*Ciittt!*
*Jeglek!*Michael tiba di rumahnya, sekitar pukul dua belas siang. Baru saja dia sampai di halaman rumah, matanya langsung terfokus pada satu unit Limousine sepanjang seratus kaki, dilengkapi dengan tiga belas ban di kanan dan kiri Limousine itu. Michael keluar dari mobil dan berjalan menghampiri Limousine itu.
“Gila! Limousine macam apa ini? Panjang banget, hahaha … di bandingkan dengan mobilku, bahkan ini tidak sampai setengahnya. Hmm … keren juga,” kata Michael sambil mengelus-elus dagunya.
Setelah selesai mengagumi mobil Limousine itu, Michael langsung bergegas masuk ke dalam rumahnya. Baru saja Michael tiba di dalam, dia sudah disambut oleh Asisten pribadinya, Mark, yang sudah menunggunya disana.
“Mark, sedang apa kamu berdiri disini?” tanya Michael pada Mark.
“Ah, saya diminta oleh Tuan John, untuk menunggu anda disini. Ada tamu speci“Ayah, apa-apaan, sih! Bukannya bertanya padaku terlebih dahulu, eh tiba-tiba langsung main jodoh-jodohkan saja!” kesal Fannia, membuka pintu rumah Michael dan bergegas berjalan keluar menuju mobilnya.Pada saat Fannia baru saja tiba di dekat mobilnya, “Hai ….”Michael berdiri di depan pintu, menyapa Fannia sambil melemparkan senyum kearahnya. Sontak, langkah Fannia seketika berhenti. Kepalanya langsung memutar, memandang sinis kearah Michael. “Mau apa, kamu!” bentak Fannia, dengan posisi tangan memegang tuas pintu mobilnya. “Ah, tidak ada … Ayahmu meminta saya untuk menyusul kamu keluar,” kata Michael, menyandarkan tubuhnya pada sebuah pilar di dekat pintu masuk rumah. “Untuk apa? Menjodohkanku denganmu?” tanya Fannia. “Hmm … entah lah, coba tanya sendiri saja deh,” jawab Michael,
Michael menatap kebingungan kearah Fannia, sambil menggaruk kepalanya. ‘Ih, apaan sih! Aneh banget …,’ batin Michael, menatap sambil mengerutkan keningnya kearah Fanni, yang sedang berjalan menuju gerbang rumahnya. “Woy! Ini kunci mobilnya!” teriak Michael, sambil menggoyang-goyangkan kunci mobil Fannia kearahnya. “Hah?”Sontak, langkah kaki Fannia terhenti lagi. Lalu, dia menoleh kearah Michael. Kemudian, dia berjalan kembali kearah Michael, dan mengambil kunci mobilnya dari tangan Michael. *Jeglek!* *Brem-brem …*Fannia masuk ke dalam mobilnya, dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Namun anehnya, Fannia tidak memasukkan persneling dan menginjak pedal gas mobilnya. Melainkan hanya terdiam, sambil memegang stir mobilnya. Melihat itu, Michael perlahan berjalan menghampiri Fannia, dan, “Woy! Jangan
*Brem-brem … bremmmm …*Pengemudi HV F5 itu, menginjak pedal kopling mobil, sambil menginjak-injak pedal gasnya di sambil mobil Fannia. “Eh!”Fannia seketika panik, melihat mobil itu yang tadinya berada jauh dibelakang, dengan jalannya yang terhalang oleh mobil-mobil lain, tiba-tiba sudah berada di samping mobilnya. Sontak, Fannia langsung menambah kecepatan mobilnya, dan melesat pergi meninglakna mobil itu. Awalnya, mobil Fannia melaju jauh di depan mobil HV F5 itu. Namun, beberapa menit saja, Fannia kembali melihat kearah kaca spion mobilnya, dan mobil HV F5 itu sudah berada tepat di belakang mobilnya. “Sial! Lampu lalu lintasnya pake merah segala, lagi … huh!”Fannia melihat kearah depan, banyak mobil yang sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas berubah hijau. Sontak, Fannia langsung membanting stir mobilnya kearah kiri. Melihat kalau jalur lurusan itu sepi dan hanya ada d
*Brem-brem …* *Brem-brem …*Mobil Fannia dan Oscar, sudah berada di garis Start. Suara knalpot dari masing-masing mobil mereka bersahut-sahutan, menunggu ‘si Wanita pemegang bendera’, masuk ke lintasan balap. Tampak dari sisi sebelah kanan, Wanita itu berjalan melenggang, masuk ke jalur lintasan sambil membawa dua buah bendera di masing-masing tangannya. Kemudian, wanita itu menghadap kearah mobil Fannia dan Oscar, mengangkat kedua bendera itu, lalu semua orang yang berada disana, menghitung mundur dari, “Tiga … dua … satu!” *Breeeemmmm …*Bendera di jatuhkan, tanda balapan telah dimulai. Fannia dan Oscar, menginjak pedal gas mobil mereka, dan melesat pergi meninggalkan garis Start.Fannia memimpin dengan jarak setengah meter di depan mobil Oscar. Namun, sekian menit saja, posisi berganti dengan mobil Oscar melewati mobil Fannia. Kemudian, mobil Fa
