Share

Pemuas Hasrat Tuan Atasan
Pemuas Hasrat Tuan Atasan
Penulis: Na_Vya

Satu

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-20 18:35:39

"Tuan, tolong saya. Saya mohon …"

Saat ini di sebuah kamar hotel seorang perempuan berpenampilan acak-acakan sedang merengek pada seorang pria berparas datar dan dingin.

Bukan tanpa alasan perempuan itu merengek meminta pertolongan pada pria yang dikenalnya. Terlebih, setiap hari dia bertemu pria dingin tersebut.

Seandainya dia tak lagi sedang dalam keadaan terdesak. Mana mungkin dia berani meminta hal yang sangat-sangat mustahil dan terkesan murahan.

"Shanum, apa kamu yakin?" Pria beralis tebal dan bermanik hitam itu mencoba meyakinkan sekali lagi. "Saya tidak ingin kamu menyesalinya setelah ini," tegasnya.

Perempuan bernama Shanum itu mengangguk cepat. "Saya yakin, Tuan. Yakin seribu persen. Dari pada saya harus menderita semalaman gara-gara obat sialan itu, lebih baik saya … saya minta bantuan sama Tuan Ozkhan."

Keputusan berat yang harus diambil Shanum, setelah dirinya dijebak oleh suaminya sendiri. Sial! Hidupnya benar-benar sial setelah menikah dengan Orhan—suaminya yang tak tahu diri dan tukang bohong.

"Ini semua gara-gara suami saya. Dia menjual saya, Tuan. Dia bohongi saya. Dia menjadikan saya sebagai penebus utang." Shanum memberikan penjelasan kepada Ozkhan—pria yang merupakan atasannya sendiri.

Ya, entah nasib apa yang digariskan oleh Tuhan pada kehidupan Shanum. Sampai-sampai dia berada di situasi sekarang ini.

Bertemu secara tidak sengaja di sebuah hotel ternama saat dia hendak melarikan diri dari pria 'berengsek' yang mengaku sudah membelinya. Shanum baru sadar jika suaminya lebih dulu mencekoki dirinya dengan obat perangsang.

Ozkhan berdecak keras, melihat sekretarisnya menceritakan kemalangannya. Tangannya secara sadar terulur, menyentuh sudut bibir Shanum yang berdarah. Miris sekali nasib perempuan di hadapannya ini, pikirnya.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya Ozkhan, dengan raut datar. Namun, sorot matanya memancarkan kemarahan serta ketidaksukaan.

Shanum mengerjap, hingga cairan bening tak dapat dibendung lagi. Air matanya meleleh seiring isakannya. "Pria itu, Tuan. Dia yang melakukannya," ucap Shanum, sambil menahan rasa sesak yang teramat di dada.

Rahang Ozkhan seketika mengetat. Tatapan datar dan dingin itu berubah menjadi tatapan iba. "Ini juga?" Dia melirik lengan Shanum yang lebam, seperti habis terbentur sesuatu yang keras.

Shanum hanya mengangguk. Maniknya terpejam sesaat, lalu terangkat untuk sekadar menatap Ozkhan. "Tuan …"

Ozkhan menghela napas panjang. Membalas tatapan Shanum yang terlihat mengiba. "Suamimu ke mana?"

Shanum menggeleng, lalu berdiri. Obat perangsang semakin mempengaruhi akal sehatnya. Dengan tak tahu malu, Shanum mengalungkan kedua lengannya di leher Ozkhan. "Tuan … Tubuh saya rasanya sangat panas. Saya sudah tidak bisa menahannya lagi."

"Shanum …" Ozkhan memalingkan wajah ketika Shanum hendak menciumnya. Dia juga menahan pinggang perempuan itu agar tak terlalu dekat dengannya.

"Please, Tuan. Saya mohon …. Saya benar-benar tidak bisa menahannya." Anggaplah kali ini Shanum benar-benar sudah gila. Bagaimana tidak? Jelas-jelas yang dia mintai tolong adalah atasannya yang sudah beristri.

'Aku tidak peduli. Untuk saat ini hanya itu cara yang bisa menangani efek obat sialan ini. Soal ke depannya, kita lihat saja nanti.' Batin Shanum berperang dengan logikanya.

Ozkhan sendiri tak bisa berpikir apa pun untuk saat ini. Di satu sisi dia sudah mengenal Shanum dengan baik, dan di sisi lain Ozkhan tak bisa mengelak jika sang sekretaris memang memiliki daya tarik tersendiri di matanya sebagai laki-laki.

"Saya gerah!" Shanum tiba-tiba menurunkan resleting dress-nya, hingga kain itu luruh ke bawah kakinya. Yang tersisa hanya underwear warna merah yang menutupi kedua aset berisi nan sintal, dan inti tubuhnya.

Melihat tingkah Shanum yang ekstrem, Ozkhan tentu terperanjat. Bola matanya membulat sempurna, ketika pemandangan indah terpampang nyata di hadapan.

Ozkhan mendesah frustrasi. Dia sadar jika saat ini Shanum tidak sadar dengan apa yang diperbuatnya. Pengaruh obat perangsang memang sangat berbahaya.

"Shanum, apa yang kamu lakukan?" Suara Ozkhan bahkan terdengar serak dan berat.

"Saya hanya melakukan yang seharusnya, Tuan. Saya benar-benar tersiksa. Jadi, saya minta, Tuan mau membantu saya." Suara Shanum terdengar serak, dan berkali-kali dia menggosok kedua telapak tangan di depan muka. "Tuan …" Tatapannya semakin sayu.

"Ikut saya!" Ozkhan menarik tangan Shanum, membawanya ke kamar mandi, dan berdiri tepat di bawah shower. "Diam di sini."

Shanum kebingungan saat ini karena Ozkhan malah mengguyurnya dengan air dingin. "Tu- Tuan mau apakan saya? Saya tidak minta dimandikan, tapi …"

"Diamlah. Saya sedang berusaha meredakan efek obat itu," kata Ozkhan, menahan lengan Shanum agar tidak pergi, meski dia sendiri hampir basah karena cipratan air.

Shanum tak tahu kalau Ozkhan adalah pria normal yang tentu akan bereaksi jika disajikan pemandangan erotis semacam ini. Namun, meski pun begitu, Ozkhan masih tetap waras untuk tidak menuruti kemauan gila sekretarisnya.

"Dingin, Tuan." Shanum tidak bohong, saat ini dia benar-benar kedinginan. Tubuhnya yang semula panas kini menjadi dingin.

Ozkhan tak menanggapi. Diam-diam dia menikmati keindahan di depan mata. Kulit Shanum yang putih dan lekukan-lekukan yang pas begitu menggoda. Apalagi di bawah kucuran air seperti sekarang, membuat Shanum terlihat seksi.

Satu hal yang baru Ozkhan sadari—ternyata sekretarisnya itu sangat cantik.

'Sial! Singkirkan pikiran kotormu itu, Ozkhan. Dia sudah bersuami dan kamu juga sudah beristri.' Ozkhan membatin kesal, merutuki dirinya yang sudah lancang berpikiran mesum terhadap sekretarisnya sendiri.

Dan untuk itu, Ozkhan pun memilih menjauh. Demi kebaikan Shanum dan juga dirinya sendiri. Ozkhan berdiri bersandar pada dinding, dan mengalihkan pandangan ke tempat lain. Lama-lama dia sendiri yang tidak bisa mengendalikan diri.

"Tuan, berapa lama saya harus seperti ini?" tanya Shanum, yang mulai kedinginan. Bibirnya menggigil, dan sekujur tubuhnya gemetar.

"Satu jam," jawab Ozkhan tanpa mengalihkan tatapan dari pintu kamar mandi yang terbuka. Mati-matian dia menahan hasrat yang tak tahu malu muncul ke permukaan.

"Apa Tuan, satu jam? Bisa-bisa saya mati kedinginan," cicit Shanum. "Kenapa harus pakai cara seperti ini, kalau ada cara yang lebih menguntungkan," gumam Shanum, merasa jika cara tersebut sama sekali tak membantu.

