Share

Tiga

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2024-10-15 22:00:10

"Kapan dia pergi? Kenapa dia tidak membangunkanku," gumam Ozkhan.

Ketika terbangun, Ozkhan tak mendapati Shanum di sampingnya. Perempuan itu pergi tanpa berpamitan sekaligus meninggalkan banyak pertanyaan dalam benak lelaki tiga puluh delapan tahun itu.

Di bawah kucuran air shower, Ozkhan merenung. Sekelebat adegan-adegan panas yang dia lalui bersama dengan sang sekretaris tiba-tiba muncul di ingatan, membuat Ozkhan merasakan sesuatu yang tidak dapat dijabarkan dengan kata-kata.

Desahan frustrasi meluncur dari bibir Ozkhan. "Pasti dia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Sial! Harusnya semalam aku bisa mengontrol diri."

Kekesalan muncul dalam benak Ozkhan, sebab dia merasa apa yang dilakukannya pada Shanum kemungkinan sudah keterlaluan. Kemarahan akan sesuatu membuat dia kehilangan kendali.

Beberapa foto yang dikirimkan orang kepercayaannya menjadi pemicu. Ozkhan sadar, jika seharusnya dia tak melampiaskannya pada Shanum.

"Semua ini gara-gara wanita itu. Dia pikir, aku tidak pernah mengawasinya. Aku tahu semuanya selama ini, tapi aku sengaja diam."

Rahang Ozkhan mengetat, kesal karena selama ini dia sengaja diam demi menjaga nama baik keluarga besarnya. Termasuk sang ayah.

****

Sementara itu, Orhan terlihat marah besar di rumahnya. Semalam dia dihubungi oleh orang yang sudah akan meniduri istrinya. Orang itu memaki bahkan mengancam Orhan jika sampai dalam waktu dua puluh empat jam dia tidak membawa kembali Shanum.

Ancaman tersebut jelas membuat Orhan panik dan takut. Dia tidak menyangka jika Shanum bisa dengan mudah kabur. Padahal, dia sudah memperkirakan jika rencananya akan berhasil.

"Ke mana perginya wanita jalang itu? Siapa yang membantunya kabur?"

Sudah puluhan kali Orhan mencoba menghubungi ponsel Shanum, tetapi tidak ada jawaban. Dan Orhan pikir, Shanum pasti pulang ke rumah.

Namun, ketika tiba di rumah, Shanum tidak ada. Orhan bahkan tidak tidur, demi menunggu kedatangan istrinya.

"Apa jangan-jangan dia pergi ke suatu tempat? Kalau benar Shanum pergi, akulah yang akan mati. Tidak! Aku tidak mau mati sia-sia di tangan pria itu. Bagaimana pun caranya, aku harus menemukan Shanum."

Orhan lantas tak banyak berpikir. Dia langsung bergegas untuk mencari Shanum. Namun, ketika dia hendak membuka pintu, sang istri pun muncul di hadapan.

"Orhan?"

Tubuh Shanum menegang manakala mendapati sorot tajam penuh amarah dari suaminya. Dia cukup hapal dengan tatapan itu. Seketika dia menyesal karena memilih pulang ke neraka ini.

"Akhirnya kamu pulang, Shanum."

Seringai jahat terbit di sudut bibir Orhan. Tanpa berlama-lama, dia langsung menarik tangan Shanum, membawanya masuk ke dalam rumah. Orhan mengunci pintu agar istri tak tahu dirinya ini tidak bisa lagi pergi ke mana-mana.

Shanum yang merasa terancam bergegas berlari menuju kamar, agar Orhan tak bisa menyakitinya seperti yang sudah-sudah. Akan tetapi, dia kalah cepat. Orhan lebih dulu menahan pergelangan tangan Shanum.

"Mau ke mana kamu, Shanum? Kamu pikir, aku tidak tahu kalau semalam kamu kabur, huh?" Raut Orhan begitu menakutkan, bahkan dia mencengkeram kuat pergelangan tangan Shanum yang kecil.

