Share

Tiga

Penulis: Na_Vya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 22:00:10

"Kapan dia pergi? Kenapa dia tidak membangunkanku," gumam Ozkhan.

Ketika terbangun, Ozkhan tak mendapati Shanum di sampingnya. Perempuan itu pergi tanpa berpamitan sekaligus meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak lelaki tiga puluh delapan tahun itu.

Di bawah kucuran air shower, Ozkhan merenung. Sekelebat adegan-adegan panas yang dia lalui bersama dengan sang sekretaris tiba-tiba muncul di ingatan, membuat Ozkhan merasakan sesuatu yang tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.

Desahan frustrasi meluncur dari bibir Ozkhan. "Pasti dia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Sial! Harusnya semalam aku bisa mengontrol diri."

Kekesalan muncul dalam benak Ozkhan, sebab dia merasa apa yang dilakukannya pada Shanum kemungkinan sudah keterlaluan. Kemarahan akan sesuatu membuat dia kehilangan kendali.

Beberapa foto yang dikirimkan orang kepercayaannya menjadi pemicu. Ozkhan sadar, jika seharusnya dia tak melampiaskannya pada Shanum.

"Semua ini gara-gara wanita itu. Dia pikir, aku tidak pernah mengawasinya. Aku tahu semuanya selama ini, tapi aku sengaja diam."

Rahang Ozkhan mengetat, kesal karena selama ini dia sengaja diam demi menjaga nama baik keluarga besarnya. Termasuk sang ayah.

****

Sementara itu, Orhan terlihat marah besar di rumahnya. Semalam dia dihubungi oleh orang yang sudah akan meniduri istrinya. Orang itu memaki bahkan mengancam Orhan jika sampai dalam waktu dua puluh empat jam dia tidak membawa kembali Shanum.

Ancaman tersebut jelas membuat Orhan panik dan takut. Dia tidak menyangka jika Shanum bisa dengan mudah kabur. Padahal, dia sudah memperkirakan jika rencananya akan berhasil.

"Ke mana perginya wanita jalang itu? Siapa yang membantunya kabur?"

Sudah puluhan kali Orhan mencoba menghubungi ponsel Shanum, tetapi tidak ada jawaban. Dan Orhan pikir, Shanum pasti pulang ke rumah.

Namun, ketika tiba di rumah, Shanum tidak ada. Orhan bahkan tidak tidur, demi menunggu kedatangan istrinya.

"Apa jangan-jangan dia pergi ke suatu tempat? Kalau benar Shanum pergi, akulah yang akan mati. Tidak! Aku tidak mau mati sia-sia di tangan pria itu. Bagaimana pun caranya, aku harus menemukan Shanum."

Orhan lantas tak banyak berpikir. Dia langsung bergegas untuk mencari Shanum. Namun, ketika dia hendak membuka pintu, sang istri pun muncul di hadapan.

"Orhan?"

Tubuh Shanum menegang manakala mendapati sorot tajam penuh amarah dari suaminya. Dia cukup hapal dengan tatapan itu. Seketika dia menyesal karena memilih pulang ke neraka ini.

"Akhirnya kamu pulang, Shanum."

Seringai jahat terbit di sudut bibir Orhan. Tanpa berlama-lama, dia langsung menarik tangan Shanum, membawanya masuk ke dalam rumah. Orhan mengunci pintu agar istri tak tahu dirinya ini tidak bisa lagi pergi ke mana-mana.

Shanum yang merasa terancam bergegas berlari menuju kamar, agar Orhan tak bisa menyakitinya seperti yang sudah-sudah. Akan tetapi, dia kalah cepat. Orhan lebih dulu menahan pergelangan tangan Shanum.

"Mau ke mana kamu, Shanum? Kamu pikir, aku tidak tahu kalau semalam kamu kabur, huh?" Raut Orhan begitu menakutkan, bahkan dia mencengkeram kuat pergelangan tangan Shanum yang kecil.

Rasanya, Orhan akan mematahkan tangan Shanum. "Orhan, sakit…."

Akan tetapi Orhan tak peduli pada rintihan kesakitan sang istri. Tak cukup pada pergelangan tangan, Orhan lantas mendorong Shanum sampai punggung wanita itu membentur tembok.

"Argh!" Shanum berteriak, saat merasa tulang punggungnya nyaris remuk. "Orhan, lepaskan aku! ini sakit!"

"Sakit?" Tawa puas meluncur dari mulut Orhan. "Ini akibatnya kalau kamu sudah berani membantahku, Shanum. Harusnya kamu tidak kabur dan membuat pria itu marah bahkan mengancamku." Kelima jari Orhan mencengkeram kuat rahang Shanum..

"Aku kabur karena aku tidak mau ditiduri pria menakutkan itu, Orhan. Kamu tega menjadikanku sebagai penebus utangmu. Kamu sudah menjebakku. Kamu sudah gila, Orhan!"

Sekuat tenaga Shanum melepas cengkeraman tangan Orhan, tetapi tidak berhasil. Tenaganya kalah jauh. Apalagi dia belum tidur sama sekali sejak semalam.

"Apa salahnya membantu suamimu sendiri? Aku juga tidak menyuruhmu melakukannya setiap hari? Aku hanya memintamu untuk melayaninya semalam saja. Itu saja! Tapi kamu malah membuat masalah dan kabur." Cengkeraman Orhan makin menguat, bahkan dia pun tidak segan mencekik Shanum.

Shanum kelimpungan. Cekikan Orhan begitu menyiksa. Rautnya memucat karena napasnya hampir habis.

"O… Orh… Orhan… To-long, le-paskan a-ku. I-Ini sangat sakit. A-aku bisa ma-ti." Sebisa mungkin Shanum melepaskan cekikan Orhan yang makin mengetat, meski pandangannya kian mengabur. Kepalanya mulai terasa pusing.

'Apa aku akan mati dengan cara seperti ini, Tuhan? Ini sangat tidak adil! Kenapa aku harus mati di tangan bajingan ini?' Batin Shanum menangis, merasa jika nasibnya begitu miris.

Dan nyatanya, tangisan Shanum tak digubris. Orhan terlihat puas sekali karena istrinya terlihat tak berdaya di tangannya.

Akan tetapi Orhan tidak akan membunuh Shanum hari ini, karena dia masih membutuhkan perempuan ini. Orhan tidak bisa melukai Shanum, sebab dia akan mengirimnya lagi pada pria itu.

Orhan hanya perlu mengancamnya sedikit, agar Shanum mau menuruti perkataannya. "Biar! Kamu pantas mendapat hukuman karena sudah berani melawan perintahku, Shanum! Aku akan membunuhmu saat ini juga."

Ancaman Orhan tak lantas membuat nyali Shanum menciut. Akan lebih baik jika dia mati saat ini juga. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi menjadi penebus utang suaminya yang berengsek ini..

"Bunuh saja aku, Orhan! Aku tidak takut!" ucap Shanum dengan lantang, kendati dia merasa akan kehilangan kesadaran karena pasokan oksigen yang kian menipis. Nyawanya seperti sedang di ujung tanduk. 

Orhan cukup terkesan dengan keberanian istrinya yang tidak takut dengan ancamannya. Namun, dia masih mempunyai cara untuk membuat istrinya menurut. 

Cengkeraman di rahang Shanum terlepas, Orhan lantas mengambil ponsel dari saku jaket kulitnya. Dia berniat menghubungi seseorang yang merupakan orang suruhannya, yang ada di sebuah panti jompo. 

"Oh, kamu menantangku, Shanum? Kalau begitu, aku akan meminta orang suruhanku untuk membunuh ibumu saja. Bagaimana? Ibu mertuaku yang pikun itu sudah banyak menyusahkanmu, bukan?" 

Shanum terbatuk-batuk seraya meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Wajahnya yang pucat pasi makin panik dan takut. 

Apabila sudah menyangkut ibunya, Shanum pasti akan langsung melunak. "Tidak! Jangan lakukan itu, Orhan! Jangan kamu sangkut pautkan ibuku. Dia tidak bersalah. Aku mohon …" Kedua telapak tangannya bahkan menangkup di bawah bibir.

Tangisan mengiba meluncur dari mulut Shanum, sementara Orhan tersenyum penuh kemenangan. Dia berhasil membuat Shanum patuh padanya. 

Seraya mengembalikan ponselnya ke saku jaket, Orhan berkata, "Kalau kamu tidak ingin aku melenyapkan ibumu, lebih baik kamu turuti saja keinginanku, Shanum. Dengan begitu, ibumu tidak akan pernah aku sentuh. Dia akan hidup tenang di panti jompo selamanya." Lalu, dia mengusap rambut Shanum. 

"Ba-baik. A-aku akan turuti perintahmu, Orhan. Tapi, kamu janji tidak akan pernah menyentuh ibuku," pinta Shanum mengiba sambil menggosok kedua telapak tangannya. 

Seringai kemenangan makin lebar di bibir Orhan. Dan pada akhirnya, dia membuat Shanum tidak memiliki pilihan lain selain 'patuh'. 

"Baiklah. Aku janji tidak akan pernah menyentuh ibumu, selama kamu mau menurut denganku."

Shanum mengangguk cepat. Air matanya menetes begitu deras. Sekeras apa pun dia berusaha melepaskan diri dari Orhan, maka usahanya itu hanya akan membawanya pada kesengsaraan lainnya. Shanum tidak akan sanggup jika harus sang ibu yang menanggung semua kesalahannya. 

"Aku akan turuti kemauanmu." 

"Oke. Kalau begitu kamu bisa bersiap-siap karena aku akan mengantarmu pada pria yang sudah menjualmu." 

Tanpa banyak membantah, Shanum bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap. Terpaksa dia izin libur pada atasannya. 

"Aku harus minta izin sama Tuan Ozkhan." 

****

Bab terkait

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Empat

    Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.'Apa dia juga berniat libur hari ini?'Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk."Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa."Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.Informasi barusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Lima

    Orhan dan Shanum langsung memasuki lift, sementara Emir masih mengikuti keduanya dengan sangat hati-hati. Beruntungnya di dalam lift tak hanya mereka bertiga yang berada dalam ruangan berjalan itu. Sebelumnya, sudah ada empat orang yang ada di dalamnya.Agar tidak ketahuan, Emir berinisiatif memakai masker yang selalu dia bawa ke mana pun saat sedang menjalani misi seperti ini. Tugasnya tak hanya menjadi asisten Ozkhan, tetapi dia merangkap menjadi mata-mata. Maka dari itu, tugas semacam ini bisa dengan mudah dia kerjakan.Dari tempatnya berdiri yang hanya berjarak beberapa jengkal saja dengan Shanum, Emir bisa mengamati gerak-gerik pasangan itu. Dari yang Emir lihat, jika Shanum hanya diam dan memasang raut cemas sekaligus khawatir.Sikap Orhan pun tak lepas dari pantauan Emir. Lelaki berambut ikal itu begitu bengis pada sang istri. Dari caranya memperlakukan Shanum yang tidak sewajarnya membuat Emir menjadi makin penasaran."Jaga sikap kamu, Shanum. Aku tidak mau kamu membuat kesala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Enam

    'Tuan Ozkhan?'Manik Shanum melebar, seakan-akan hendak loncat dari cangkangnya. Kedatangan Ozkhan adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan.Apa aku sedang bermimpi?Kenapa tiba-tiba ada Tuan Ozkhan di sini?Kenapa tiba-tiba dia tertarik menawarkan kesepakatan dengan Orhan?Masih ada banyak pertanyaan yang berjejalan di kepala perempuan dua puluh sembilan tahun itu. Namun, Shanum tidak ingin terlalu larut dalam pikiran-pikiran tidak penting tersebut.Saat ini yang terpenting adalah dia bisa kembali bebas dari pria kejam yang mungkin sedang menunggunya."Anda siapa lagi?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Orhan, sementara maniknya menatap tajam pria menjulang di hadapan. Dan yang paling menarik perhatian, tatapan pria parlente itu tak lepas menatap Shanum.'Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Shanum seperti itu?' Orhan membatin kesal."Bisa kita bicara di tempat lain?" kata Ozkhan."Tidak bisa. Untuk apa saya menuruti perintah Anda? Siapa Anda?" sungut Orhan.Barulah Ozkhan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Tujuh

    "Termasuk menjadi teman tidur Anda, Tuan Ozkhan," lanjut Shanum.Pernyataan Shanum yang menurut Ozkhan sangat berani, membuat lelaki itu cukup tercengang. Maka dari itu dia perlu menjelaskan. "Kamu sudah salah paham, Shanum," ujarnya, lalu mengalihkan pandangan pada hamparan laut di hadapan.Raut Shanum pias, melihat Ozkhan yang begitu santai menanggapinya. "Salah paham bagaimana, Tuan? Saya rasa Anda tidak mungkin membuang-buang uang sangat banyak untuk sekedar menolong saya. Apalagi, Anda juga menyewa saya selama tiga bulan.""Menyewa bukan berarti kamu harus melayani saya, Shanum," bantah Ozkhan, kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celana."Lalu, untuk apa Anda melakukan semua itu?" tuntut Shanum, tetapi dia buru-buru meralat. "Tidak. Maksud saya—""Saya hanya ingin menjauhkanmu dari suamimu itu, Shanum," sergah Ozkhan, memotong kalimat Shanum. "Selama tiga bulan ke depan kamu bisa bebas darinya. Kamu bisa hidup tenang tanpa tekanan dari dia.""Tuan …." Shanum kehabisan kata-k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Delapan

    Hampir tengah malam Ozkhan tiba di kediamannya. Ketika memasuki kamar, dia mendapati sang istri yang ternyata belum tidur. Numa sedang duduk bersandar di ranjang sambil menikmati segelas red wine.Melihat sang suami yang ternyata pulang, Numa pun tersenyum senang. Perempuan yang malam itu mengenakan piyama tidur sutra berwarna merah lantas buru-buru meletakkan gelasnya ke atas nakas.Numa hendak menghambur memeluk Ozkhan, tetapi hanya penolakan yang dia dapatkan. Bahkan sikap Ozkhan begitu dingin. "Aku merindukanmu, Ozkhan. Tidak bisakah kamu memberiku pelukan?"Permintaan Numa ditanggapi dengkusan oleh Ozkhan. Sambil meloloskan kancing lengan kemeja, dia berkata, "Sejak kapan hubungan kita sehangat itu, Numa?"Kedua telapak tangan Numa mengepal kuat di sisi tubuh. Dia berusaha mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menghela napas panjang.Numa pun baru sadar, jika rumah tangganya dengan Ozkhan memang tak pernah sehangat itu. Namun, dia ingin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sembilan

    "Masakanmu sangat lezat, Elis. Aku suka. Rasanya mirip makanan yang ada di restoran mahal."Shanum tidak bohong, makanan yang dimasak Elis sungguh mempunyai cita rasa mirip restoran ternama. Menu makanan yang pernah dia cicip saat diajak makan oleh Ozkhan.Pujian Shanum membuat Elis yang sedang mengupas buah apel tersenyum bangga. "Benarkah? Wah... Aku senang kalau kamu suka. Selama di sini, aku akan memasakkanmu makanan yang lezat."Elis menyodorkan apel yang sudah dipotong menjadi enam bagian dan diletakkan ke piring ke hadapan Shanum."Makanlah yang banyak. Biar badanmu tidak terlalu kurus seperti itu." Elis tak bermaksud menyindir Shanum karena waktu pertama kali melihat perempuan bermata teduh itu, dia merasa prihatin. Elis bisa merasakan jika Shanum selama ini banyak menanggung masalah."Tapi aku sangat nyaman dengan ukuran badanku," cicit Shanum, lalu mengambil satu potongan buah apel dan menggigitnya. "Manis.""No!" Elis menggeleng tak setuju. "Berapa berat badanmu?""Terakhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sepuluh

    Dua jam sebelumnya...Sekembali dari rumah ayahnya, Ozkhan langsung menuju ke sebuah Hotel bintang satu, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Pertemuan rahasia yang seharusnya dilakukan kemarin terpaksa diundur menjadi hari ini karena Ozkhan sibuk membantu Shanum.Tanpa sekretarisnya, Ozkhan masih bisa menghandle meeting tersebut dengan bantuan Emir tentunya. Lelaki itu berencana untuk mengembangkan proyek yang sedang dia persiapkan tanpa sepengetahuan ayahnya.Sebab itu, Ozkhan butuh pasokan dana dari investor luar agar proyeknya dapat segera terealisasi. Beberapa investor yang dia tunjuk semula ragu untuk memberikan bantuan, karena mereka sebelumnya sudah bekerjasama dengan Tuan Baris.Namun, bukan Ozkhan namanya jika tidak mendapat apa yang dia inginkan. Tiga dari lima investor setuju menjalin kerjasama karena percaya dengan kemampuan Ozkhan, yang tidak perlu diragukan lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sebelas