“Hufffttt … yah sudah, aku pulang dulu, ya. Cukup melelahkan balapan denganmu tadi. Yahhh, meskipun tadi, aku masih bisa menang darimu, sih …,” kata Fannia. “Hahaha … eh, sudah jelas-jelas kamu tertinggal jauh di belakang,” ejek Oscar. “Iya, aku sengaja mengalah darimu. Lagian, rencana awalnya ‘kan memang seperti itu? Oh iya, kamu terlalu keras menghantam mobilku tadi. Beruntung aku masih bisa mengendalikan stir mobilku,” kata Fannia, menepuk lembut bahu Oscar. “Eh, iya kah? Wah, maaf sekali, Fannia, aku tidak tahu tentang itu. Mungkin karena laju mobilku, stir mobilnya menjadi sedikit sulit untuk di kendalikan. Tadi, mobilku sudah goyang-goyang juga, saat menghantam ke mobilmu, dan juga, Body mobilku menjadi lecet. Hadeh … beruntung, aku punya bengkel mobil sendiri,” kata Oscar. “Hahaha … maaf, ya, sudah merepotkanm
Sesampainya di perjalanan, Angel yang tadinya tengah duduk di sebelah Jordi sambil bermain ponsel, menoleh kearah Jordi dan membuka percakapan. “Jor, setahu kamu, bengkel yang bagus di kota ini, dimana?” tanya Angel. “Hmm … kemarin, saya memperbaiki kaca mobil Limousine anda, Nona, di bengkel bernama Heffner Performance. Bengkelnya sih, lumayan jauh, Nona … sekitar dua puluh satu jam, dari kampus anda,” jawab Jordi, sesekali menoleh kearah Angel sambil mengemudi. “Dua puluh satu jam? Wah, jauh juga, ya. Kalau tidak di perbaiki, sayang banget …,” kata Angel. “Hmm … kalau anda izinkan, saya bisa membawa mobil anda kesana, Nona. Setelah mengantar anda, saya bisa langsung berangkat. Bagaimana, Nona?” tanya Jordi. “Duh, saya tidak enak kalau harus menyuruh kamu pergi kesana, Jor. Jauh banget loh itu,” jawab A
“Dok! Dokter! Dokter!” teriak Cassey, masuk ke dalam ruang UGD. “Eh! Ada apa ini?” tanya Bu Dokter, terkejut dan langsung bangkit dari tempat duduknya. “Dok! Tolong teman saya, Dok!” teriak Cassey, tanpa menjawab pertanyaan dari Dokter itu. “Eh, Angel? Apa yang terjadi pada …,” “Hidungnya mengeluarkan banyak darah, dan dia juga tidak sadarkan diri. Dok, ayo buruan!” potong Cassey. “Eh, i-iya, baringkan dia di atas tempat tidur.”Cassey langsung bergegas membawa Angel menuju ke tempat tidur yang ada di ruangan itu, dan langsung membaringkannya. Lalu, Dokter itu langsung meletakkan bantal di antara kepala dan punggung. Jadi, kepala bagian atas Angel, menyentuh kasur tempat tidur itu. Posisi kepala Angel, di dongakkan sedikit keatas, agar darah yang tadinya mengalir keluar, kini masuk ke dalam. Dokter itu meng
“Hmm? Aku dima … aww! Duh, keningku kenapa, ya?”Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, Angel tiba-tiba terbangun. Dia mencoba mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur, namun tiba-tiba keningnya terasa nyeri. Dia mengelus pelan keningnya, mencoba merasakan apa yang membuat keningnya terasa sakit. “Eh, ini ‘kan ruangan UGD yang waktu itu? Mengapa aku bisa berada disini lagi? Hmm …,” bisik Angel, melihat sekeliling sambil terus meraba keningnya.Angel menuruni kedua kakinya ke lantai, lalu berjalan dengan sedikit berpegangan benda-benda yang ada di sekitarnya. Sampai di sebuah ruangan, dia melihat Chelsea, Cassey dan Fanny, tengah berbicara dengan Dokter yang pernah merawatnya tempo hari. “Chel? Cass? Fan? Kalian sedang apa disini?” tanya Angel menyapa teman-temannya. “Eh, Angel! Kamu sudah bangun? Duh, kamu harusnya tetap berada di tempat tidur saja
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri