Home / Romansa / Pemulung Konglomerat 2 / 109: Apaan sih dia itu!

Share

109: Apaan sih dia itu!

Author: A_W
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Cam, besok kita masuk kuliah, ‘kan?” tanya Hanny, sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.

   “Ya-iya lah, besok senin ‘kan, ya? Duh, mana aku belum menyelesaikan tugas, lagi! Si pembantu kampus itu sudah tidak menjadi seorang pembantu lagi. Kalau tidak ‘kan, hanya membayar lima dollar saja, aku bisa pergi shopping, jalan-jalan, eh tahu-tahu tugas sudah selesai. Hadeh … sekarang jadi ribet,” jawab Camille jengkel.

   “Sudah, tenang saja, Cam … tugasnya gampang, kok. Nanti kita kerjain sama-sama,” kata Sherly.

Camille menganggukkan kepalanya sambil menikmati makan malamnya. Lalu, tanpa sengaja Camille menoleh kearah pintu masuk restoran dan seketika pandangannya terhenti.

   “Eh-eh, lihat tuh … itu pacar kamu bukan?” Camille menepuk pelan bahu Sherly, lalu menunjuk kearah pintu masuk.

   “Hah? Pacar apaan ….”<
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pemulung Konglomerat 2   110: Maaf ya, saya buru-buru ...

    “Ah, persetan dengannya! Peduli apa memangnya? Mau dia miskin, mau kaya, bodo’ amat!” potong Sherly. “Eh, kalau ternyata dia kaya, bagaimana?” tanya Camille. “Hmm … ah, nggak mungkin! Kamu tidak melihat dari cara berpakaiannya tadi? Coba kamu bandingkan dengan Joe … beda jauh ….” Sherly membantah pertanyaan Camille. “Eh, tapi ….” “Sudah lah, Cam … untuk apa kamu memikirkan dia. Lebih baik, kita bergegas kembali ke asrama dan langsung mengerjakan tugas kuliah kita. Tidak ada gunanya kamu memikirkan dia. Sudah lah, ayo pulang.” Sherly berjalan meninggalkan Camille dan Hanny. “Eh, tungguin, Sher …,” teriak Camille.Camille langsung mengejar Sherly, diikuti oleh Hanny dari belakang yang masih terlihat bingung dengan pembahasan kedua temannya itu. Lalu, mereka berti

  • Pemulung Konglomerat 2   111: Dasar wanita gila harta!

    Mereka hanya terpelongo, saling bertukar pandang melihat itu. Sherly yang paling terpukul melihat Michale mengendarai mobil mewah sendirian, yang sudah bisa dipastikan kalau mobil itu adalah miliknya. “Tuh ‘kan bener! Apa aku bilang, dia itu kaya! Ah, bagaimana sih kamu, Sher …,” kesal Camille. “Ya …, yah aku benar-benar nggak tahu, Cam … secara ‘kan, masalah kapal pesiar itu, dia sendiri yang mengatakannya dan secara logikanya, otomatis dia itu bukan lah pria yang kaya. Kamu juga sempat berpendapat sama sepertiku ‘kan, Cam?” kata Sherly, dengan penuh penyesalan di sela-sela perkataannya. “Nggak, aku tidak pernah berpendapat kalau dia itu bukanlah pria kaya. Saat kamu mengatakan kalau mobil mewah yang ternyata itu mobilnya Angel, aku juga tidak berpikiran kalau dia berbohong. Ingat, Sher … penampilan tidak menjamin kalau seseorang itu kaya atau tidak.

  • Pemulung Konglomerat 2   112: Nggak perlu dibahas lagi, Chel …

    Sherly tergeletak sambil terus menangis tersedu-sedu. Namun, dia tidak berputus asa. Dengan merasakan nyeri di tubuhnya karena terhempas tadi, Sherly perlahan mencoba untuk mengangkat tubuhnya. Lalu, dia langsung berlari sekencang-kencangnya dan langsung memeluk Michael sekuat tanaga. *Buk!*Dorongan lumayan kuat dari Sherly, membuat punggung Michael membentur ke tiang lampu yang ada di belakangnya. Rasa sakit yang disebabkan oleh Sherly, membuat Michael semakin bertambah marah. “Michael … maafkan aku, Michael …,” “Aaarrrggghhh! Tidak! Wanita seperti kamu, tidak pantas mendapat maaf dariku!” bentak Michael, mendorong Sherly dengan kuat, hingga membuatnya langsung jatuh terduduk. Lalu, *Kring-kring … kring-kring … kring-kring …*Tiba-tiba saja, terdengar suara bel sepeda dari arah belakang Michael. Dia pun menoleh kearah belakang,

  • Pemulung Konglomerat 2   113: Eh, ternyata kalian …

    Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dosen mereka memasukkan laptop miliknya ke dalam tas. Lalu, mengatakan kalau jam pelajaran telah usai. Dosen itu pun menyandang tas miliknya, dan berjalan keluar meninggalkan kelas. “Huaaahhh … akhirnya selesai juga,” kata Angel sambil meregangkan tubuhnya. “Kenapa, Ngel? Kamu bosan, ya?” tanya Chelsea, menoleh kearah Angel. “Bosan sih nggak, Chel … aku hanya mengantuk. Tidurku tidak cukup tadi malam,” jawab Angel sambil mengemas buku miliknya dan memasukkannya ke dalam tas.Chelsea hanya menganggukkan kepalanya sambil memasukkan buku miliknya ke dalam tas. Tiba-tiba, Sherly bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menghampiri Angel. “Bagaimana, Ngel? Hangout bareng kita, yuk?” ajak Sherly, tersenyum pada Angel.Angel terkejut melihat kedatangan Sherly, yang tiba-tiba mengajaknya pergi. Chelsea

  • Pemulung Konglomerat 2   114: Kamu sakit?