Rasanya, Orhan akan mematahkan tangan Shanum. "Orhan, sakit…."

Akan tetapi Orhan tak peduli pada rintihan kesakitan sang istri. Tak cukup pada pergelangan tangan, Orhan lantas mendorong Shanum sampai punggung wanita itu membentur tembok.

"Argh!" Shanum berteriak, saat merasa tulang punggungnya nyaris remuk. "Orhan, lepaskan aku! ini sakit!"

"Sakit?" Tawa puas meluncur dari mulut Orhan. "Ini akibatnya kalau kamu sudah berani membantahku, Shanum. Harusnya kamu tidak kabur dan membuat pria itu marah bahkan mengancamku." Kelima jari Orhan mencengkeram kuat rahang Shanum..

"Aku kabur karena aku tidak mau ditiduri pria menakutkan itu, Orhan. Kamu tega menjadikanku sebagai penebus utangmu. Kamu sudah menjebakku. Kamu sudah gila, Orhan!"

Sekuat tenaga Shanum melepas cengkeraman tangan Orhan, tetapi tidak berhasil. Tenaganya kalah jauh. Apalagi dia belum tidur sama sekali sejak semalam.

"Apa salahnya membantu suamimu sendiri? Aku juga tidak menyuruhmu melakukannya setiap hari? Aku hanya memintamu untuk melayaninya semalam saja. Itu saja! Tapi kamu malah membuat masalah dan kabur." Cengkeraman Orhan makin menguat, bahkan dia pun tidak segan mencekik Shanum.

Shanum kelimpungan. Cekikan Orhan begitu menyiksa. Rautnya memucat karena napasnya hampir habis.

"O… Orh… Orhan… To-long, le-paskan a-ku. I-Ini sangat sakit. A-aku bisa ma-ti." Sebisa mungkin Shanum melepaskan cekikan Orhan yang makin mengetat, meski pandangannya kian mengabur. Kepalanya mulai terasa pusing.

'Apa aku akan mati dengan cara seperti ini, Tuhan? Ini sangat tidak adil! Kenapa aku harus mati di tangan bajingan ini?' Batin Shanum menangis, merasa jika nasibnya begitu miris.

Dan nyatanya, tangisan Shanum tak digubris. Orhan terlihat puas sekali karena istrinya terlihat tak berdaya di tangannya.

Akan tetapi Orhan tidak akan membunuh Shanum hari ini, karena dia masih membutuhkan perempuan ini. Orhan tidak bisa melukai Shanum, sebab dia akan mengirimnya lagi pada pria itu.

Orhan hanya perlu mengancamnya sedikit, agar Shanum mau menuruti perkataannya. "Biar! Kamu pantas mendapat hukuman karena sudah berani melawan perintahku, Shanum! Aku akan membunuhmu saat ini juga."

Ancaman Orhan tak lantas membuat nyali Shanum menciut. Akan lebih baik jika dia mati saat ini juga. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi menjadi penebus utang suaminya yang berengsek ini..

"Bunuh saja aku, Orhan! Aku tidak takut!" ucap Shanum dengan lantang, kendati dia merasa akan kehilangan kesadaran karena pasokan oksigen yang kian menipis. Nyawanya seperti sedang di ujung tanduk. 

Orhan cukup terkesan dengan keberanian istrinya yang tidak takut dengan ancamannya. Namun, dia masih mempunyai cara untuk membuat istrinya menurut. 

Cengkeraman di rahang Shanum terlepas, Orhan lantas mengambil ponsel dari saku jaket kulitnya. Dia berniat menghubungi seseorang yang merupakan orang suruhannya, yang ada di sebuah panti jompo. 

"Oh, kamu menantangku, Shanum? Kalau begitu, aku akan meminta orang suruhanku untuk membunuh ibumu saja. Bagaimana? Ibu mertuaku yang pikun itu sudah banyak menyusahkanmu, bukan?" 

