Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja.
“Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong itu dan mendesah hebat. Sebagai pria bayaran, Faizal merasa senang dan bangga kalau Tante Almara puas. Dia berharap bisa terus menjadi berondong kesayangan. Faizal berhasil membuat Tante Almara kembali tenang dan tidak kesal seperti kejadian yang berada di pantai tadi. Faizal pun berbaring di samping Tante Almara. "Tante senang?" "Senang banget. Tante suka lidahmu. Jangan pakai buat wanita lain, ya? Buat Tante aja." "Iya, Tante. Syukurlah kalau Tante senang. Aku izin ke kamar mandi dulu." “Faizal, tunggu ….” Faizal terkejut. Baru kali ini Tante Almara mau membantu mengeluarkan milik Faizal yang terhambat dengan tangannya. Biasanya Tante Almara tidak mau melakukan itu. Hanya Faizal dan berondong lain yang menjadi pemuas Tante Almara. Kali ini, Faizal merasa menjadi spesial. Tante Almara membantu memuaskan Faizal dengan hand servis. Faizal jadi merasa kalau Tante Almara memberikan hal yang berbeda karena menyukainya. Setelah selesai, Tante Almara berlalu pergi menuju ke kamar mandi. Faizal merasa puas dan senang bisa menjadi pria spesial bagi Tante Almara. Bahkan disewa selama sebulan penuh membuat Faizal memiliki rasa lebih pada Tante Almara. Padahal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, setiap berondong yang bermain dengan Tante Almara tidak boleh memiliki rasa khusus. Tante Almara tidak mau mempunyai hubungan spesial dengan pria manapun. Faizal pun bangkit berdiri dan menata sprei ranjang dengan rapi. "Andai aku bisa jadi bagian dari hidup Tante Almara. Pasti aku akan merasa senang dan bangga," ucap Faizal dengan lirih. Siapa sangka Tante Almara sudah selesai membersihkan diri dan keluar dari kamar mandi. Mendengar kata dari Faizal membuat Tante Almara tidak suka. "Jangan berkhayal! Berondong tidak boleh memikirkan untuk jadi bagian hidup Tante. Paham, kan?" "Eh, iya, Tante. Faizal cuma berandai-andai aja, kok. Nggak lebih," jawab Faisal yang merasa takut dipecat. "Jangan banyak berandai-andai. Sana mandi!" perintah Tante Almara yang meninggikan suaranya. "Iya, Tante! Siap, laksanakan!" Faizal tersenyum dan segera ke kamar mandi. Meski tidak diizinkan berkhayal, tetap saja pria itu mengagumi Tante Almara dan berharap lebih dari ini. Faizal mengira suatu saat nanti bisa mendapatkan hati Tante Almara. "Aku tidak akan membiarkan satu pria pun menjahati Tante Almara. Aku akan menjaga Tante Almara." Faizal sangat yakin bisa menjadi bagian dari Tante Almara. “I love you, Tante Almara.” Sepanjang sisa hari, Faizal melayani Tante Almara dengan baik. Penuh rasa cinta dengan menjadi berondong, Faizal rela demi memuaskan Tante Almara. Faizal bahkan takut kalau Tante Almara tidak puas, bisa saja mencari pria lain untuk dijadikan berondong pilihan. Jelas saja Faizal tidak mau hal itu terjadi. Setelah selesai melampiaskan gairah hasrat Tante Almara, mereka berdua pun makan bersama dengan aneka makanan yang disediakan oleh pelayan Tante Almara yang siap sedia ketika diberi perintah. Faizal saat ini merasa hidup bagai di atas awan karena gaya hidup Tante Almara sangat mewah dan megah. Sampai pria itu terlena kalau semua kemudahan itu hanya sesaat. Tante Almara tidak pernah menetap pada satu hati. *** Keesokan harinya .... "Tante, nanti pulang jam berapa?" tanya Faisal kepada Tante Almara yang membuatnya kecanduan menjilat. "Sepertinya malam. Soalnya ini hari pertama bahas kolaborasi manajemen. Kenapa?" Tante Almara menjawab dengan dingin. Dia tidak ada perasaan