    “Eh? Kalian kenapa? Kok, aneh begitu?” “Hah? Ah, tidak apa-apa kok, Michael, hehe …,” jawab Camille, dengan jantungnya yang sudah berdegup kencang, takut melihat Michael. “Hah? Hei … kenapa kalian terus berjalan mundur begitu? Sini dulu lah …,” kata Michael, berjalan mendekati Camille dan teman-temannya.Namun, bukannya berhenti dan menghampiri Michael, Camille dan kedua temannya terus berjalan mundur. Lalu, “Hei … kalian ini kenapa, sih? Camille ….”Michael mempercepat jalannya dan menangkap tangan kanan Camille. Lalu, “Huwaaaaaa!!!”Camille berhenti dan berteriak histeris. Sontak, Sherly langsung memukul tangannya Michael dan setelah tangan Camille terlepas dari genggamannya Michael, Sherly langsung menarik tangannya Camille dan langsung berlari meninggalkan Michael. Hanny masih terdiam, me

  • Pemulung Konglomerat 2   115: Ayah! Ini serius?

    *Ciittt!* *Jeglek!*Michael tiba di rumahnya, sekitar pukul dua belas siang. Baru saja dia sampai di halaman rumah, matanya langsung terfokus pada satu unit Limousine sepanjang seratus kaki, dilengkapi dengan tiga belas ban di kanan dan kiri Limousine itu. Michael keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Limousine itu. “Gila! Limousine macam apa ini? Panjang banget, hahaha … di bandingkan dengan mobilku, bahkan ini tidak sampai setengahnya. Hmm … keren juga,” kata Michael sambil mengelus-elus dagunya.Setelah selesai mengagumi mobil Limousine itu, Michael langsung bergegas masuk ke dalam rumahnya. Baru saja Michael tiba di dalam, dia sudah disambut oleh Asisten pribadinya, Mark, yang sudah menunggunya disana. “Mark, sedang apa kamu berdiri disini?” tanya Michael pada Mark. “Ah, saya diminta oleh Tuan John, untuk menunggu anda disini. Ada tamu speci

  • Pemulung Konglomerat 2   116: Sudah? Oh, sudah … yah sudah

    “Ayah, apa-apaan, sih! Bukannya bertanya padaku terlebih dahulu, eh tiba-tiba langsung main jodoh-jodohkan saja!” kesal Fannia, membuka pintu rumah Michael dan bergegas berjalan keluar menuju mobilnya.Pada saat Fannia baru saja tiba di dekat mobilnya, “Hai ….”Michael berdiri di depan pintu, menyapa Fannia sambil melemparkan senyum kearahnya. Sontak, langkah Fannia seketika berhenti. Kepalanya langsung memutar, memandang sinis kearah Michael. “Mau apa, kamu!” bentak Fannia, dengan posisi tangan memegang tuas pintu mobilnya. “Ah, tidak ada … Ayahmu meminta saya untuk menyusul kamu keluar,” kata Michael, menyandarkan tubuhnya pada sebuah pilar di dekat pintu masuk rumah. “Untuk apa? Menjodohkanku denganmu?” tanya Fannia. “Hmm … entah lah, coba tanya sendiri saja deh,” jawab Michael,

  • Pemulung Konglomerat 2   117: Iya, Brian …

    Michael menatap kebingungan kearah Fannia, sambil menggaruk kepalanya. ‘Ih, apaan sih! Aneh banget …,’ batin Michael, menatap sambil mengerutkan keningnya kearah Fanni, yang sedang berjalan menuju gerbang rumahnya. “Woy! Ini kunci mobilnya!” teriak Michael, sambil menggoyang-goyangkan kunci mobil Fannia kearahnya. “Hah?”Sontak, langkah kaki Fannia terhenti lagi. Lalu, dia menoleh kearah Michael. Kemudian, dia berjalan kembali kearah Michael, dan mengambil kunci mobilnya dari tangan Michael. *Jeglek!* *Brem-brem …*Fannia masuk ke dalam mobilnya, dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Namun anehnya, Fannia tidak memasukkan persneling dan menginjak pedal gas mobilnya. Melainkan hanya terdiam, sambil memegang stir mobilnya. Melihat itu, Michael perlahan berjalan menghampiri Fannia, dan, “Woy! Jangan

Latest chapter

  • Pemulung Konglomerat 2   296: Apa kamu nggak takut?

    Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h

  • Pemulung Konglomerat 2   295: Diem! Lanjut, Ngel …

    Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p

  • Pemulung Konglomerat 2   294: Malah tiduran di lantai …

    Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A

  • Pemulung Konglomerat 2   293: Apakah kamu tidak ingat?

    “Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa

  • Pemulung Konglomerat 2   292: Serius!? Dia tahu semuanya?

    Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent

  • Pemulung Konglomerat 2   291: Kenalan Nenek kamu, atau …

    Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga

  • Pemulung Konglomerat 2   290: Supaya posisinya tepat …

    “Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo

  • Pemulung Konglomerat 2   289: Iya janji, hehe …

    Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.

  • Pemulung Konglomerat 2   288: Alan? Siapa Alan?

    “Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri

DMCA.com Protection Status