Shanum terbatuk-batuk seraya meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Wajahnya yang pucat pasi makin panik dan takut. 

Apabila sudah menyangkut ibunya, Shanum pasti akan langsung melunak. "Tidak! Jangan lakukan itu, Orhan! Jangan kamu sangkut pautkan ibuku. Dia tidak bersalah. Aku mohon …" Kedua telapak tangannya bahkan menangkup di bawah bibir.

Tangisan mengiba meluncur dari mulut Shanum, sementara Orhan tersenyum penuh kemenangan. Dia berhasil membuat Shanum patuh padanya. 

Seraya mengembalikan ponselnya ke saku jaket, Orhan berkata, "Kalau kamu tidak ingin aku melenyapkan ibumu, lebih baik kamu turuti saja keinginanku, Shanum. Dengan begitu, ibumu tidak akan pernah aku sentuh. Dia akan hidup tenang di panti jompo selamanya." Lalu, dia mengusap rambut Shanum. 

"Ba-baik. A-aku akan turuti perintahmu, Orhan. Tapi, kamu janji tidak akan pernah menyentuh ibuku," pinta Shanum mengiba sambil menggosok kedua telapak tangannya. 

Seringai kemenangan makin lebar di bibir Orhan. Dan pada akhirnya, dia membuat Shanum tidak memiliki pilihan lain selain 'patuh'. 

"Baiklah. Aku janji tidak akan pernah menyentuh ibumu, selama kamu mau menurut denganku."

Shanum mengangguk cepat. Air matanya menetes begitu deras. Sekeras apa pun dia berusaha melepaskan diri dari Orhan, maka usahanya itu hanya akan membawanya pada kesengsaraan lainnya. Shanum tidak akan sanggup jika harus sang ibu yang menanggung semua kesalahannya. 

"Aku akan turuti kemauanmu." 

"Oke. Kalau begitu kamu bisa bersiap-siap karena aku akan mengantarmu pada pria yang sudah menjualmu." 

Tanpa banyak membantah, Shanum bergegas menuju kamar untuk bersiap-siap. Terpaksa dia izin libur pada atasannya. 

"Aku harus minta izin sama Tuan Ozkhan." 

****

Related chapters

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Empat

    Dari hotel, Ozkhan sengaja langsung berangkat ke kantor. Selain dia tidak suka mondar-mandir, Ozkhan juga sedang ingin menghindari istrinya.Namun, ketika melewati meja sekretaris, Ozkhan tak melihat keberadaan Shanum di sana. Padahal, biasanya sekretarisnya itu selalu datang tepat waktu dan paling awal darinya.Seketika, Ozkhan pun kepikiran masalah semalam.'Apa dia juga berniat libur hari ini?'Belum lama Shanum bekerja dengan Ozkhan. Dan sekarang, dia malah terlibat masalah pribadi yang sangat sensitif. Entah harus bagaimana Ozkhan mengambil sikap setelah ini.Ozkhan menduduki kursi, tak lama kemudian asisten kepercayaannya masuk."Selamat pagi, Tuan." Emir memberi salam hormat pada atasannya dengan anggukan kecil.Sementara Ozkhan hanya membalasnya dengan anggukan sambil mengeluarkan ponsel dari saku jas. Raut dan sorot matanya begitu datar seperti biasa."Sepertinya hari ini Shanum izin tidak masuk, Tuan," ucap Emir, sekadar memberi informasi pada sang atasan.Informasi barusan

    Last Updated : 2024-10-19
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Lima