lebih dengan para pria bayarannya. "Kalau Faizal kangen gimana?" Pria itu sedikit merengek. "Kamu, kan, udah gede. Jangan manja gitu. Kalau makan nanti ada pelayan yang siapkan. Terpenting kamu nggak boleh keluar dari sini, paham? Kalau Tante pulang, udah siap melayani, ngerti?" Tante Almara kembali memperingatkan peraturan penting itu. "Paham, Tante." Faisal menganggukkan kepalanya tanda paham. "Ya, udah. Tante mau berangkat dulu," pamit Tante Almara pada Faizal yang kemudian menyeringai nakal. "Tante, sekali lagi, ya, sebelum berangkat," ujar Faizal yang langsung jongkok di hadapan Tante Almara. "Eh, jangan! Nanti pakaian bau semua. Nanti aja, oke?" Tante Almara menolak karena ingin segera bertemu dengan Hansen. "Ya udah, see you, Tante." Faizal berdiri kembali dengan wajah kecewa, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Tante Almara segera pergi bersama kedua bodyguard dan sopir pribadi yang siap sedia menemani. Dress press body warna merah dengan mantel hitam serta sepatu hak tinggi senada dengan dressnya membuat Tante Almara terlihat begitu memesona dan cantik megah. Semua pria pasti menelan ludah ketika melihat Tante Almara. Namun tidak dengan Hansen yang notabene pria setia. Hari itu, Hansen datang dengan Cherry membuat Tante Almara merasa kurang nyaman. "Selamat datang, Nona Almara. Aku Cherry, istrinya Hansen." Cherry menyambut Tante Almara dengan sebutan nona karena tahu wanita itu belum menikah. "Salam kenal, Nyonya Cherry. Baru kali ini aku bertemu secara langsung. Pantas saja Tuan Hansen terlihat begitu bangga dan bahagia, ternyata istri nya luar biasa cantik." "Ah, Nona terlalu memuji. Nona juga cantik." "Tuan Hansen, mulai bahas rekrutmen sekarang?" Tante Almara to the point karena malas ada Cherry. "Baik, mari silakan masuk ke ruangan." Cherry sudah mempunyai firasat buruk dengan wanita itu sejak pertama melihat. Entah cemburu atau memang Cherry sangat peka dengan ancaman, tetapi rasa tak nyaman itu semakin terasa nyata. Mereka pun masuk ke dalam ruangan untuk melakukan rapat pembahasan rekrutmen boyband dengan kolaborasi dua manajemen. Cherry memegang tangan Hansen dan berbisik, "Aku nggak yakin sama wanita itu. Batalin aja, deh." “Lah, kenapa?” Hansen justru tidak merasa curiga kepada Almara. “Pokoknya tidak usah. Aku khawatir kalau ini firasat buruk,” ucap Cherry yang diabaikan oleh Hansen. Hansen justru mengira Cherry cemburu dengan Almara. Padahal firasat wanita biasanya benar. Cherry merasakan ada hal buruk yang terjadi menimpa keluarganya entah itu berkaitan dengan dirinya sendiri atau justru kepada suaminya atau kepada anak-anaknya.Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim. "Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat
Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
Leo sudah tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain karena dia hanya menginginkan Tante Almara. “Tante, tolong pertimbangan kembali apa yang aku katakan. Aku benar-benar menyimpan perasaan dengan Tante.”Tante Almara menghela nafas panjang. Dia pun menatap Leo dengan dalam, “Sayang, kamu tahu? Cinta kita beda usia. Beda jauh. Apa mungkin?”“Cinta kita? Berarti Tante juga cinta aku, kan?” Leo merasa senang mendengar ucapan Tante Almara yang salah bicara. Tante Almara merasa terkejut dengan hal itu dan tersipu malu. Dia mencoba memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Leo. Keduanya sedang memadu kasih di dalam ruangan kerja milik wanita cantik berusia matang itu. Leo pun menempel ke Tante Almara. “Tante, tolong jujur. Tante juga merasakan hal yang sama, kan? Aku ... Aku mencintaimu.”Tante Almara menggigit bibirnya, ragu-ragu untuk mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia tahu bahwa hubungan ini sulit, bahkan mungkin mustahil, tetapi hatinya tak bisa membohongi diriny
