Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim.
"Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat yang tinggi, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk rekan-rekan timnya. Leo adalah orang yang misterius. Selalu memberikan yang terbaik, tetapi setiap selesai latihan selalu menyendiri. Tante Almara sebagai manajer Light, sering mengunjungi rumah karantina untuk memantau kemajuan mereka dan memberikan bimbingan. Namun, ada juga saat-saat di mana Almara dan Leo bertemu secara diam-diam, di luar jam latihan dan tugas profesional mereka. Mereka menemukan kesempatan untuk berbicara dan bermesraan dengan lebih pribadi, menjaga hubungan mereka dengan rahasia dari rekan-rekan tim yang lain. "Tante, kali ini mau di mana?" Leo bertanya dan merasa heran, kenapa masih mau menjadi pemuas. "Kamu jongkok saja di bawah meja. Ini lebih memudahkan kalau ada orang yang tiba-tiba datang, oke?" Tante Almara merindukan lidah Leo. "Oke." Tanpa basa basi, Leo menuntaskan tugasnya. Dia tak peduli lagi soal perasaan apa pun itu. Lebih baik menyelesaikan dengan baik dan bisa debut. "Leo, tetaplah seperti ini, oke? Menjadi milikku seorang." Tante Almara lupa kalau Faizal di rumah menunggu dengan rasa rindu dan mulai mencurigainya karena jarang minta dipuaskan. Setiap bersama Leo alias Edo, Tante Almara merasa waktu begitu cepat sehingga tidak ingin berpisah. Namun, menyadari tempat itu merupakan tempat karantina boyband, Tante Almara tidak boleh gegabah. Jari jemari Leo bermain nakal dan menaikan dress press body yang dikenakan Tante Almara. Semua itu terjadi sesuai dengan fantasi Tante Almara. Memuaskan, menyenangkan. *** Selama pertemuan-pertemuan mereka, Tante Almara memberikan dukungan emosional kepada Leo dan memastikan bahwa dia merasa nyaman dan terdengar. Mereka berbicara tentang kehidupan, harapan, dan kekhawatiran Leo dalam menjalani peran barunya sebagai anggota boyband. Tante Almara memberikan nasihat dan dorongan kepada Leo, memberinya keyakinan bahwa dia mampu menghadapi tantangan dan menggapai impian musiknya. Leo menghargai waktu yang mereka habiskan bersama dan merasa bahwa Tante Almara adalah seseorang yang bisa dia percayai sepenuhnya. Mereka menjaga hubungan mereka dengan penuh kehati-hatian, menyadari konsekuensi jika rahasia mereka terbongkar. Leo merasa beruntung memiliki seseorang seperti Tante Almara di sisinya, yang memberikan dukungan tak tergoyahkan dalam perjalanan karirnya. "Janjilah, Tante. Jangan tinggalkan aku." Leo make sure kalau dia tidak akan menjadi sampah yang dibuang begitu saja setelah sudah tidak dibutuhkan. "Ya, aku akan pastikan kamu tetap bersamaku. Jangan khawatir dan gapai impian itu." Tante Almara mengusap lembut wajah Leo. Lama kelamaan rasa itu menjadi dalam. Seiring berjalannya waktu, Leo dan Tante Almara justru merajut benang-benang cinta. Perlahan tapi pasti, keduanya jatuh dalam hangatnya rasa yang membuncah. Meski kondisi keduanya masih sama-sama suci, mereka masih bisa menggapai surga dunia dengan cara sendiri. Sementara mereka menjaga rahasia mereka, Leo juga terus menjalin hubungan yang kuat dengan rekan-rekan timnya. Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjadi teman yang dekat dan saling mendukung satu sama lain. Mereka melewati masa latihan yang melelahkan dan tantangan bersama, mengasah kemampuan dan memperkuat ikatan mereka sebagai anggota Light. Leo belajar untuk menjaga keseimbangan antara hubungan pribadi dan profesional dalam kehidupannya. Dia menyadari bahwa meskipun ada rahasia dan keintiman yang dia bagikan dengan Tante Almara, dia tetap harus menjaga integritas dan komitmen terhadap rekan-rekan timnya serta penggemar mereka. Leo berusaha menjaga hubungan baik dengan semua orang yang penting dalam hidupnya, menjadikan mereka sebagai sumber dukungan dan inspirasi dalam perjalanan musiknya. "Zinc mau ajak kamu berlatih ekstra. Apakah kamu mau, Leo?" Ralf bertanya lebih dahulu karena ada beberapa scene yang harus dipelajari lebih saat debut dan pembuatan video klip. "Oke, siap." Leo mau karena ingin totalitas. Selama berada di rumah karantina, mereka tidak diizinkan menggunakan ponsel pribadi. *** Mendekati momen debut, Leo dan anggota Light lainnya semakin sibuk dengan persiapan dan promosi. Mereka berpartisipasi dalam pemotretan, wawancara media, dan sesi latihan tambahan. Semangat mereka tidak pernah surut, dan mereka saling memberi dukungan untuk mencapai kesuksesan bersama. "Kalian harus fokus! Debut akan dilakukan bulan depan dan semua sudah dipersiapkan secara matang. Aku tidak mau ada kesalahan, mengerti?!" Tante