    Orhan dan Shanum langsung memasuki lift, sementara Emir masih mengikuti keduanya dengan sangat hati-hati. Beruntungnya di dalam lift tak hanya mereka bertiga yang berada dalam ruangan berjalan itu. Sebelumnya, sudah ada empat orang yang ada di dalamnya.Agar tidak ketahuan, Emir berinisiatif memakai masker yang selalu dia bawa ke mana pun saat sedang menjalani misi seperti ini. Tugasnya tak hanya menjadi asisten Ozkhan, tetapi dia merangkap menjadi mata-mata. Maka dari itu, tugas semacam ini bisa dengan mudah dia kerjakan.Dari tempatnya berdiri yang hanya berjarak beberapa jengkal saja dengan Shanum, Emir bisa mengamati gerak-gerik pasangan itu. Dari yang Emir lihat, jika Shanum hanya diam dan memasang raut cemas sekaligus khawatir.Sikap Orhan pun tak lepas dari pantauan Emir. Lelaki berambut ikal itu begitu bengis pada sang istri. Dari caranya memperlakukan Shanum yang tidak sewajarnya membuat Emir menjadi makin penasaran."Jaga sikap kamu, Shanum. Aku tidak mau kamu membuat kesala

    Last Updated : 2024-10-20
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Enam

    'Tuan Ozkhan?'Manik Shanum melebar, seakan-akan hendak loncat dari cangkangnya. Kedatangan Ozkhan adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan.Apa aku sedang bermimpi?Kenapa tiba-tiba ada Tuan Ozkhan di sini?Kenapa tiba-tiba dia tertarik menawarkan kesepakatan dengan Orhan?Masih ada banyak pertanyaan yang berjejalan di kepala perempuan dua puluh sembilan tahun itu. Namun, Shanum tidak ingin terlalu larut dalam pikiran-pikiran tidak penting tersebut.Saat ini yang terpenting adalah dia bisa kembali bebas dari pria kejam yang mungkin sedang menunggunya."Anda siapa lagi?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Orhan, sementara maniknya menatap tajam pria menjulang di hadapan. Dan yang paling menarik perhatian, tatapan pria parlente itu tak lepas menatap Shanum.'Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia menatap Shanum seperti itu?' Orhan membatin kesal."Bisa kita bicara di tempat lain?" kata Ozkhan."Tidak bisa. Untuk apa saya menuruti perintah Anda? Siapa Anda?" sungut Orhan.Barulah Ozkhan m

    Last Updated : 2024-10-26
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Tujuh

    "Termasuk menjadi teman tidur Anda, Tuan Ozkhan," lanjut Shanum.Pernyataan Shanum yang menurut Ozkhan sangat berani, membuat lelaki itu cukup tercengang. Maka dari itu dia perlu menjelaskan. "Kamu sudah salah paham, Shanum," ujarnya, lalu mengalihkan pandangan pada hamparan laut di hadapan.Raut Shanum pias, melihat Ozkhan yang begitu santai menanggapinya. "Salah paham bagaimana, Tuan? Saya rasa Anda tidak mungkin membuang-buang uang sangat banyak untuk sekedar menolong saya. Apalagi, Anda juga menyewa saya selama tiga bulan.""Menyewa bukan berarti kamu harus melayani saya, Shanum," bantah Ozkhan, kemudian memasukkan kedua tangan ke saku celana."Lalu, untuk apa Anda melakukan semua itu?" tuntut Shanum, tetapi dia buru-buru meralat. "Tidak. Maksud saya—""Saya hanya ingin menjauhkanmu dari suamimu itu, Shanum," sergah Ozkhan, memotong kalimat Shanum. "Selama tiga bulan ke depan kamu bisa bebas darinya. Kamu bisa hidup tenang tanpa tekanan dari dia.""Tuan …." Shanum kehabisan kata-k

    Last Updated : 2024-11-02
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Delapan

