Share

Empat

Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.

Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.

Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.

'Apa dia juga berniat libur hari ini?'

Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.

Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk.

"Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.

Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa.

"Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.

Informasi barusan cukup membuat Ozkhan sedikit terkejut dan terganggu. Pasalnya, dia sangat tahu alasan Shanum tidak masuk hari ini.

Bisa jadi karena perempuan itu ingin menghindarinya, pikir Ozkhan.

"Tidak masuk? Apa dia memberitahu alasannya?" Sebenarnya, Ozkhan hanya ingin memastikan saja.

"Dia mengatakan sedang ada urusan mendesak," kata Emir.

Sebelah alis kiri Ozkhan naik. "Urusan mendesak?" Rautnya terlihat sangat tidak yakin dengan alasan tersebut.

Emir mengangguk.

Ozkhan menghela panjang, mengendurkan sedikit lilitan dasi di leher sambil menyandarkan punggung.

"Lalu bagaimana dengan jadwal saya hari ini?"

"Tadi Shanum juga sudah memberitahu saya mengenai jadwal Anda. Hari ini Anda ada pertemuan dengan dewan direksi. Siangnya pertemuan dengan para calon investor di restoran yang sudah direservasi Shanum." Emir sedikit memaparkan sesuai dengan apa yang ditulis Shanum dalam pesan singkatnya.

Semua itu disimak baik-baik oleh Ozkhan. Lantas tiba-tiba Ozkhan bertanya, "Kira-kira sudah berapa lama Shanum bekerja di sini?"

"Baru sekitar tiga bulan, Tuan," jawab Emir.

"Tiga bulan." Ozkhan mengurut pangkal hidung sambil memejamkan mata.

Seingat Ozkhan, waktu itu Shanum mengatakan jika dulunya pernah bekerja di sebuah perusahaan kecil. Dan Ozkhan tak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

"Emir."

"Ya, Tuan?"

Ozkhan menatap Emir dengan serius. "Hari ini cancel semua jadwal saya. Bisa 'kan?"

"Ya?" Emir memasang raut bingung. "Maksud Anda …"

Canggung rasanya untuk mengatakan alasan di balik perintahnya itu. Akan tetapi, Ozkhan hanya ingin mencari tahu mengenai informasi pribadi sang sekretaris.

Bisa saja 'kan Shanum sengaja mendekatinya hanya karena ingin mengambil keuntungan?

Sebab, selama ini banyak sekali orang-orang yang mendekatinya hanya untuk mengambil keuntungan pribadi. Ozkhan pun berpikir demikian pada Shanum.

Setelah menghabiskan malam panas tak terduga, dan sekarang libur tiba-tiba, Ozkhan merasa masalah tersebut sangat janggal. Dia ragu dan mulai sangsi dengan pengakuan Shanum yang katanya dijual oleh suaminya sendiri.

"Kamu tahu alamat rumahnya Shanum?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Ozkhan, hingga Emir mencoba mencernanya perlahan.

"Saya akan coba periksa kembali di data pribadinya, Tuan." Mau tak mau Emir akan mencari tahu.

"Hmm. Saya tunggu."

"Baik. Secepatnya saya akan memeriksanya. Saya permisi." Emir lantas pergi dari ruangan Ozkhan.

Tatapan Ozkhan tertuju pada pintu ruangannya yang ditutup oleh Emir. "Sebentar lagi aku akan memastikannya sendiri. Jika benar dia sengaja mendekatiku hanya karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi. Aku bisa pastikan dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya lagi di sini."

^^^

"Cepatlah, Shanum! Kenapa kamu lama sekali!"

Orhan benar-benar sudah kehilangan kesabaran, karena Shanum tak kunjung keluar dari kamar. Sudah hampir dua jam dia menunggu sang istri yang hari ini akan dia kembalikan pada lelaki yang sudah memberinya pinjaman.

Tak ada sahutan. Namun, pintu kamar terbuka, dan muncullah Shanum dengan penampilan yang sudah terlihat sangat cantik dan enak dipandang.

"Aku sudah siap," ucap Shanum sambil berjalan mendahului Orhan.

Shanum sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat dengan suaminya itu, akan lebih baik dia menghemat tenaga karena setelah ini dia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan biologis pria tak dikenal.

Namun, tiba-tiba saja Orhan ingin menanyakan sesuatu pada Shanum. "Tunggu sebentar, Shanum. Ada yang mau kutanyakan."

Langkah Shanum spontan berhenti, dia menoleh.

Orhan mendekat, sambil matanya menatap intens raut Shanum yang datar. "Semalam, kamu pergi ke mana saja? Dan kenapa kamu baru pulang pagi?"