"Terus sayang .... Terus ...." Ucapan yang tertahan dari bibir wanita nan menggoda itu membuat suaranya bergema di seluruh penjuru kamar. Membuat gelora asmara semakin memuncak karena keinginan melakukan penyatan semakin kuat. Tante Almara, namanya. Wanita usia empat puluh lima tahun itu masih terlihat cantik, awet muda, dan seksi dengan lingerie warna hitam kontras dengan kulit putih mulusnya. Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tengah berkonsentrasi untuk memuaskan Tante Almara di bagian bawah. Pria itu memberikan pelayanan maksimal demi mendapatkan uang yang dijanjikan. Berondong bagi Tante Almara adalah obat mujarab dari segala kekesalan dalam hidup. Meski sebenarnya hal ini sudah banyak dilakukan orang-orang kesepian, tetap saja Tante Almara menyembunyikan sifat haus sentuhan dari khalayak ramai. Dia tidak mau nama baiknya tercemar. "Fast ... Sayang ... terus .... Sayang ...." Tante Almara menekan kepala pria muda itu agar semakin tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang
Leo sudah tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain karena dia hanya menginginkan Tante Almara. “Tante, tolong pertimbangan kembali apa yang aku katakan. Aku benar-benar menyimpan perasaan dengan Tante.”Tante Almara menghela nafas panjang. Dia pun menatap Leo dengan dalam, “Sayang, kamu tahu? Cinta kita beda usia. Beda jauh. Apa mungkin?”“Cinta kita? Berarti Tante juga cinta aku, kan?” Leo merasa senang mendengar ucapan Tante Almara yang salah bicara. Tante Almara merasa terkejut dengan hal itu dan tersipu malu. Dia mencoba memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Leo. Keduanya sedang memadu kasih di dalam ruangan kerja milik wanita cantik berusia matang itu. Leo pun menempel ke Tante Almara. “Tante, tolong jujur. Tante juga merasakan hal yang sama, kan? Aku ... Aku mencintaimu.”Tante Almara menggigit bibirnya, ragu-ragu untuk mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia tahu bahwa hubungan ini sulit, bahkan mungkin mustahil, tetapi hatinya tak bisa membohongi diriny
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim. "Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat
Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja. “Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong
"Tante, jadiin aku pemuasmu, dong! Aku masih perjaka dan kuat." Seorang pria memberanikan diri mendekati Tante Almara yang sedang bersantai di kursi lipat pinggir pantai. Kebetulan saat ini Tante Almara sedang menikmati senja sebelum mulai kerja keras besok. "Hmm, berani sekali bilang begitu. Dasar sampah!" Tante Almara kesal dengan pria muda alias berondong yang tiba-tiba muncul. Meski kelakuan Tante Almara bejat, tetap saja wanita itu pilih-pilih orang. "Tante, aku tahu siapa Tante sebenarnya. Semua ada di website para berondong. Jadi, nggak usah jual mahal. Bukankah Tante justru suka memberi banyak uang demi kepuasan?" Pria itu berani sekali sambil mengangkat satu alisnya menatap dengan wajah mesum. Tante Almara tidak terkejut. Sudah biasa ada berondong sewaan nya yang justru menyebarkan informasi pribadi di website. Semua itu bisa diurus, asal Tante Almara tahu apa websitenya. "Oke, ayo ke kamarku." Tante Almara langsung bangkit berdiri dari kursi lipat dan berjalan meninggalka