    Hampir tengah malam Ozkhan tiba di kediamannya. Ketika memasuki kamar, dia mendapati sang istri yang ternyata belum tidur. Numa sedang duduk bersandar di ranjang sambil menikmati segelas red wine.Melihat sang suami yang ternyata pulang, Numa pun tersenyum senang. Perempuan yang malam itu mengenakan piyama tidur sutra berwarna merah lantas buru-buru meletakkan gelasnya ke atas nakas.Numa hendak menghambur memeluk Ozkhan, tetapi hanya penolakan yang dia dapatkan. Bahkan sikap Ozkhan begitu dingin. "Aku merindukanmu, Ozkhan. Tidak bisakah kamu memberiku pelukan?"Permintaan Numa ditanggapi dengkusan oleh Ozkhan. Sambil meloloskan kancing lengan kemeja, dia berkata, "Sejak kapan hubungan kita sehangat itu, Numa?"Kedua telapak tangan Numa mengepal kuat di sisi tubuh. Dia berusaha mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menghela napas panjang.Numa pun baru sadar, jika rumah tangganya dengan Ozkhan memang tak pernah sehangat itu. Namun, dia ingin

    Last Updated : 2024-11-03
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sembilan

    "Masakanmu sangat lezat, Elis. Aku suka. Rasanya mirip makanan yang ada di restoran mahal."Shanum tidak bohong, makanan yang dimasak Elis sungguh mempunyai cita rasa mirip restoran ternama. Menu makanan yang pernah dia cicip saat diajak makan oleh Ozkhan.Pujian Shanum membuat Elis yang sedang mengupas buah apel tersenyum bangga. "Benarkah? Wah... Aku senang kalau kamu suka. Selama di sini, aku akan memasakkanmu makanan yang lezat."Elis menyodorkan apel yang sudah dipotong menjadi enam bagian dan diletakkan ke piring ke hadapan Shanum."Makanlah yang banyak. Biar badanmu tidak terlalu kurus seperti itu." Elis tak bermaksud menyindir Shanum karena waktu pertama kali melihat perempuan bermata teduh itu, dia merasa prihatin. Elis bisa merasakan jika Shanum selama ini banyak menanggung masalah."Tapi aku sangat nyaman dengan ukuran badanku," cicit Shanum, lalu mengambil satu potongan buah apel dan menggigitnya. "Manis.""No!" Elis menggeleng tak setuju. "Berapa berat badanmu?""Terakhir

    Last Updated : 2024-11-06
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sepuluh

    Dua jam sebelumnya...Sekembali dari rumah ayahnya, Ozkhan langsung menuju ke sebuah Hotel bintang satu, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Pertemuan rahasia yang seharusnya dilakukan kemarin terpaksa diundur menjadi hari ini karena Ozkhan sibuk membantu Shanum.Tanpa sekretarisnya, Ozkhan masih bisa menghandle meeting tersebut dengan bantuan Emir tentunya. Lelaki itu berencana untuk mengembangkan proyek yang sedang dia persiapkan tanpa sepengetahuan ayahnya.Sebab itu, Ozkhan butuh pasokan dana dari investor luar agar proyeknya dapat segera terealisasi. Beberapa investor yang dia tunjuk semula ragu untuk memberikan bantuan, karena mereka sebelumnya sudah bekerjasama dengan Tuan Baris.Namun, bukan Ozkhan namanya jika tidak mendapat apa yang dia inginkan. Tiga dari lima investor setuju menjalin kerjasama karena percaya dengan kemampuan Ozkhan, yang tidak perlu diragukan lagi.

    Last Updated : 2024-11-09
  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    Sebelas

    Paginya, Numa terbangun setelah semalam dia dan sang suami kembali berhubungan setelah sekian lama. Akan tetapi, kesenangan semu itu harus sirna ketika dia tak mendapati Ozkhan di sisinya."Dia bangun sepagi ini?"Perasaan Numa kembali kesal, karena dia pikir akan ada adegan romantis yang berlanjut saat dia membuka mata. Namun, Ozkhan justru sudah tak ada di kamarnya."Semalam dia benar-benar berbeda. Dia seperti bukan Ozkhan yang kukenal."Tentu saja Numa sadar akan perubahan Ozkhan. Meski sudah lama tak berhubungan, dia tetap ingat—bagaimana cara Ozkhan memanjakan dirinya ketika sedang berhubungan.Perlakuan Ozkhan yang begitu hangat dan menggebu-gebu sempat membuat Numa merasa bahagia. Tak pernah dia melihat sorot mendamba semacam itu di mata suaminya."Apa dia berniat memperbaiki hubungan kami? Ah, apa pun alasannya, aku tidak peduli. Yang terpentin

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    51~

    Numa berdeham, menelan ludah lalu bertanya, "Ozkhan, apa benar kamu membeli apartemen dan mobil baru?" Perhatian Ozkhan sontak teralihkan karena pertanyaan Numa. Pria itu menatap sang istri dengan sorot penuh makna. Raut datarnya tak menampakkan ekspresi sedikit pun. Dalam hal ini Ozkhan perlu berhati-hati memberi jawaban, sebab ada sangkut pautnya dengan Shanum. Namun, Ozkhan sudah bisa menebak jika hal ini akan terjadi. Pasalnya, dia membeli mobil tersebut di showroom milik suami dari teman dekat Numa. Lalu apartemen, dia membelinya dari salah satu partner bisnisnya. Ozkhan menghela, seraya memicing sepasang mata, dia berkata, "Apa sekarang kamu sedang menginterogasiku?"Numa mengerjap gugup, terlihat jelas di sini justru dia yang terpojok. Alih-alih menjawab, suaminya ini malah bertanya balik. Lantas, Numa harus menjawab apa, agar Ozkhan tidak tersinggung? "A-aku tidak bermaksud demikian, Ozkhan. Aku hanya ingin memastikan saja," jawab Numa hati-hati. Selanjutnya dia menggigit

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    50~

    [Malam ini saya berencana pulang ke rumah. Saya sudah meminta Elis untuk menemani kamu, di apartemen. Kamu tidak keberatan 'kan?]Sederet pesan singkat dari Ozkhan, membuat Shanum tersenyum lega. Pasalnya, dia sama sekali tidak merasa keberatan dengan rencana atasannya itu. Shanum justru senang karena Ozkhan memilih pulang malam ini. [Tidak masalah, Tuan. Saya justru senang karena saya yakin Ghul juga merasa sangat senang bertemu ayahnya malam ini.] Pesan balasan segera dikirim Shanum.. Sementara dia bergegas keluar kamar untuk menemui Elis yang sedang berada di ruang tamu. "Elis," panggil Shanum, menghampiri Elis yang langsung menoleh ke arahnya. "Ya, ada apa?" tanya Elis. Shanum duduk di samping Elis. "Kamu sudah dapat pesan dari Tuan Ozkhan, bukan?" Elis mengangguk. "Sudah. Malam ini aku menginap di sini." "Baguslah. Temani aku di sini. Kamu bisa tidur di kamar itu." Telunjuk Shanum mengarah pada kamar kosong yang bersebelahan dengan kamarnya. Pandangan Elis tertuju pada ka

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    49~

    Ditinggal libur selama beberapa hari untuk merawat Shanum, nyatanya tidak membuat Ozkhan keteteran dengan pekerjaannya. Selama ada Emir dan bawahan lainya, Ozkhan hanya menerima beres. Usaha Ozkhan pun membuahkan hasil. Calon investor dari Dubai memberikan kabar yang sudah tiga hari ini dia tunggu-tunggu. Impiannya yang ingin membangun sebuah resort mewah sebentar lagi akan terwujud. "Akhirnya, aku bisa mewujudkan proyek besar ini." Tak henti-hentinya Ozkhan bersyukur, sejak satu jam yang lalu setelah menerima email dari Tuan Malik—investor yang dia temui secara tidak sengaja di Dubai tempo hari. "Tidak sia-sia aku berangkat ke sana." Waktu perjalanan bisnis tempo hari, niat Ozkhan mendatangi beberapa investor yang selama ini mendukung perusahaan sang ayah untuk memperpanjang kontrak kerja sama. Namun, secara tidak sengaja dia diperkenalkan dengan Tuan Malik di jamuan makan malam. Sebagai seorang pengusaha yang berniat merintis bisnis sendiri, Ozkhan tentu tak menyia-nyiakan kes

