“Eh, itu Nyonya Karin, ya? Eh, iya, ‘kan?” tanya Angel pada dirinya sendiri, sambil melihat kearah dua orang yang ada di seberang jalan, di dekat sebuah taksi yang juga sedang berhenti disana.
Angel langsung menaikkan kecepatan mobilnya, dan langsung menghampiri orang itu.
*Ciiittt!*
“Eh?!”Nyonya Karin dan Rachel, yang tadinya ingin masuk ke dalam taksi, Spontak menoleh kearah mobil yang baru saja tiba, tepat di belakang taksi itu.
“Hmm … maaf, Nona, saya ingin bertanya, apakah benar, ini rumah sakit?” tanya seorang Pria paruh baya, yang baru saja keluar dari mobil yang berhenti tepat di belakang taksi itu.
“Benar, Tuan, ini adalah rumah sakit,” jawab Nyonya Karin. “Ah, terima kasih, Nona …,” kata Pria itu, sedikit membungkukkan badannya pada Nyonya Karin.Setelah itu, Pria paruh baya itu b
*Ciiittt!*Angel tiba di sebuah tempat yang masih kosong. Terlihat, ada sebuah fondasi awal yang telah dibangun oleh para pekerja yang ada disana. Angel keluar dari mobil, lalu berjalan menuju para pekerja yang sedang bekerja. “Hmm … permisi, Pak …,” kata Angel, menyapa salah seorang Pria paruh baya, yang tengah memantau para pekerja lainnya. “Iya, Nona … ada apa, ya?” tanya Pria itu. “Saya ingin menemui pemimpim anda, Pak … kira-kira, beliau ada dimana, ya?” tanya balik Angel. “Ah, beliau ada di seberang sana, Nona … itu ada dua orang Pria yang sedang berbicara di dekat mobil itu. Nah, itu pemimpim saya, bersama dengan Tuan Joe, kalau anda mengenalnya,” jawab Pria itu, sambil menunjuk kearah seberang. “Oh, baik … terima kasih ya, Pak.”Angel berjalan menuju dua orang Pria itu.
Sepulang dari Fresh Pond Reservation dan sempat mampir ke sebuah cafe, Camille, Sherly, Hanny dan Tuan Bonanza, sedang dalam perjalanan menuju kampus Camille dan teman-temannya, mengantarkan mereka pulang. “Cam, kamu tahu tidak …,” “Nggak tahu!” sentak Camille, memotong perkataan Sherly. “Hmm … kamu masih marah padaku, ya …,” kata Sherly, tampak murung.Camille tidak menjawab perkataan Sherly. Dia memalingkan pandangannya kearah luar mobil, dan sedikitpun tak menoleh kearah Sherly. Sherly mencoba sedikit mendekati Camille yang tengah duduk disebelahnya, “Iya, deh … Aku minta maaf …, eh, kamu tahu, mobil mewah yang ada disana saat itu? Angel ‘kan, tiba-tiba muncul, tuh … nah, ternyata, mobil itu bukanlah milik seorang Pria bernama Michael itu, Cam. Mobil itu, ternyata miliknya Angel, loh!” kata Sherly, penuh
Jam tujuh malam, Joe sedang asik berbicara dengan Chelsea lewat aplikasi sosial media online, sambil tiduran di kamar rumahnya. Lalu, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. “Eh, Tuan Michael? Ada apa ya, dia menghubungiku malam-malam begini?” tanya Joe, sambil menatap layar ponselnya.Karena penasaran, Joe langsung menjawab panggilan dari Michael. “Halo, Tuan,” “Halo, Tuan Joe … maaf kalau saya menelfon anda malam-malam begini,” “Ah, tidak masalah kok, Tuan … memangnya, ada keperluan apa, Tuan?” “Hmm … saya ingin bertanya pada anda, dimanakah saya bisa mendapatkan pakaian bagus, seperti stelan Jas hitam, putih, sepatu, jam tangan, dan lain-lain. Saya sempat punya sih, tapi itu semua tertinggal di Apartemen lama saya, hahaha …,” “Ah, jadi anda ingin berbelanja ya, Tuan?”
“Ah, sekali lagi saya minta maaf, Tuan … sepertinya, itu sangat mustahil untuk dilakukan. Saya sudah cukup lama mengenal Mall dan pemiliknya, tetapi tidak ada seorangpun yang berhasil menjabat tangan si pemilik Mall, sebagai rekan bisnis dalam menjalankan Mall ini, Tuan. Ada sekitar puluhan bahkan ratusan orang kaya di kota ini, berlomba-lomba untuk menjadi investor di Mall ini. Namun, si pemilik Mall itu menegaskan kepada Manager Mall, untuk tidak menerima investor manapun. Tidak peduli siapa itu dan dari mana asalnya. Bahkan, jika anda ingin mengambil tempat untuk berjualan di Mall ini, anda harus memiliki kerabat atau minimal, memiliki kenalan yang dekat dengan si pemilik Mall itu. Baru lah anda bisa mendapatkannya, Tuan,” jawab Joe. “Wah, sebegitu tertutupnya beliau, ya, Tuan … saya sudah bisa membayangkan, betapa tegasnya beliau, sampai seluruh investor ditolak mentah-mentah olehnya,” kata Michael, menggelengkan kepalanya.