Tentu saja Ozkhan dapat mendengar omongan Shanum, meski samar-samar. Sudut bibir lelaki tinggi itu berkedut, dadanya tak berhenti berdebar sedari tadi. Dia memilih tak menanggapi perkataan konyol Shanum.

Ozkhan berdeham berat, seraya bersedekap, sementara Shanum tertunduk lesu sambil menatap dirinya sendiri. Dari ujung kaki sampai ke dadanya yang berukuran cukup berisi.

Tiba-tiba saja Shanum berceletuk, "Tuan … Setidaknya Anda menatap saya. Apa Anda tidak tergoda dengan saya? Atau memang tubuh saya kalah jauh dengan tubuh istri Anda?"

Ozkhan masih diam, meski dia ingin sekali membalas celetukkan Shanum. Yang dikatakan perempuan itu tidaklah benar.

Andai saja Ozkhan bisa bicara blak-blakan kepada sekretarisnya itu. Namun, Ozkhan harus tetap menjaga imej-nya sebagai atasan, bukan?

'Dia tidak tahu kalau sejak tadi aku mati-matian menahan hasrat ini. Sial!' Ozkhan membatin.

"Tuan … seandainya Anda mau membantu saya. Saya janji akan merahasiakan hal ini. Saya pastikan ini yang pertama dan yang terakhir," ujar Shanum, yang sebenarnya dia sendiri merasa malu berkata demikian. "Saya pastikan, Nyonya Numa tidak akan pernah tahu soal ini."

Shanum menggigit bibir bawahnya, sambil melirik Ozkhan yang tak bergeming sedikit pun dari tempatnya. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.

Sejurus kemudian, ponsel Ozkhan berdering. Dan dengan cepat dia menjawab panggilan telepon dari seseorang yang dia percayai.

"Ya. Bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan buktinya?" tanya Ozkhan yang nampak serius.

'Saya sudah mendapatkan buktinya, Tuan. Saya sudah mengirim beberapa fotonya.'

"Oke. Terima kasih. Kamu boleh pergi dari sana."

Ozkhan mengakhiri pembicaraan, lalu mengecek beberapa foto yang dikirimkan oleh orang kepercayaannya di ponselnya.

Tatapan Ozkhan menajam ketika melihat foto-foto tersebut. Dia hanya menyeringai, lalu menonaktifkan ponselnya.

"Shanum …" panggil Ozkhan, sambil meletakkan ponsel ke pinggir wastafel.

"Ya, Tuan." Shanum melihat Ozkhan melepas jas, dan menatapnya dengan tatapan berbeda.

Ozkhan lantas mendekat pada Shanum dengan seringai penuh arti. "Apa kamu masih membutuhkan bantuan saya?"

Shanum mengerjap lambat ketika tahu-tahu Ozkhan sudah berdiri di hadapan dan merengkuh pinggangnya. "Apa Tuan mau membantu saya?"

Tak ada jawaban dari mulut Ozkhan, karena saat ini lelaki itu sedang diliputi perasaan kesal bukan main. Pikirannya pun sudah tidak bisa dikendalikan. Saat ini yang dia butuhkan hanyalah pelampiasan.

"Maaf Shanum, kalau saya sudah kurang ajar. Tapi, menurut saya, ini tidak ada salahnya. Kita bisa merahasiakan hal ini. Kamu butuh saya, dan saya juga butuh kamu," kata Ozkhan, tanpa sungkan meraba bibir Shanum yang menggoda dengan ibu jari. Dan kali ini tubuhnya sudah benar-benar basah serta menginginkan Shanum.

Shanum mendongak lalu menelan ludah. Dia tak pernah membayangkan jika dia akan berada di posisi sekarang ini. Berada sangat dekat dengan atasannya.

"I-Iya, Tuan. Tidak masalah. Saya—"

"Kalau begitu, kita bisa memulainya."