    Paginya, Numa terbangun setelah semalam dia dan sang suami kembali berhubungan setelah sekian lama. Akan tetapi, kesenangan semu itu harus sirna ketika dia tak mendapati Ozkhan di sisinya."Dia bangun sepagi ini?"Perasaan Numa kembali kesal, karena dia pikir akan ada adegan romantis yang berlanjut saat dia membuka mata. Namun, Ozkhan justru sudah tak ada di kamarnya."Semalam dia benar-benar berbeda. Dia seperti bukan Ozkhan yang kukenal."Tentu saja Numa sadar akan perubahan Ozkhan. Meski sudah lama tak berhubungan, dia tetap ingat—bagaimana cara Ozkhan memanjakan dirinya ketika sedang berhubungan.Perlakuan Ozkhan yang begitu hangat dan menggebu-gebu sempat membuat Numa merasa bahagia. Tak pernah dia melihat sorot mendamba semacam itu di mata suaminya."Apa dia berniat memperbaiki hubungan kami? Ah, apa pun alasannya, aku tidak peduli. Yang terpentin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    60~

    Sembilan tahun yang lalu~"Ayah, bagaimana? Apa kita berhasil mendapatkan yayasan itu? Kalau kita gagal mendapatkannya, maka aku pun akan gagal mendapatkan Ozkhan." Numa begitu bersemangat ketika mendengar sang ayah hendak menjodohkannya dengan Ozkhan—lelaki incarannya sejak dulu. Namun, ketika keluarga Baris meminta syarat, perasaan perempuan itu menjadi khawatir. Berbeda dengan putrinya, Tuan Ahmed justru terlihat santai dan tenang. Dia seakan tidak terlalu memikirkan syarat dari calon besannya tersebut. Pasalnya, diam-diam dia sudah berhasil membuat yayasan itu menjadi miliknya. "Pernikahanmu dan Ozkhan pasti akan terlaksana," ucap Tuan Ahmed, penuh percaya diri sambil mengeluarkan sesuatu dari laci meja kerja. "Itu artinya?" Manik Numa memicing, memerhatikan sang ayah yang kini mengulurkan sebuah map padanya. "Itu apa, Ayah?" "Lihatlah sendiri." Tanpa bertanya lagi, Numa pun bergegas mengambil map warna hitam tersebut. Dia membukanya, lalu mengeja tulisan pada bagian depan l

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    59~

    "Jadi, suamimu setuju dengan tawaran Tuan Ozkhan? Dia setuju menceraikanmu? Gila! Suamimu benar-benar sudah gila, Shanum!"Elis terkejut dengan apa yang diceritakan Shanum mengenai Orhan, yang tidak berpikir panjang hanya demi uang. Di sisi lain, dia prihatin dengan hidup Shanum, yang berurusan dengan lelaki berengsek dan serakah macam Orhan.Shanum meraup raut murungnya, hatinya kecewa dengan kenyataan pahit ini. Dia menyesal karena pernah mencintai Orhan, yang sama sekali tidak pernah menghargainya."Dia memang sudah gila, Elis. Sejak awal dia memang tidak pernah menganggapku sebagai istri. Dia hanya menganggapku sebagai mesin uang.""Laki-laki seperti itu pantasnya di tembak mati saja. Andai dia suamiku, sudah sejak lama dia sudah menjadi arwah." Decakan Elis sangat keras."Aku sendiri masih tidak menyangka, jika aku pernah menikahi pria semacam itu."Elis mengusap-usap pundak Shanum, yang makin terlihat murung dan sedih. "Kamu terlalu baik untuknya, Shanum. Memang sudah seharusnya

