dua orang yang ada di seberang jalan, di dekat sebuah taksi yang juga sedang berhenti disana.Angel langsung menaikkan kecepatan mobilnya, dan langsung menghampiri orang itu. *Ciiittt!* “Eh?!”Nyonya Karin dan Rachel, yang tadinya ingin masuk ke dalam taksi, Spontak menoleh kearah mobil yang baru saja tiba, tepat di belakang taksi itu. “Hmm … maaf, Nona, saya ingin bertanya, apakah benar, ini rumah sakit?” tanya seorang Pria paruh baya, yang baru saja keluar dari mobil yang berhenti tepat di belakang taksi itu. “Benar, Tuan, ini adalah rumah sakit,” jawab Nyonya Karin. “Ah, terima kasih, Nona …,” kata Pria itu, sedikit membungkukkan badannya pada Nyonya Karin.Setelah itu, Pria paruh baya itu b
*Ciiittt!*Angel tiba di sebuah tempat yang masih kosong. Terlihat, ada sebuah fondasi awal yang telah dibangun oleh para pekerja yang ada disana. Angel keluar dari mobil, lalu berjalan menuju para pekerja yang sedang bekerja. “Hmm … permisi, Pak …,” kata Angel, menyapa salah seorang Pria paruh baya, yang tengah memantau para pekerja lainnya. “Iya, Nona … ada apa, ya?” tanya Pria itu. “Saya ingin menemui pemimpim anda, Pak … kira-kira, beliau ada dimana, ya?” tanya balik Angel. “Ah, beliau ada di seberang sana, Nona … itu ada dua orang Pria yang sedang berbicara di dekat mobil itu. Nah, itu pemimpim saya, bersama dengan Tuan Joe, kalau anda mengenalnya,” jawab Pria itu, sambil menunjuk kearah seberang. “Oh, baik … terima kasih ya, Pak.”Angel berjalan menuju dua orang Pria itu.