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    48~

    Keesokan paginya...Ozkhan yang hari ini berniat menyudahi liburnya sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Pria itu berdiri menghadap standing mirror sambil mengancing kancing lengan kemeja putihnya. "Mau saya bantu memakaikan dasi, Tuan?" tanya Shanum yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri. Perempuan yang hanya mengenakan bathrobe dan rambut basahnya dibungkus handuk melangkah mendekati Ozkhan. "Dengan senang hati." Lengan Ozkhan langsung meraih pinggang Shanum supaya lebih merapat padanya. Sementara tangannya yang bebas meraih dasi warna netral yang tergeletak di meja rias.Shanum mengambil kain panjang berwarna netral itu dari tangan Ozkhan, kemudian mulai memasangnya di leher sang atasan yang memandangnya dengan tatapan memuja.Berada seintim ini dengan Ozkhan mulai membuat Shanum terbiasa. Perempuan itu tak lagi merasa canggung mau pun sungkan semenjak Ozkhan memberinya perhatian yang berlimpah serta kasih sayang yang begitu tulus. "Selesai." Sha

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    47~

    "Tuan..." Shanum menyusul keluar lantaran dia kepikiran perihal Hakkan yang rupanya sudah tidak berada di unitnya. Shanum hanya melihat keberadaan Ozkhan yang sedang duduk di mini bar. Ozkhan menoleh ke arah Shanum yang melangkah mendekat. "Shanum, kenapa kamu keluar kamar?" tanyanya seraya bergegas berdiri untuk menghampiri wanitanya. Sikap Ozkhan yang berlebihan membuat Shanum sudah terbiasa akan hal itu. "Saya bosan di kamar, Tuan. Lagipula saya juga sudah baik-baik saja." Ozkhan menghela, tak ingin protes lagi. Dia pun merasa—tidak ada salahnya jika Shanum keluar kamar. "Duduklah di sini." Ozkhan menuntun Shanum duduk di sofa, kemudian pergi ke pantry untuk mengambil sesuatu. Shanum hanya memerhatikan Ozkhan dari tempatnya sambil tersenyum. Beberapa hari ini atasannya itu benar-benar menjaga dan merawatnya seperti seorang suami yang siaga. Selama menikah, Orhan bahkan tidak pernah memasakkan sesuatu untuk Shanum. Jangankan memasak, memberi uang saja kalau suaminya itu ingat

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    46~

    "Lukanya sudah tidak apa-apa," ucap Hakkan, setelah memeriksa kondisi luka sayatan di telapak tangan dan paha Shanum yang sudah terlihat mengering. "Sudah tidak perlu dibalut kasa lagi. Dan sudah boleh kena air," imbuhnya, sambil melirik Ozkhan yang sedari tadi menatapnya penuh kesal. Kira-kira ada apa dengan Ozkhan? Temannya itu sejak tadi masam dan terkesan seperti orang yang cemburu, pikir Hakkan. "Terima kasih, Dokter," ucap Shanum. "Sama-sama. Lain kali jangan diulangi lagi. Seandainya tiba-tiba keinginan itu muncul kembali, akan lebih baik kamu mengalihkan fokusmu. Atur napas dan jangan sekali-kali kamu memejamkan mata. Karena dengan begitu, kamu bisa mengontrol diri agar tidak berbuat nekad lagi." "Ya. Saya mengerti." Shanum mengangguk paham, dan memandang Ozkhan yang nampaknya tidak tertarik untuk ikut diskusi. Hakkan menutuskan untuk pergi dari kamar Shanum sebab tugasnya sudah selesai. Namun sebelum itu ada hal penting yang ingin dia tanyakan pada Ozkhan. Hakkan berdeh

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    45~

    "A-apa?" Shanum nampak terkejut dengan apa yang diungkapkan Ozkhan. "Tuan adalah pria yang menolong saya?" Ozkhan mengangguk. "Ya." Air mata Shanum jatuh satu persatu di pipi saking terharunya. Akhirnya dia bisa dipertemukan oleh malaikat penolongnya di malam nahas itu. Perasaannya sungguh senang luar biasa. Shanum mengusap air mata, menghela napas panjang, kemudian berkata, "Anda tahu, Tuan. Seberapa ingin saya dipertemukan oleh pria yang menolong saya saat itu? Dan bila Tuhan memberikan saya kesempatan untuk bertemu dengan pria itu, saya ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya sama dia." Telapak tangan Shanum terangkat, lalu dia sentuh rahang Ozkhan yang berambut. Maniknya menatap sendu wajah pria yang ternyata pernah menolongnya dua tahun lalu. Apakah ini takdir?Shanum berkata lagi, "Ternyata Anda kembali membatu saya, Tuan. Anda terus menolong saya yang lemah ini. Saya harus membalasnya dengan apa, Tuan? Katakan." Ozkhan memeluk erat Shanum. "Kamu tidak perlu memb

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    44~

    Pagi harinya...Kelopak mata berbulu lentik itu terbuka perlahan. Hal pertama yang ditatap adalah langit-langit kamar dengan pencahayaan temaram. Aroma lavender menyeruak ke penciuman Shanum. "Di mana aku?" Nampak dari ekspresi wajah Shanum, jika dia merasa asing dengan ruangan mewah ini. Manik bulatnya bergulir ke seluruh penjuru ruang yang bersuhu agak rendah dan sangat harum itu. 'Ini kamar siapa?' Shanum membatin bingung dengan keberadaannya sekarang ini. Seingat perempuan itu, dia sedang berada di taman belakang yayasan. Namun, mengapa dia bisa berada di tempat mewah ini?Ingatan Shanum masih abu-abu. Akan tetapi rasa sakit di telapak tangan seketika mengingatkan Shanum akan hal gila yang sempat dia lakukan. "Au!" Shanum mengadu, mengangkat telapak tangannya yang terasa nyeri dan sudah dibalut kain kasa. "Ini?" "Shanum?" Ozkhan muncul dari kamar mandi, dengan hanya memakai bathrobe. Dia langsung buru-buru keluar karena mendengar suara mengaduh. Perhatian Shanum teralihkan

  • Pemuas Hasrat Tuan Atasan    43~

    "Bagaimana kondisinya? Apa lukanya cukup serius?" Ozkhan mencecar Hakkan yang baru saja selesai menangani Shanum dengan raut cemas sekaligus khawatir. Dia bahkan tidak sadar jika Hakkan bisa saja menaruh curiga padanya karena sikapnya yang mungkin terlalu berlebihan.Ya, bagaimana tidak? Begitu tahu jika Shanum terluka, Ozkhan justru membawa sekretarisnya itu ke sebuah apartemen mewah alih-alih ke rumah sakit. Ozkhan juga langsung menghubungi Hakkan ke tempat ini agar bisa segera menangani. Hakkan menghela panjang, memandang Shanum yang tertidur di atas ranjang. Dia berhasil melakukan tindakan pertama untuk menolong perempuan itu. Membalut luka sayatan di telapak tangan dan paha Shanum yang untungnya tidak terlalu serius. "Lukanya tidak terlalu serius," ucap Hakkan beralih memandang Ozkhan yang nampaknya begitu mengkhawatirkan sekretarisnya. "Kamu tenang saja, aku sudah memberinya antibiotik agar lukanya tidak infeksi. Aku juga memberinya obat penenang supaya dia bisa beristirahat

DMCA.com Protection Status