“Apa! Serius, kamu? Harga untuk jas seperti ini, hampir menyentuh satu juta dollar?” tanya Joe tercengan mendengar perkataan dari Pria itu. “Hahaha … benar, Tuan … gila bukan?” tanya Pria itu, tertawa melihat ekspresi wajah Joe. “Wah, bukan hanya gila, itu lebih dari gila, sih …,” jawab Joe, sambil menggelengkan kepalanya. “Saya ambil!”Tanpa berpikir panjang, Michael langsung memutuskan untuk membeli jas itu. Seketika, Joe berdiri mematung sambil menoleh kearah Michael dengan mulutnya yang terbuka lebar. Saking terkejutnya, Joe sampai tidak bisa berkata-kata. “Wah, pilihan yang bagus, Tuan … baik, saya akan mengemasnya sebentar ya, Tuan. Anda bisa menunggu disini, sambil menenangkan Tuan Joe, yang terlihat sangat histeris itu, hahaha …,” kata Pria itu, tertawa sambil menujuk kearah Joe.Michael meng
“Ah, tidak perlu yang mahal, Tuan … saya tidak begitu tertarik dengan jam tangan. Saya membelinya, hanya untuk melengkapi setelan saya, ketika saya memakai jas saja. Sebenarnya, saya tidak begitu terbiasa memakai jam tangan, hahaha …,” potong Michael. “Loh, jadi? Ah, atau anda ingin memilih jam-jam tangan yang ada di steling ini, Tuan?” tanya Joe, merasa bingung dengan Michael. “Hmm ….”Michael melihat-lihat kearah steling jam itu, sambil mengelus-elus dagu nya. Dia melihat jam-jam tangan itu satu persatu, sambil sedikit membayangkan, ketika dirinya memakai setelan jas sambil memakai jam tangan. Lalu, setelah beberapa menit kemudian, “Maaf, jam-jam tangannya, hanya ini?” tanya Michael pada penjual jam tangan itu. “Ah, masih banyak lagi di belakang, Tuan. Coba anda sebutkan, jenis jam tangan apa yang anda inginkan, Tuan,”
“Cam, besok kita masuk kuliah, ‘kan?” tanya Hanny, sambil menyuapkan makanan ke mulutnya. “Ya-iya lah, besok senin ‘kan, ya? Duh, mana aku belum menyelesaikan tugas, lagi! Si pembantu kampus itu sudah tidak menjadi seorang pembantu lagi. Kalau tidak ‘kan, hanya membayar lima dollar saja, aku bisa pergi shopping, jalan-jalan, eh tahu-tahu tugas sudah selesai. Hadeh … sekarang jadi ribet,” jawab Camille jengkel. “Sudah, tenang saja, Cam … tugasnya gampang, kok. Nanti kita kerjain sama-sama,” kata Sherly.Camille menganggukkan kepalanya sambil menikmati makan malamnya. Lalu, tanpa sengaja Camille menoleh kearah pintu masuk restoran dan seketika pandangannya terhenti. “Eh-eh, lihat tuh … itu pacar kamu bukan?” Camille menepuk pelan bahu Sherly, lalu menunjuk kearah pintu masuk. “Hah? Pacar apaan ….”
“Ah, persetan dengannya! Peduli apa memangnya? Mau dia miskin, mau kaya, bodo’ amat!” potong Sherly. “Eh, kalau ternyata dia kaya, bagaimana?” tanya Camille. “Hmm … ah, nggak mungkin! Kamu tidak melihat dari cara berpakaiannya tadi? Coba kamu bandingkan dengan Joe … beda jauh ….” Sherly membantah pertanyaan Camille. “Eh, tapi ….” “Sudah lah, Cam … untuk apa kamu memikirkan dia. Lebih baik, kita bergegas kembali ke asrama dan langsung mengerjakan tugas kuliah kita. Tidak ada gunanya kamu memikirkan dia. Sudah lah, ayo pulang.” Sherly berjalan meninggalkan Camille dan Hanny. “Eh, tungguin, Sher …,” teriak Camille.Camille langsung mengejar Sherly, diikuti oleh Hanny dari belakang yang masih terlihat bingung dengan pembahasan kedua temannya itu. Lalu, mereka berti
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri