Share

Empat

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-19 23:21:48

Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.

Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.

Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.

'Apa dia juga berniat libur hari ini?'

Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.

Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk.

"Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.

Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa.

"Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.

Informasi barusan cukup membuat Ozkhan sedikit terkejut dan terganggu. Pasalnya, dia sangat tahu alasan Shanum tidak masuk hari ini.

Bisa jadi karena perempuan itu ingin menghindarinya, pikir Ozkhan.

"Tidak masuk? Apa dia memberitahu alasannya?" Sebenarnya, Ozkhan hanya ingin memastikan saja.

"Dia mengatakan sedang ada urusan mendesak," kata Emir.

Sebelah alis kiri Ozkhan naik. "Urusan mendesak?" Rautnya terlihat sangat tidak yakin dengan alasan tersebut.

Emir mengangguk.

Ozkhan menghela panjang, mengendurkan sedikit lilitan dasi di leher sambil menyandarkan punggung.

"Lalu bagaimana dengan jadwal saya hari ini?"

"Tadi Shanum juga sudah memberitahu saya mengenai jadwal Anda. Hari ini Anda ada pertemuan dengan dewan direksi. Siangnya pertemuan dengan para calon investor di restoran yang sudah direservasi Shanum." Emir sedikit memaparkan sesuai dengan apa yang ditulis Shanum dalam pesan singkatnya.

Semua itu disimak baik-baik oleh Ozkhan. Lantas tiba-tiba Ozkhan bertanya, "Kira-kira sudah berapa lama Shanum bekerja di sini?"

"Baru sekitar tiga bulan, Tuan," jawab Emir.

"Tiga bulan." Ozkhan mengurut pangkal hidung sambil memejamkan mata.

Seingat Ozkhan, waktu itu Shanum mengatakan jika dulunya pernah bekerja di sebuah perusahaan kecil. Dan Ozkhan tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

"Emir."

"Ya, Tuan?"

Ozkhan menatap Emir dengan serius. "Hari ini cancel semua jadwal saya. Bisa 'kan?"

"Ya?" Emir memasang raut bingung. "Maksud Anda …"

Canggung rasanya untuk mengatakan alasan di balik perintahnya itu. Akan tetapi, Ozkhan hanya ingin mencari tahu mengenai informasi pribadi sang sekretaris.

Bisa saja 'kan Shanum sengaja mendekatinya hanya karena ingin mengambil keuntungan?

Sebab, selama ini banyak sekali orang-orang yang mendekatinya hanya untuk mengambil keuntungan pribadi. Ozkhan pun berpikir demikian pada Shanum.

Setelah menghabiskan malam panas tak terduga, dan sekarang libur tiba-tiba, Ozkhan merasa masalah tersebut sangat janggal. Dia ragu dan mulai sangsi dengan pengakuan Shanum yang katanya dijual oleh suaminya sendiri.

"Kamu tahu alamat rumahnya Shanum?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Ozkhan, hingga Emir mencoba mencernanya perlahan.

"Saya akan coba periksa kembali di data pribadinya, Tuan." Mau tak mau Emir akan mencari tahu.

"Hmm. Saya tunggu."

"Baik. Secepatnya saya akan memeriksanya. Saya permisi." Emir lantas pergi dari ruangan Ozkhan.

Tatapan Ozkhan tertuju pada pintu ruangannya yang ditutup oleh Emir. "Sebentar lagi aku akan memastikannya sendiri. Jika benar dia sengaja mendekatiku hanya karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi. Aku bisa pastikan dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di sini."

^^^

"Cepatlah, Shanum! Kenapa kamu lama sekali!"

Orhan benar-benar sudah kehilangan kesabaran, karena Shanum tak kunjung keluar dari kamar. Sudah hampir dua jam dia menunggu sang istri yang hari ini akan dia kembalikan pada lelaki yang sudah memberinya pinjaman.

Tak ada sahutan. Namun, pintu kamar terbuka, dan muncullah Shanum dengan penampilan yang sudah terlihat sangat cantik dan enak dipandang.

"Aku sudah siap," ucap Shanum sambil berjalan mendahului Orhan.

Shanum sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan suaminya itu, akan lebih baik dia menghemat tenaga karena setelah ini dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan biologis pria tak dikenal.

Namun, tiba-tiba saja Orhan ingin menanyakan sesuatu pada Shanum. "Tunggu sebentar, Shanum. Ada yang mau kutanyakan."

Langkah Shanum spontan berhenti, dia menoleh.

Orhan mendekat, sambil matanya menatap intens raut Shanum yang datar. "Semalam, kamu pergi ke mana saja? Dan kenapa kamu baru pulang pagi?"

Pias. Raut Shanum pias seketika mendapat pertanyaan semacam itu dari Orhan. Kedua telapak tangannya reflek menaut, dan saling meremas.

'Aku tidak mungkin berkata yang sebenarnya pada Orhan kalau semalam aku bermalam dengan Tuan Ozkhan.' Shanum membatin resah.

"Shanum?"

"Ya?" Shanum terkesiap, kemudian buru-buru menjawab sekenanya, "A-aku semalam menginap di rumah teman kantorku. Semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya dan meminta tolong padanya."

Manik Orhan memicing curiga. "Benarkah?"

"Hmm." Shanum mengangguk cepat.

Orhan tak sepenuhnya percaya, tetapi dia pun tidak ingin ambil pusing karena masalah itu. Yang terpenting Shanum sudah kembali padanya.

"Ayo kita berangkat." Orhan lebih dulu melangkah dan keluar rumah, dan Shanum menyusulnya tanpa bersuara.

***

Sementara Orhan dan Shanum bersiap hendak ke tempat tujuan, di seberang jalan rumah mereka ada sebuah mobil sedan hitam terparkir cukup jauh dengan jarak beberapa meter.

"Itu Shanum, Tuan," ucap Emir, yang baru saja melihat Shanum keluar dari rumah.

Pandangan Ozkhan seketika tertuju pada sosok perempuan yang baru tiga bulan menjadi sekretarisnya itu. Dia melepas kaca mata dan bertanya, "Siapa laki-laki yang bersamanya itu?"

"Mungkin suaminya, Tuan." Emir hanya menjawab apa adanya, karena dia sendiri belum pernah melihat suami Shanum. "Sepertinya mereka akan pergi, Tuan. Apa kita ikuti mereka?"

Ozkhan tak langsung menjawab, karena dia sedang fokus berpikir mengenai sosok Shanum yang sungguh membuatnya bertanya-tanya.

"Mau pergi ke mana mereka? Bukankah semalam dia mengatakan kalau suaminya sudah menipunya? Lalu kenapa dia kembali lagi pada suaminya itu? Apa dia sudah membodohiku? Apa dia benar-benar sudah menipuku?"

Rahang Ozkhan serta telapak tangannya spontan mengetat. Sorot matanya memancarkan amarah dan kekesalan lantaran merasa sudah ditipu oleh Shanum.

Telinga Emir yang tak sengaja mendengar gerutuan Ozkhan membuat lelaki itu tak urung turut berpikir keras. Sebenarnya, ada apa dengan atasannya itu dan Shanum. Kenapa tiba-tiba atasannya meminta untuk diantar ke rumah sekretarisnya?

Dari sini Ozkhan bisa melihat jika mobil yang ditumpangi Shanum dan suaminya hendak melaju. Dia pun segera memberi perintah pada Emir.

"Ikuti mereka, Emir."

"Baik, Tuan." Emir bergegas menancap gas, dan segera menyusul mobil yang membawa Shanum pergi.

***

Emir cukup lihai mengemudi hingga Orhan tak menyadari jika dia sedang dibuntuti. Kondisi jalanan yang tidak terlalu lengang memudahkan asisten pribadi Ozkhan itu mengatur jarak antara mobilnya dan mobil Orhan. 

Sementara Ozkhan makin penasaran dengan tujuan Shanum sebenarnya. Pria itu sampai tak menghiraukan dering ponselnya yang berkali-kali menyapa. Melirik pun dia enggan. 

"Bukankah ini jalan menuju hotel semalam?" tanya Ozkhan ketika menyadari bahwa mobil yang membawa Shanum menuju hotel—tempatnya menginap. 

"Benar, Tuan. Jalan ini menuju hotel Raffles." Emir pun membenarkan, lalu dia memutar kemudi memasuki area parkir hotel. "kita tunggu di sini saja atau ...?" tanya Emir, menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil Orhan. 

"Kamu bisa masuk dan lihat apa yang mereka lakukan di hotel ini. Pantau mereka dan kabari saya," titah Ozkhan, menatap nyalang Shanum dan suaminya yang sudah memasuki lobby hotel. 

"Baik, Tuan." Emir bergegas turun dari mobil untuk segera melaksanakan perintah atasannya, walau banyak sekali pertanyaan di kepalanya. 

Ozkhan menghela panjang, semakin tak sabar untuk mengetahui segalanya mengenai Shanum. Dia berharap jika instingnya tentang sekretarisnya itu tidak benar. 

"Untuk apa kamu kembali ke sini, Shanum? Apa tujuanmu sebenarnya?" 

****

Bersambung.....

Bab terkait

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Lima

    Orhan dan Shanum langsung memasuki lift, sementara Emir masih mengikuti keduanya dengan sangat hati-hati. Beruntungnya di dalam lift tak hanya mereka bertiga yang berada dalam ruangan berjalan itu. Sebelumnya, sudah ada empat orang yang ada di dalamnya.Agar tidak ketahuan, Emir berinisiatif memakai masker yang selalu dia bawa ke mana pun saat sedang menjalani misi seperti ini. Tugasnya tak hanya menjadi asisten Ozkhan, tetapi dia merangkap menjadi mata-mata. Maka dari itu, tugas semacam ini bisa dengan mudah dia kerjakan.Dari tempatnya berdiri yang hanya berjarak beberapa jengkal saja dengan Shanum, Emir bisa mengamati gerak-gerik pasangan itu. Dari yang Emir lihat, jika Shanum hanya diam dan memasang raut cemas sekaligus khawatir.Sikap Orhan pun tak lepas dari pantauan Emir. Lelaki berambut ikal itu begitu bengis pada sang istri. Dari caranya memperlakukan Shanum yang tidak sewajarnya membuat Emir menjadi makin penasaran."Jaga sikap kamu, Shanum. Aku tidak mau kamu membuat kesala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Enam

    'Tuan Ozkhan?'Manik Shanum melebar, seakan-akan hendak loncat dari cangkangnya. Kedatangan Ozkhan adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan.Apa aku sedang bermimpi?Kenapa tiba-tiba ada Tuan Ozkhan di sini?Kenapa tiba-tiba dia tertarik menawarkan kesepakatan dengan Orhan?Masih ada banyak pertanyaan yang berjejalan di kepala perempuan dua puluh sembilan tahun itu. Namun, Shanum tidak ingin terlalu larut dalam pikiran-pikiran tidak penting tersebut.Saat ini yang terpenting adalah dia bisa kembali bebas dari pria kejam yang mungkin sedang menunggunya."Anda siapa lagi?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Orhan, sementara maniknya menatap tajam pria menjulang di hadapan. Dan yang paling menarik perhatian, tatapan pria parlente itu tak lepas menatap Shanum.'Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Shanum seperti itu?' Orhan membatin kesal."Bisa kita bicara di tempat lain?" kata Ozkhan."Tidak bisa. Untuk apa saya menuruti perintah Anda? Siapa Anda?" sungut Orhan.Barulah Ozkhan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Tujuh

    "Termasuk menjadi teman tidur Anda, Tuan Ozkhan," lanjut Shanum.Pernyataan Shanum yang menurut Ozkhan sangat berani, membuat lelaki itu cukup tercengang. Maka dari itu dia perlu menjelaskan. "Kamu sudah salah paham, Shanum," ujarnya, lalu mengalihkan pandangan pada hamparan laut di hadapan.Raut Shanum pias, melihat Ozkhan yang begitu santai menanggapinya. "Salah paham bagaimana, Tuan? Saya rasa Anda tidak mungkin membuang-buang uang sangat banyak untuk sekedar menolong saya. Apalagi, Anda juga menyewa saya selama tiga bulan.""Menyewa bukan berarti kamu harus melayani saya, Shanum," bantah Ozkhan, kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celana."Lalu, untuk apa Anda melakukan semua itu?" tuntut Shanum, tetapi dia buru-buru meralat. "Tidak. Maksud saya—""Saya hanya ingin menjauhkanmu dari suamimu itu, Shanum," sergah Ozkhan, memotong kalimat Shanum. "Selama tiga bulan ke depan kamu bisa bebas darinya. Kamu bisa hidup tenang tanpa tekanan dari dia.""Tuan …." Shanum kehabisan kata-k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Delapan

    Hampir tengah malam Ozkhan tiba di kediamannya. Ketika memasuki kamar, dia mendapati sang istri yang ternyata belum tidur. Numa sedang duduk bersandar di ranjang sambil menikmati segelas red wine.Melihat sang suami yang ternyata pulang, Numa pun tersenyum senang. Perempuan yang malam itu mengenakan piyama tidur sutra berwarna merah lantas buru-buru meletakkan gelasnya ke atas nakas.Numa hendak menghambur memeluk Ozkhan, tetapi hanya penolakan yang dia dapatkan. Bahkan sikap Ozkhan begitu dingin. "Aku merindukanmu, Ozkhan. Tidak bisakah kamu memberiku pelukan?"Permintaan Numa ditanggapi dengkusan oleh Ozkhan. Sambil meloloskan kancing lengan kemeja, dia berkata, "Sejak kapan hubungan kita sehangat itu, Numa?"Kedua telapak tangan Numa mengepal kuat di sisi tubuh. Dia berusaha mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menghela napas panjang.Numa pun baru sadar, jika rumah tangganya dengan Ozkhan memang tak pernah sehangat itu. Namun, dia ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sembilan

    "Masakanmu sangat lezat, Elis. Aku suka. Rasanya mirip makanan yang ada di restoran mahal."Shanum tidak bohong, makanan yang dimasak Elis sungguh mempunyai cita rasa mirip restoran ternama. Menu makanan yang pernah dia cicip saat diajak makan oleh Ozkhan.Pujian Shanum membuat Elis yang sedang mengupas buah apel tersenyum bangga. "Benarkah? Wah... Aku senang kalau kamu suka. Selama di sini, aku akan memasakkanmu makanan yang lezat."Elis menyodorkan apel yang sudah dipotong menjadi enam bagian dan diletakkan ke piring ke hadapan Shanum."Makanlah yang banyak. Biar badanmu tidak terlalu kurus seperti itu." Elis tak bermaksud menyindir Shanum karena waktu pertama kali melihat perempuan bermata teduh itu, dia merasa prihatin. Elis bisa merasakan jika Shanum selama ini banyak menanggung masalah."Tapi aku sangat nyaman dengan ukuran badanku," cicit Shanum, lalu mengambil satu potongan buah apel dan menggigitnya. "Manis.""No!" Elis menggeleng tak setuju. "Berapa berat badanmu?""Terakhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sepuluh

    Dua jam sebelumnya...Sekembali dari rumah ayahnya, Ozkhan langsung menuju ke sebuah Hotel bintang satu, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Pertemuan rahasia yang seharusnya dilakukan kemarin terpaksa diundur menjadi hari ini karena Ozkhan sibuk membantu Shanum.Tanpa sekretarisnya, Ozkhan masih bisa menghandle meeting tersebut dengan bantuan Emir tentunya. Lelaki itu berencana untuk mengembangkan proyek yang sedang dia persiapkan tanpa sepengetahuan ayahnya.Sebab itu, Ozkhan butuh pasokan dana dari investor luar agar proyeknya dapat segera terealisasi. Beberapa investor yang dia tunjuk semula ragu untuk memberikan bantuan, karena mereka sebelumnya sudah bekerjasama dengan Tuan Baris.Namun, bukan Ozkhan namanya jika tidak mendapat apa yang dia inginkan. Tiga dari lima investor setuju menjalin kerjasama karena percaya dengan kemampuan Ozkhan, yang tidak perlu diragukan lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sebelas

    Paginya, Numa terbangun setelah semalam dia dan sang suami kembali berhubungan setelah sekian lama. Akan tetapi, kesenangan semu itu harus sirna ketika dia tak mendapati Ozkhan di sisinya."Dia bangun sepagi ini?"Perasaan Numa kembali kesal, karena dia pikir akan ada adegan romantis yang berlanjut saat dia membuka mata. Namun, Ozkhan justru sudah tak ada di kamarnya."Semalam dia benar-benar berbeda. Dia seperti bukan Ozkhan yang kukenal."Tentu saja Numa sadar akan perubahan Ozkhan. Meski sudah lama tak berhubungan, dia tetap ingat—bagaimana cara Ozkhan memanjakan dirinya ketika sedang berhubungan.Perlakuan Ozkhan yang begitu hangat dan menggebu-gebu sempat membuat Numa merasa bahagia. Tak pernah dia melihat sorot mendamba semacam itu di mata suaminya."Apa dia berniat memperbaiki hubungan kami? Ah, apa pun alasannya, aku tidak peduli. Yang terpentin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Dua Belas

    "Elis, ada yang bisa aku bantu?"Shanum yang baru saja keluar dari kamar menghampiri Elis yang sedang sibuk menata meja makan.Elis menatap Shanum, lalu tersenyum dan berkata, "Tidak perlu, Shanum. Semuanya sudah siap. Kamu hanya perlu duduk dan menikmati masakanku."Menu makan malam ini cukup simpel. Elis sengaja tidak masak terlalu banyak karena di Villa ini hanya ada empat orang saja."Aku sepertinya tidak berguna di sini," cicit Shanum, ketika Elis menolak bantuannya. Dia lantas menarik kursi dan mendudukinya. Hidungnya langsung mencium aroma butter dan rempah. "Kamu membuat Pilav, Elis?" tanya Shanum, bola matanya berbinar memandang masakan yang jarang dia cicipi."Ya. Aku yakin kamu menyukainya, Shanum. Makanlah yang banyak." Elis duduk di samping Shanum, lalu menuangkan air di gelas kosong.Karena sudah merasa lapar, Shanum segera menyendok Pilav ke piring kosong. Pilav sendiri merupakan nasi yang dimasak dengan butter, berbagai rempah dan dicampur kacang polong."Dari aromanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    59~

    "Jadi, suamimu setuju dengan tawaran Tuan Ozkhan? Dia setuju menceraikanmu? Gila! Suamimu benar-benar sudah gila, Shanum!"Elis terkejut dengan apa yang diceritakan Shanum mengenai Orhan, yang tidak berpikir panjang hanya demi uang. Di sisi lain, dia prihatin dengan hidup Shanum, yang berurusan dengan lelaki berengsek dan serakah macam Orhan.Shanum meraup raut murungnya, hatinya kecewa dengan kenyataan pahit ini. Dia menyesal karena pernah mencintai Orhan, yang sama sekali tidak pernah menghargainya."Dia memang sudah gila, Elis. Sejak awal dia memang tidak pernah menganggapku sebagai istri. Dia hanya menganggapku sebagai mesin uang.""Laki-laki seperti itu pantasnya di tembak mati saja. Andai dia suamiku, sudah sejak lama dia sudah menjadi arwah." Decakan Elis sangat keras."Aku sendiri masih tidak menyangka, jika aku pernah menikahi pria semacam itu."Elis mengusap-usap pundak Shanum, yang makin terlihat murung dan sedih. "Kamu terlalu baik untuknya, Shanum. Memang sudah seharusnya

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    58~

    Shanum tentu terkejut dengan pertanyaan Ozkhan barusan. Dirinya hampir tak bisa berkata-kata. Hanya sepasang maniknya yang menatap wajah serius di hadapan. Menikah? Apa lelaki ini serius dengan perkataannya, pikir Shanum. Ozkhan menyadari keterkejutan yang tercetak jelas di wajah wanitanya ini. Sampai-sampai Shanum tak berkedip sedikit pun. "Shanum?" panggilnya, menyentuh pipi Shanum dengan punggung tangan. Shanum terhenyak, lantas buru-buru menjawab, "Ya?" Sepasang maniknya berkedip lugu, sambil menggigit bibir bawah. Sikap Shanum membuat Ozkhan gemas. Lelaki itu lantas meraih tangan Shanum, dan menuntunnya ke meja mini bar. "Lebih baik kita duduk." Ozkhan meminta Shanum supaya duduk di stollbar, agar dia bisa bicara dengan santai dan nyaman. Shanum pun menurut, duduk di stollbar sambil memerhatikan Ozkhan yang saat ini sedang mengambil botol white wine di rak kaca. Sejurus kemudian, Ozkhan mengambil dua gelas berkaki tinggi dari pantry. Ozkhan membuka botol wine di tangan meng

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    57~

    "Shanum, minumlah." Elis menyodorkan segelas air dingin untuk Shanum, yang terlihat sedang tidak baik-baik saja sejak tiba beberapa waktu yang lalu..Shanum mengambil gelas air yang disodorkan Elis. "Terima kasih, Elis." Lantas dia meneguk air tersebut dengan perlahan sampai tersisa separuh, kemudian dia meletakkan gelas tersebut di meja makan.Elis menatap kasihan pada Shanum, lalu dia duduk di samping perempuan kesayangan Ozkhan itu. Elis turut kesal atas apa yang dilakukan oleh Numa pada Shanum, dan dia cukup lega karena mantan majikannya itu tidak berhasil dengan rencananya."Aku mengira kalau tadi aku akan ketahuan, Elis." Debaran jantung Shanum masih belum stabil akibat insiden tak terduga yang dia alami.Hampir ketahuan oleh Numa merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan di benak Shanum."Bagaimana bisa nyonya Numa tahu segalanya soal mobil Tuan Ozkhan?" gumamnya."Itu bukan suatu hal yang sulit baginya, Shanum," sahut Elis, membuat Shanum sontak menatap perempuan yang menget

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    56~

    Pedro tak berhenti berupaya untuk menghindari kejaran mobil yang dia sangka Keenan dan Numa, dengan mempercepat laju mobil yang dikendarainya. Belum lagi mobil lain yang turut mengejar. Ketiga mobil tersebut saling berkejaran di jalanan yang lengang dan sepi. Sementara itu di kursi penumpang, seseorang yang menjadi target sedang dalam keadaan takut serta panik. Shanum nampak terlihat sangat gusar sekaligus cemas. Dia tidak mengerti—kenapa tiba-tiba ada yang mengikutinya sampai senekat ini. "Pedro sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kita?" tanya Shanum yang sudah tidak bisa menahan diri sebab situasi, yang kian mengkhawatirkan. Pedro menoleh ke belakang sekilas, lalu berkata dengan ragu, "Sepertinya mereka itu Tuan Keenan dan Nyonya Numa, Shanum." Bola mata Shanum seketika membelalak. "A-apa? Jadi, yang di dalam mobil itu nyonya Numa?" Sejurus kemudian Shanum menoleh ke belakang untuk sekadar memastikan. Beruntung kaca mobil yang dibeli Ozkhan cukup gelap dan tidak tem

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    55~

    Di sebuah apartemen~Sepasang kekasih tengah mengadu kasih di sebuah kamar apartemen mewah bercahaya temaram. Terlihat sang wanita lebih dominan dalam permainan panas tersebut. "Oh, Keenan ...." Numa melenguh panjang seiring klimaks yang dia raih begitu terasa nikmat luar biasa. Tubuh langsing itu ambruk di dada bidang lelakinya disertai deru napas memburu dan bersahutan. Keenan menyeringai setelah dia pun mendapat kepuasan dari wanitanya yang datang mendadak tanpa mengabari terlebih dahulu. Dia mengecup puncak kepala Numa, sambil mengusap-usap punggung telanjang berpeluh itu. Sejenak keduanya saling meresapi sisa-sisa kenikmatan dalam diam. Keenan membiarkan Numa terkulai di atas dadanya. Namun, keheningan tersebut tak berlangsung lama sebab tiba-tiba dering ponsel menggema. Numa yang hapal dengan dering ponsel miliknya bergegas menoleh pada nakas, lalu dia meraih benda pipih itu. Nama si pemanggil membuat perempuan itu lekas menjawab panggilan tersebut. "Halo? Ada apa?" Numa

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    54~

    "Ada keperluan apa kamu ke tempat kantor saya?"Ozkhan langsung pada intinya ketika sosok pria tak tahu malu, yang dua bulan lalu tega menjual istrinya sendiri pada pria lain sudah berdiri di hadapan. Kedatangan Orhan ke tempat ini pastinya menimbulkan rasa ketidaksukaan di diri Ozkhan. Apalagi, lelaki itu dengan percaya dirinya mencari Shanum, yang jelas-jelas belum bisa ditemui dengan sesuka hati. "Maaf, kalau kedatangan saya sudah mengganggu Anda, Tuan ... Ozkhan," kata Orhan setelah cukup puas memerhatikan suasana di dalam ruangan Ozkhan, yang menurutnya sangat luas dan mewah. Orhan lantas tersenyum tipis sekilas, melirik Emir yang setia berdiri di pintu ruangan itu. Kemudian, Orhan beralih pada Ozkhan yang sedari tadi memasang raut tak suka. Gerak-gerik Orhan membuat Ozkhan makin jengah, dan tak betah berlama-lama. Dia harus mengingatkan lelaki tak tahu diri ini sekali lagi—mengenai kesepakatan yang sudah dia setujui dua bulan lalu. "Kalau tujuan kamu datang ke sini untuk me

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    53~

    "Apa kamu yakin kalau itu plat nomor mobil baru suami saya?" tanya Numa yang saat ini sedang melakukan panggilan telepon, dengan seseorang yang dia sewa untuk mencari tahu keberadaan mobil Ozkhan yang baru."Saya cukup yakin, Nyonya."Belum reda rasa panas akibat menahan kesal lantaran sang suami diam-diam membeli mobil, yang Numa pikir untuknya. Kini dia harus menelan kenyataan—jika Ozkhan benar-benar memiliki seseorang yang spesial.Numa mendapat alamat apartemen yang dibeli Ozkhan dari temannya. Dan yang sangat mengejutkan ialah apartemen tersebut sudah dihuni oleh seseorang. Mobil yang dibeli Ozkhan pun ada di basement gedung itu. "Fotokan dan kirimkan secepatnya ke saya," titah Numa, sambil memijat pelipis yang tidak berhenti berdenyut sejak tadi malam. "Baik, Nyonya."Panggilan diputus lebih dulu oleh Numa, kemudian selang beberapa detik sebuah pesan bergambar masuk. Numa bergegas membuka foto yang dia minta pada orang suruhannya.Ketika melihat penampakan foto mobil yang terp

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    52~

    Malam ini lagi-lagi Ozkhan pergi dari rumah setelah berdebat panjang dengan Numa. Dia tidak akan bisa dan tidak pernah betah jika berlama-lama berada di satu ruangan, dengan perempuan yang sudah terlalu banyak membohonginya. Dengan kata lain Ozkhan sudah muak dengan istrinya itu. Hanya di tempat inilah dia merasa tenang dan damai. Hanya di sisi perempuan inilah Ozkhan bisa menjadi diri sendiri. Siapa lagi kalau bukan—Shanum. Shanum satu-satunya seseorang yang kini menjadi tempat tujuan Ozkhan pulang. Beberapa menit yang lalu, di kamar bercahaya temaram ini, Ozkhan duduk di tepi ranjang sambil memandangi wajah damai wanita kesayangannya yang sedang terlelap. Sengaja dia tidak membangunkan Shanum agar dia bisa berlama-lama menatap wajah wanitanya yang begitu cantik, kemudian memberinya kecupan di kening. Entah mengapa, bila memandang wajah Shanum yang teduh dan menenangkan dapat membuat Ozkhan melupakan segala masalahnya. "Saya sangat menyayangi kamu, Shanum. Saya ingin kamu tetap

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    51~

    Numa berdeham, menelan ludah lalu bertanya, "Ozkhan, apa benar kamu membeli apartemen dan mobil baru?" Perhatian Ozkhan sontak teralihkan karena pertanyaan Numa. Pria itu menatap sang istri dengan sorot penuh makna. Raut datarnya tak menampakkan ekspresi sedikit pun. Dalam hal ini Ozkhan perlu berhati-hati memberi jawaban, sebab ada sangkut pautnya dengan Shanum. Namun, Ozkhan sudah bisa menebak jika hal ini akan terjadi. Pasalnya, dia membeli mobil tersebut di showroom milik suami dari teman dekat Numa. Lalu apartemen, dia membelinya dari salah satu partner bisnisnya. Ozkhan menghela, seraya memicing sepasang mata, dia berkata, "Apa sekarang kamu sedang menginterogasiku?"Numa mengerjap gugup, terlihat jelas di sini justru dia yang terpojok. Alih-alih menjawab, suaminya ini malah bertanya balik. Lantas, Numa harus menjawab apa, agar Ozkhan tidak tersinggung? "A-aku tidak bermaksud demikian, Ozkhan. Aku hanya ingin memastikan saja," jawab Numa hati-hati. Selanjutnya dia menggigit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status