Ozkhan lantas meraup bibir Shanum, menciumnya tanpa permisi. Perlahan dia mendorong tubuh Shanum agar merapat pada dinding kamar mandi. Awalnya Shanum cukup kewalahan, tetapi perlahan dia bisa mengimbangi permainan lidah sang atasan yang sangat liar.

Dan dari sinilah kisah mereka dimulai!

****

Bersambung....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
NACL
lanjutkan authorkuuuuuu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Dua

    Beberapa jam sebelumnya..."Kamu pakai ini, Sayang. Aku mau malam ini kamu terlihat berbeda."Orhan menyodorkan paper bag warna cokelat bertuliskan nama brand merk baju terkenal, pada sang istri—Shanum.Kening Shanum mengernyit heran, sebab jarang-jarang suaminya itu memberinya sesuatu. Apalagi, barang-barang mahal seperti itu. "Ini apa, Orhan? Apa ini hadiah untukku?" tanyanya sambil menerima pemberian Orhan, lalu mengintipnya. "Gaun?""Ya." Orhan menyeringai, karena Shanum terlihat sangat bahagia menerima pemberiannya. "Anggap saja itu hadiah dariku, karena malam ini adalah hari jadi kita."Bola mata bulat Shanum berbinar seketika, merasa jika sang suami telah berubah. Perempuan itu langsung menghambur—memeluk sang suami. "Terima kasih, Orhan.""Sama-sama, Sayang. Semoga kamu suka dengan hadiahku.""Tentu. Apa pun yang kamu beri, aku pasti menyukainya." Perasaan Shanum tak dapat dijabarkan lagi, saking senangnya dia mendapat hadiah.Pelukan itu cukup singkat, Orhan langsung meminta

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Tiga

    "Kapan dia pergi? Kenapa dia tidak membangunkanku," gumam Ozkhan.Ketika terbangun, Ozkhan tak mendapati Shanum di sampingnya. Perempuan itu pergi tanpa berpamitan sekaligus meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak lelaki tiga puluh delapan tahun itu.Di bawah kucuran air shower, Ozkhan merenung. Sekelebat adegan-adegan panas yang dia lalui bersama dengan sang sekretaris tiba-tiba muncul di ingatan, membuat Ozkhan merasakan sesuatu yang tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.Desahan frustrasi meluncur dari bibir Ozkhan. "Pasti dia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Sial! Harusnya semalam aku bisa mengontrol diri."Kekesalan muncul dalam benak Ozkhan, sebab dia merasa apa yang dilakukannya pada Shanum kemungkinan sudah keterlaluan. Kemarahan akan sesuatu membuat dia kehilangan kendali.Beberapa foto yang dikirimkan orang kepercayaannya menjadi pemicu. Ozkhan sadar, jika seharusnya dia tak melampiaskannya pada Shanum."Semua ini gara-gara wanita itu. Dia pikir, aku tidak pernah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Empat

    Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.'Apa dia juga berniat libur hari ini?'Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk."Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa."Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.Informasi barusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Lima

    Orhan dan Shanum langsung memasuki lift, sementara Emir masih mengikuti keduanya dengan sangat hati-hati. Beruntungnya di dalam lift tak hanya mereka bertiga yang berada dalam ruangan berjalan itu. Sebelumnya, sudah ada empat orang yang ada di dalamnya.Agar tidak ketahuan, Emir berinisiatif memakai masker yang selalu dia bawa ke mana pun saat sedang menjalani misi seperti ini. Tugasnya tak hanya menjadi asisten Ozkhan, tetapi dia merangkap menjadi mata-mata. Maka dari itu, tugas semacam ini bisa dengan mudah dia kerjakan.Dari tempatnya berdiri yang hanya berjarak beberapa jengkal saja dengan Shanum, Emir bisa mengamati gerak-gerik pasangan itu. Dari yang Emir lihat, jika Shanum hanya diam dan memasang raut cemas sekaligus khawatir.Sikap Orhan pun tak lepas dari pantauan Emir. Lelaki berambut ikal itu begitu bengis pada sang istri. Dari caranya memperlakukan Shanum yang tidak sewajarnya membuat Emir menjadi makin penasaran."Jaga sikap kamu, Shanum. Aku tidak mau kamu membuat kesala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Enam

    'Tuan Ozkhan?'Manik Shanum melebar, seakan-akan hendak loncat dari cangkangnya. Kedatangan Ozkhan adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan.Apa aku sedang bermimpi?Kenapa tiba-tiba ada Tuan Ozkhan di sini?Kenapa tiba-tiba dia tertarik menawarkan kesepakatan dengan Orhan?Masih ada banyak pertanyaan yang berjejalan di kepala perempuan dua puluh sembilan tahun itu. Namun, Shanum tidak ingin terlalu larut dalam pikiran-pikiran tidak penting tersebut.Saat ini yang terpenting adalah dia bisa kembali bebas dari pria kejam yang mungkin sedang menunggunya."Anda siapa lagi?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Orhan, sementara maniknya menatap tajam pria menjulang di hadapan. Dan yang paling menarik perhatian, tatapan pria parlente itu tak lepas menatap Shanum.'Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Shanum seperti itu?' Orhan membatin kesal."Bisa kita bicara di tempat lain?" kata Ozkhan."Tidak bisa. Untuk apa saya menuruti perintah Anda? Siapa Anda?" sungut Orhan.Barulah Ozkhan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Tujuh

    "Termasuk menjadi teman tidur Anda, Tuan Ozkhan," lanjut Shanum.Pernyataan Shanum yang menurut Ozkhan sangat berani, membuat lelaki itu cukup tercengang. Maka dari itu dia perlu menjelaskan. "Kamu sudah salah paham, Shanum," ujarnya, lalu mengalihkan pandangan pada hamparan laut di hadapan.Raut Shanum pias, melihat Ozkhan yang begitu santai menanggapinya. "Salah paham bagaimana, Tuan? Saya rasa Anda tidak mungkin membuang-buang uang sangat banyak untuk sekedar menolong saya. Apalagi, Anda juga menyewa saya selama tiga bulan.""Menyewa bukan berarti kamu harus melayani saya, Shanum," bantah Ozkhan, kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celana."Lalu, untuk apa Anda melakukan semua itu?" tuntut Shanum, tetapi dia buru-buru meralat. "Tidak. Maksud saya—""Saya hanya ingin menjauhkanmu dari suamimu itu, Shanum," sergah Ozkhan, memotong kalimat Shanum. "Selama tiga bulan ke depan kamu bisa bebas darinya. Kamu bisa hidup tenang tanpa tekanan dari dia.""Tuan …." Shanum kehabisan kata-k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Delapan

    Hampir tengah malam Ozkhan tiba di kediamannya. Ketika memasuki kamar, dia mendapati sang istri yang ternyata belum tidur. Numa sedang duduk bersandar di ranjang sambil menikmati segelas red wine.Melihat sang suami yang ternyata pulang, Numa pun tersenyum senang. Perempuan yang malam itu mengenakan piyama tidur sutra berwarna merah lantas buru-buru meletakkan gelasnya ke atas nakas.Numa hendak menghambur memeluk Ozkhan, tetapi hanya penolakan yang dia dapatkan. Bahkan sikap Ozkhan begitu dingin. "Aku merindukanmu, Ozkhan. Tidak bisakah kamu memberiku pelukan?"Permintaan Numa ditanggapi dengkusan oleh Ozkhan. Sambil meloloskan kancing lengan kemeja, dia berkata, "Sejak kapan hubungan kita sehangat itu, Numa?"Kedua telapak tangan Numa mengepal kuat di sisi tubuh. Dia berusaha mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menghela napas panjang.Numa pun baru sadar, jika rumah tangganya dengan Ozkhan memang tak pernah sehangat itu. Namun, dia ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sembilan

    "Masakanmu sangat lezat, Elis. Aku suka. Rasanya mirip makanan yang ada di restoran mahal."Shanum tidak bohong, makanan yang dimasak Elis sungguh mempunyai cita rasa mirip restoran ternama. Menu makanan yang pernah dia cicip saat diajak makan oleh Ozkhan.Pujian Shanum membuat Elis yang sedang mengupas buah apel tersenyum bangga. "Benarkah? Wah... Aku senang kalau kamu suka. Selama di sini, aku akan memasakkanmu makanan yang lezat."Elis menyodorkan apel yang sudah dipotong menjadi enam bagian dan diletakkan ke piring ke hadapan Shanum."Makanlah yang banyak. Biar badanmu tidak terlalu kurus seperti itu." Elis tak bermaksud menyindir Shanum karena waktu pertama kali melihat perempuan bermata teduh itu, dia merasa prihatin. Elis bisa merasakan jika Shanum selama ini banyak menanggung masalah."Tapi aku sangat nyaman dengan ukuran badanku," cicit Shanum, lalu mengambil satu potongan buah apel dan menggigitnya. "Manis.""No!" Elis menggeleng tak setuju. "Berapa berat badanmu?""Terakhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    50~

    [Malam ini saya berencana pulang ke rumah. Saya sudah meminta Elis untuk menemani kamu, di apartemen. Kamu tidak keberatan 'kan?]Sederet pesan singkat dari Ozkhan, membuat Shanum tersenyum lega. Pasalnya, dia sama sekali tidak merasa keberatan dengan rencana atasannya itu. Shanum justru senang karena Ozkhan memilih pulang malam ini. [Tidak masalah, Tuan. Saya justru senang karena saya yakin Ghul juga merasa sangat senang bertemu ayahnya malam ini.] Pesan balasan segera dikirim Shanum.. Sementara dia bergegas keluar kamar untuk menemui Elis yang sedang berada di ruang tamu. "Elis," panggil Shanum, menghampiri Elis yang langsung menoleh ke arahnya. "Ya, ada apa?" tanya Elis. Shanum duduk di samping Elis. "Kamu sudah dapat pesan dari Tuan Ozkhan, bukan?" Elis mengangguk. "Sudah. Malam ini aku menginap di sini." "Baguslah. Temani aku di sini. Kamu bisa tidur di kamar itu." Telunjuk Shanum mengarah pada kamar kosong yang bersebelahan dengan kamarnya. Pandangan Elis tertuju pada ka

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    49~

    Ditinggal libur selama beberapa hari untuk merawat Shanum, nyatanya tidak membuat Ozkhan keteteran dengan pekerjaannya. Selama ada Emir dan bawahan lainya, Ozkhan hanya menerima beres. Usaha Ozkhan pun membuahkan hasil. Calon investor dari Dubai memberikan kabar yang sudah tiga hari ini dia tunggu-tunggu. Impiannya yang ingin membangun sebuah resort mewah sebentar lagi akan terwujud. "Akhirnya, aku bisa mewujudkan proyek besar ini." Tak henti-hentinya Ozkhan bersyukur, sejak satu jam yang lalu setelah menerima email dari Tuan Malik—investor yang dia temui secara tidak sengaja di Dubai tempo hari. "Tidak sia-sia aku berangkat ke sana." Waktu perjalanan bisnis tempo hari, niat Ozkhan mendatangi beberapa investor yang selama ini mendukung perusahaan sang ayah untuk memperpanjang kontrak kerja sama. Namun, secara tidak sengaja dia diperkenalkan dengan Tuan Malik di jamuan makan malam. Sebagai seorang pengusaha yang berniat merintis bisnis sendiri, Ozkhan tentu tak menyia-nyiakan kes

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    48~

    Keesokan paginya...Ozkhan yang hari ini berniat menyudahi liburnya sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Pria itu berdiri menghadap standing mirror sambil mengancing kancing lengan kemeja putihnya. "Mau saya bantu memakaikan dasi, Tuan?" tanya Shanum yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Perempuan yang hanya mengenakan bathrobe dan rambut basahnya dibungkus handuk melangkah mendekati Ozkhan. "Dengan senang hati." Lengan Ozkhan langsung meraih pinggang Shanum supaya lebih merapat padanya. Sementara tangannya yang bebas meraih dasi warna netral yang tergeletak di meja rias.Shanum mengambil kain panjang berwarna netral itu dari tangan Ozkhan, kemudian mulai memasangnya di leher sang atasan yang memandangnya dengan tatapan memuja.Berada seintim ini dengan Ozkhan mulai membuat Shanum terbiasa. Perempuan itu tak lagi merasa canggung mau pun sungkan semenjak Ozkhan memberinya perhatian yang berlimpah serta kasih sayang yang begitu tulus. "Selesai." Sha

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    47~

    "Tuan..." Shanum menyusul keluar lantaran dia kepikiran perihal Hakkan yang rupanya sudah tidak berada di unitnya. Shanum hanya melihat keberadaan Ozkhan yang sedang duduk di mini bar. Ozkhan menoleh ke arah Shanum yang melangkah mendekat. "Shanum, kenapa kamu keluar kamar?" tanyanya seraya bergegas berdiri untuk menghampiri wanitanya. Sikap Ozkhan yang berlebihan membuat Shanum sudah terbiasa akan hal itu. "Saya bosan di kamar, Tuan. Lagipula saya juga sudah baik-baik saja." Ozkhan menghela, tak ingin protes lagi. Dia pun merasa—tidak ada salahnya jika Shanum keluar kamar. "Duduklah di sini." Ozkhan menuntun Shanum duduk di sofa, kemudian pergi ke pantry untuk mengambil sesuatu. Shanum hanya memerhatikan Ozkhan dari tempatnya sambil tersenyum. Beberapa hari ini atasannya itu benar-benar menjaga dan merawatnya seperti seorang suami yang siaga. Selama menikah, Orhan bahkan tidak pernah memasakkan sesuatu untuk Shanum. Jangankan memasak, memberi uang saja kalau suaminya itu ingat

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    46~

    "Lukanya sudah tidak apa-apa," ucap Hakkan, setelah memeriksa kondisi luka sayatan di telapak tangan dan paha Shanum yang sudah terlihat mengering. "Sudah tidak perlu dibalut kasa lagi. Dan sudah boleh kena air," imbuhnya, sambil melirik Ozkhan yang sedari tadi menatapnya penuh kesal. Kira-kira ada apa dengan Ozkhan? Temannya itu sejak tadi masam dan terkesan seperti orang yang cemburu, pikir Hakkan. "Terima kasih, Dokter," ucap Shanum. "Sama-sama. Lain kali jangan diulangi lagi. Seandainya tiba-tiba keinginan itu muncul kembali, akan lebih baik kamu mengalihkan fokusmu. Atur napas dan jangan sekali-kali kamu memejamkan mata. Karena dengan begitu, kamu bisa mengontrol diri agar tidak berbuat nekad lagi." "Ya. Saya mengerti." Shanum mengangguk paham, dan memandang Ozkhan yang nampaknya tidak tertarik untuk ikut diskusi. Hakkan menutuskan untuk pergi dari kamar Shanum sebab tugasnya sudah selesai. Namun sebelum itu ada hal penting yang ingin dia tanyakan pada Ozkhan. Hakkan berdeh

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    45~

    "A-apa?" Shanum nampak terkejut dengan apa yang diungkapkan Ozkhan. "Tuan adalah pria yang menolong saya?" Ozkhan mengangguk. "Ya." Air mata Shanum jatuh satu persatu di pipi saking terharunya. Akhirnya dia bisa dipertemukan oleh malaikat penolongnya di malam nahas itu. Perasaannya sungguh senang luar biasa. Shanum mengusap air mata, menghela napas panjang, kemudian berkata, "Anda tahu, Tuan. Seberapa ingin saya dipertemukan oleh pria yang menolong saya saat itu? Dan bila Tuhan memberikan saya kesempatan untuk bertemu dengan pria itu, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya sama dia." Telapak tangan Shanum terangkat, lalu dia sentuh rahang Ozkhan yang berambut. Maniknya menatap sendu wajah pria yang ternyata pernah menolongnya dua tahun lalu. Apakah ini takdir?Shanum berkata lagi, "Ternyata Anda kembali membatu saya, Tuan. Anda terus menolong saya yang lemah ini. Saya harus membalasnya dengan apa, Tuan? Katakan." Ozkhan memeluk erat Shanum. "Kamu tidak perlu memb

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    44~

    Pagi harinya...Kelopak mata berbulu lentik itu terbuka perlahan. Hal pertama yang ditatap adalah langit-langit kamar dengan pencahayaan temaram. Aroma lavender menyeruak ke penciuman Shanum. "Di mana aku?" Nampak dari ekspresi wajah Shanum, jika dia merasa asing dengan ruangan mewah ini. Manik bulatnya bergulir ke seluruh penjuru ruang yang bersuhu agak rendah dan sangat harum itu. 'Ini kamar siapa?' Shanum membatin bingung dengan keberadaannya sekarang ini. Seingat perempuan itu, dia sedang berada di taman belakang yayasan. Namun, mengapa dia bisa berada di tempat mewah ini?Ingatan Shanum masih abu-abu. Akan tetapi rasa sakit di telapak tangan seketika mengingatkan Shanum akan hal gila yang sempat dia lakukan. "Au!" Shanum mengadu, mengangkat telapak tangannya yang terasa nyeri dan sudah dibalut kain kasa. "Ini?" "Shanum?" Ozkhan muncul dari kamar mandi, dengan hanya memakai bathrobe. Dia langsung buru-buru keluar karena mendengar suara mengaduh. Perhatian Shanum teralihkan

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    43~

    "Bagaimana kondisinya? Apa lukanya cukup serius?" Ozkhan mencecar Hakkan yang baru saja selesai menangani Shanum dengan raut cemas sekaligus khawatir. Dia bahkan tidak sadar jika Hakkan bisa saja menaruh curiga padanya karena sikapnya yang mungkin terlalu berlebihan.Ya, bagaimana tidak? Begitu tahu jika Shanum terluka, Ozkhan justru membawa sekretarisnya itu ke sebuah apartemen mewah alih-alih ke rumah sakit. Ozkhan juga langsung menghubungi Hakkan ke tempat ini agar bisa segera menangani. Hakkan menghela panjang, memandang Shanum yang tertidur di atas ranjang. Dia berhasil melakukan tindakan pertama untuk menolong perempuan itu. Membalut luka sayatan di telapak tangan dan paha Shanum yang untungnya tidak terlalu serius. "Lukanya tidak terlalu serius," ucap Hakkan beralih memandang Ozkhan yang nampaknya begitu mengkhawatirkan sekretarisnya. "Kamu tenang saja, aku sudah memberinya antibiotik agar lukanya tidak infeksi. Aku juga memberinya obat penenang supaya dia bisa beristirahat

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    42~

    Setelah mendapat laporan dari sang asisten, Ozkhan bergegas mengakhiri panggilan.'Ke mana Shanum?'Benak Ozkhan bertanya-tanya, dengan pandangan kosong ke segala arah. Berusaha tetap tenang kendati pikirannya kalut bukan main.Sementara perhatian ketiga orang di hadapan masih tertuju pada Ozkhan. Mereka memandang penuh pertanyaan.Numa memilih mendekat, dan bertanya lebih dahulu. "Ada apa, Sayang? Siapa yang menelepon?""Emir." Ozkhan menjawab singkat."Emir asistenmu?" sambung Hakkan.Ozkhan mengangguk. Kepikiran Shanum membuat dada pria itu terasa sesak, dan lantas mengendurkan lilitan dasi yang terasa mencekik."Memang dia bilang apa?" tanya Hakkan lagi."Dia tidak bisa menghubungi Shanum," kata Ozkhan.Sepasang alis Hakkan naik, merasa asing dengan nama tersebut. "Shanum? Siapa Shanum?" tanyanya sambil melirik Numa yang mendadak pucat."Dia sekretaris Ozkhan." Numalah yang menjawab pertanyaan Hakkan."Sekretaris Ozkhan?""Hmm." Numa mengangguk, kemudian meminta penjelasan lebih r

DMCA.com Protection Status