Pias. Raut Shanum pias seketika mendapat pertanyaan semacam itu dari Orhan. Kedua telapak tangannya reflek menaut, dan saling meremas.

'Aku tidak mungkin berkata yang sebenarnya pada Orhan kalau semalam aku bermalam dengan Tuan Ozkhan.' Shanum membatin resah.

"Shanum?"

"Ya?" Shanum terkesiap, kemudian buru-buru menjawab sekenanya, "A-aku semalam menginap di rumah teman kantorku. Semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya dan meminta tolong padanya."

Manik Orhan memicing curiga. "Benarkah?"

"Hmm." Shanum mengangguk cepat.

Orhan tak sepenuhnya percaya, tetapi dia pun tidak ingin ambil pusing karena masalah itu. Yang terpenting Shanum sudah kembali padanya.

"Ayo kita berangkat." Orhan lebih dulu melangkah dan keluar rumah, dan Shanum menyusulnya tanpa bersuara.

***

Sementara Orhan dan Shanum bersiap hendak ke tempat tujuan, di seberang jalan rumah mereka ada sebuah mobil sedan hitam terparkir cukup jauh dengan jarak beberapa meter.

"Itu Shanum, Tuan," ucap Emir, yang baru saja melihat Shanum keluar dari rumah.

Pandangan Ozkhan seketika tertuju pada sosok perempuan yang baru tiga bulan menjadi sekretarisnya itu. Dia melepas kaca mata dan bertanya, "Siapa laki-laki yang bersamanya itu?"

"Mungkin suaminya, Tuan." Emir hanya menjawab apa adanya, karena dia sendiri belum pernah melihat suami Shanum. "Sepertinya mereka akan pergi, Tuan. Apa kita ikuti mereka?"

Ozkhan tak langsung menjawab, karena dia sedang fokus berpikir mengenai sosok Shanum yang sungguh membuatnya bertanya-tanya.

"Mau pergi ke mana mereka? Bukankah semalam dia mengatakan kalau suaminya sudah menipunya? Lalu kenapa dia kembali lagi pada suaminya itu? Apa dia sudah membodohiku? Apa dia benar-benar sudah menipuku?"

Rahang Ozkhan serta telapak tangannya spontan mengetat. Sorot matanya memancarkan amarah dan kekesalan lantaran merasa sudah ditipu oleh Shanum.

Telinga Emir yang tak sengaja mendengar gerutuan Ozkhan membuat lelaki itu tak urung turut berpikir keras. Sebenarnya, ada apa dengan atasannya itu dan Shanum. Kenapa tiba-tiba atasannya meminta untuk diantar ke rumah sekretarisnya?

Dari sini Ozkhan bisa melihat jika mobil yang ditumpangi Shanum dan suaminya hendak melaju. Dia pun segera memberi perintah pada Emir.

"Ikuti mereka, Emir."

"Baik, Tuan." Emir bergegas menancap gas, dan segera menyusul mobil yang membawa Shanum pergi.

***

Emir cukup lihai mengemudi hingga Orhan tak menyadari jika dia sedang dibuntuti. Kondisi jalanan yang tidak terlalu lengang memudahkan asisten pribadi Ozkhan itu mengatur jarak antara mobilnya dan mobil Orhan. 

Sementara Ozkhan makin penasaran dengan tujuan Shanum sebenarnya. Pria itu sampai tak menghiraukan dering ponselnya yang berkali-kali menyapa. Melirik pun dia enggan. 

"Bukankah ini jalan menuju hotel semalam?" tanya Ozkhan ketika menyadari bahwa mobil yang membawa Shanum menuju hotel—tempatnya menginap. 

"Benar, Tuan. Jalan ini menuju hotel Raffles." Emir pun membenarkan, lalu dia memutar kemudi memasuki area parkir hotel. "kita tunggu di sini saja atau ...?" tanya Emir, menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil Orhan. 

"Kamu bisa masuk dan lihat apa yang mereka lakukan di hotel ini. Pantau mereka dan kabari saya," titah Ozkhan, menatap nyalang Shanum dan suaminya yang sudah memasuki lobby hotel. 

"Baik, Tuan." Emir bergegas turun dari mobil untuk segera melaksanakan perintah atasannya, walau banyak sekali pertanyaan di kepalanya. 

Ozkhan menghela panjang, semakin tak sabar untuk mengetahui segalanya mengenai Shanum. Dia berharap jika instingnya tentang sekretarisnya itu tidak benar. 

"Untuk apa kamu kembali ke sini, Shanum? Apa tujuanmu sebenarnya?" 

****

Bersambung.....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status