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    58~

    Shanum tentu terkejut dengan pertanyaan Ozkhan barusan. Dirinya hampir tak bisa berkata-kata. Hanya sepasang maniknya yang menatap wajah serius di hadapan. Menikah? Apa lelaki ini serius dengan perkataannya, pikir Shanum. Ozkhan menyadari keterkejutan yang tercetak jelas di wajah wanitanya ini. Sampai-sampai Shanum tak berkedip sedikit pun. "Shanum?" panggilnya, menyentuh pipi Shanum dengan punggung tangan. Shanum terhenyak, lantas buru-buru menjawab, "Ya?" Sepasang maniknya berkedip lugu, sambil menggigit bibir bawah. Sikap Shanum membuat Ozkhan gemas. Lelaki itu lantas meraih tangan Shanum, dan menuntunnya ke meja mini bar. "Lebih baik kita duduk." Ozkhan meminta Shanum supaya duduk di stollbar, agar dia bisa bicara dengan santai dan nyaman. Shanum pun menurut, duduk di stollbar sambil memerhatikan Ozkhan yang saat ini sedang mengambil botol white wine di rak kaca. Sejurus kemudian, Ozkhan mengambil dua gelas berkaki tinggi dari pantry. Ozkhan membuka botol wine di tangan meng

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    57~

    "Shanum, minumlah." Elis menyodorkan segelas air dingin untuk Shanum, yang terlihat sedang tidak baik-baik saja sejak tiba beberapa waktu yang lalu..Shanum mengambil gelas air yang disodorkan Elis. "Terima kasih, Elis." Lantas dia meneguk air tersebut dengan perlahan sampai tersisa separuh, kemudian dia meletakkan gelas tersebut di meja makan.Elis menatap kasihan pada Shanum, lalu dia duduk di samping perempuan kesayangan Ozkhan itu. Elis turut kesal atas apa yang dilakukan oleh Numa pada Shanum, dan dia cukup lega karena mantan majikannya itu tidak berhasil dengan rencananya."Aku mengira kalau tadi aku akan ketahuan, Elis." Debaran jantung Shanum masih belum stabil akibat insiden tak terduga yang dia alami.Hampir ketahuan oleh Numa merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan di benak Shanum."Bagaimana bisa nyonya Numa tahu segalanya soal mobil Tuan Ozkhan?" gumamnya."Itu bukan suatu hal yang sulit baginya, Shanum," sahut Elis, membuat Shanum sontak menatap perempuan yang menget

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    56~

    Pedro tak berhenti berupaya untuk menghindari kejaran mobil yang dia sangka Keenan dan Numa, dengan mempercepat laju mobil yang dikendarainya. Belum lagi mobil lain yang turut mengejar. Ketiga mobil tersebut saling berkejaran di jalanan yang lengang dan sepi. Sementara itu di kursi penumpang, seseorang yang menjadi target sedang dalam keadaan takut serta panik. Shanum nampak terlihat sangat gusar sekaligus cemas. Dia tidak mengerti—kenapa tiba-tiba ada yang mengikutinya sampai senekat ini. "Pedro sebenarnya siapa mereka? Kenapa mereka mengejar kita?" tanya Shanum yang sudah tidak bisa menahan diri sebab situasi, yang kian mengkhawatirkan. Pedro menoleh ke belakang sekilas, lalu berkata dengan ragu, "Sepertinya mereka itu Tuan Keenan dan Nyonya Numa, Shanum." Bola mata Shanum seketika membelalak. "A-apa? Jadi, yang di dalam mobil itu nyonya Numa?" Sejurus kemudian Shanum menoleh ke belakang untuk sekadar memastikan. Beruntung kaca mobil yang dibeli Ozkhan cukup gelap dan tidak tem

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    55~

    Di sebuah apartemen~Sepasang kekasih tengah mengadu kasih di sebuah kamar apartemen mewah bercahaya temaram. Terlihat sang wanita lebih dominan dalam permainan panas tersebut. "Oh, Keenan ...." Numa melenguh panjang seiring klimaks yang dia raih begitu terasa nikmat luar biasa. Tubuh langsing itu ambruk di dada bidang lelakinya disertai deru napas memburu dan bersahutan. Keenan menyeringai setelah dia pun mendapat kepuasan dari wanitanya yang datang mendadak tanpa mengabari terlebih dahulu. Dia mengecup puncak kepala Numa, sambil mengusap-usap punggung telanjang berpeluh itu. Sejenak keduanya saling meresapi sisa-sisa kenikmatan dalam diam. Keenan membiarkan Numa terkulai di atas dadanya. Namun, keheningan tersebut tak berlangsung lama sebab tiba-tiba dering ponsel menggema. Numa yang hapal dengan dering ponsel miliknya bergegas menoleh pada nakas, lalu dia meraih benda pipih itu. Nama si pemanggil membuat perempuan itu lekas menjawab panggilan tersebut. "Halo? Ada apa?" Numa

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    54~

    "Ada keperluan apa kamu ke tempat kantor saya?"Ozkhan langsung pada intinya ketika sosok pria tak tahu malu, yang dua bulan lalu tega menjual istrinya sendiri pada pria lain sudah berdiri di hadapan. Kedatangan Orhan ke tempat ini pastinya menimbulkan rasa ketidaksukaan di diri Ozkhan. Apalagi, lelaki itu dengan percaya dirinya mencari Shanum, yang jelas-jelas belum bisa ditemui dengan sesuka hati. "Maaf, kalau kedatangan saya sudah mengganggu Anda, Tuan ... Ozkhan," kata Orhan setelah cukup puas memerhatikan suasana di dalam ruangan Ozkhan, yang menurutnya sangat luas dan mewah. Orhan lantas tersenyum tipis sekilas, melirik Emir yang setia berdiri di pintu ruangan itu. Kemudian, Orhan beralih pada Ozkhan yang sedari tadi memasang raut tak suka. Gerak-gerik Orhan membuat Ozkhan makin jengah, dan tak betah berlama-lama. Dia harus mengingatkan lelaki tak tahu diri ini sekali lagi—mengenai kesepakatan yang sudah dia setujui dua bulan lalu. "Kalau tujuan kamu datang ke sini untuk me

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    53~

    "Apa kamu yakin kalau itu plat nomor mobil baru suami saya?" tanya Numa yang saat ini sedang melakukan panggilan telepon, dengan seseorang yang dia sewa untuk mencari tahu keberadaan mobil Ozkhan yang baru."Saya cukup yakin, Nyonya."Belum reda rasa panas akibat menahan kesal lantaran sang suami diam-diam membeli mobil, yang Numa pikir untuknya. Kini dia harus menelan kenyataan—jika Ozkhan benar-benar memiliki seseorang yang spesial.Numa mendapat alamat apartemen yang dibeli Ozkhan dari temannya. Dan yang sangat mengejutkan ialah apartemen tersebut sudah dihuni oleh seseorang. Mobil yang dibeli Ozkhan pun ada di basement gedung itu. "Fotokan dan kirimkan secepatnya ke saya," titah Numa, sambil memijat pelipis yang tidak berhenti berdenyut sejak tadi malam. "Baik, Nyonya."Panggilan diputus lebih dulu oleh Numa, kemudian selang beberapa detik sebuah pesan bergambar masuk. Numa bergegas membuka foto yang dia minta pada orang suruhannya.Ketika melihat penampakan foto mobil yang terp

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    52~

    Malam ini lagi-lagi Ozkhan pergi dari rumah setelah berdebat panjang dengan Numa. Dia tidak akan bisa dan tidak pernah betah jika berlama-lama berada di satu ruangan, dengan perempuan yang sudah terlalu banyak membohonginya. Dengan kata lain Ozkhan sudah muak dengan istrinya itu. Hanya di tempat inilah dia merasa tenang dan damai. Hanya di sisi perempuan inilah Ozkhan bisa menjadi diri sendiri. Siapa lagi kalau bukan—Shanum. Shanum satu-satunya seseorang yang kini menjadi tempat tujuan Ozkhan pulang. Beberapa menit yang lalu, di kamar bercahaya temaram ini, Ozkhan duduk di tepi ranjang sambil memandangi wajah damai wanita kesayangannya yang sedang terlelap. Sengaja dia tidak membangunkan Shanum agar dia bisa berlama-lama menatap wajah wanitanya yang begitu cantik, kemudian memberinya kecupan di kening. Entah mengapa, bila memandang wajah Shanum yang teduh dan menenangkan dapat membuat Ozkhan melupakan segala masalahnya. "Saya sangat menyayangi kamu, Shanum. Saya ingin kamu tetap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status