Almara terlihat sangat tegas. "Mengerti!" sahut semua anggota LIGHT. Setelah briefing selesai, Gan dan Joe membicarakan soal Tante Almara yang memiliki pesona tinggi. Tentu hal ini yang tak sengaja didengar oleh Leo membuat darahnya mendidih. "Tante Almara itu suka berondong, loh. Sudah coba goda dia?" Gan memulai pembicaraan. "Wah, kalau berita itu benar, pasti dia sangat ganas di atas ranjang. Haruskah kita mencicipi juga?" Joe berminat dan tertarik karena Tante Almara memang cantik dan seksi tidak terlihat menua. "Kalian sedang apa, huh?" Leo muncul memastikan apa yang kedua temannya bicarakan bukan sedang merendahkan Tante Almara. "Oh, kamu dengar juga, Leo? Mau ikut mencicipi Tante Almara, tidak? Sepertinya dia gatal dan perlu digoyang," celetuk Gan dengan liar membuat Leo tak kuasa menahan bogem mentah yang terayun begitu saja mendarat ke wajah Gan. "Sial! Jangan katakan itu! Brengsek!" Leo marah dan pertengkaran pun terjadi. Joe jelas membela Gan dan Leo membela dirinya sendiri. Apoy yang melihat itu mencoba melerai dan berteriak memanggil Ralf dan Zinc. "Ralf! Zinc! Tolong! Ada yang berkelahi!" Apoy mencoba melerai, tetapi terkena bogem dari Gan tanpa sengaja. Apoy terjatuh karena tidak bisa bela diri sama sekali dan langsung tidak sadarkan diri. Situasi sangat kacau dan hal itu sungguh merugikan. Padahal mereka hendak debut perdana. “Apa-apaan ini?! Sial! Kalian ini dasar!” Ralf langsung menarik Gan serta Joe dan memisahkan dari Leo. Zinc menarik Leo dan menyuruhnya sadar. Kondisi saat ini Apoy pingsan dan butuh pertolongan dari teman-teman. Sebelum pihak agensi tahu apa yang terjadi dan semua kekacauan ini harus diselesaikan atau mereka semua, Light bisa tamat sebelum bersinar!Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
"Terus sayang .... Terus ...." Ucapan yang tertahan dari bibir wanita nan menggoda itu membuat suaranya bergema di seluruh penjuru kamar. Membuat gelora asmara semakin memuncak karena keinginan melakukan penyatan semakin kuat. Tante Almara, namanya. Wanita usia empat puluh lima tahun itu masih terlihat cantik, awet muda, dan seksi dengan lingerie warna hitam kontras dengan kulit putih mulusnya. Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tengah berkonsentrasi untuk memuaskan Tante Almara di bagian bawah. Pria itu memberikan pelayanan maksimal demi mendapatkan uang yang dijanjikan. Berondong bagi Tante Almara adalah obat mujarab dari segala kekesalan dalam hidup. Meski sebenarnya hal ini sudah banyak dilakukan orang-orang kesepian, tetap saja Tante Almara menyembunyikan sifat haus sentuhan dari khalayak ramai. Dia tidak mau nama baiknya tercemar. "Fast ... Sayang ... terus .... Sayang ...." Tante Almara menekan kepala pria muda itu agar semakin tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang
"Tante, jadiin aku pemuasmu, dong! Aku masih perjaka dan kuat." Seorang pria memberanikan diri mendekati Tante Almara yang sedang bersantai di kursi lipat pinggir pantai. Kebetulan saat ini Tante Almara sedang menikmati senja sebelum mulai kerja keras besok. "Hmm, berani sekali bilang begitu. Dasar sampah!" Tante Almara kesal dengan pria muda alias berondong yang tiba-tiba muncul. Meski kelakuan Tante Almara bejat, tetap saja wanita itu pilih-pilih orang. "Tante, aku tahu siapa Tante sebenarnya. Semua ada di website para berondong. Jadi, nggak usah jual mahal. Bukankah Tante justru suka memberi banyak uang demi kepuasan?" Pria itu berani sekali sambil mengangkat satu alisnya menatap dengan wajah mesum. Tante Almara tidak terkejut. Sudah biasa ada berondong sewaan nya yang justru menyebarkan informasi pribadi di website. Semua itu bisa diurus, asal Tante Almara tahu apa websitenya. "Oke, ayo ke kamarku." Tante Almara langsung bangkit berdiri dari kursi lipat dan berjalan meninggalka
Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja. “Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong
Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim. "Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat
Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja. “Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong
"Tante, jadiin aku pemuasmu, dong! Aku masih perjaka dan kuat." Seorang pria memberanikan diri mendekati Tante Almara yang sedang bersantai di kursi lipat pinggir pantai. Kebetulan saat ini Tante Almara sedang menikmati senja sebelum mulai kerja keras besok. "Hmm, berani sekali bilang begitu. Dasar sampah!" Tante Almara kesal dengan pria muda alias berondong yang tiba-tiba muncul. Meski kelakuan Tante Almara bejat, tetap saja wanita itu pilih-pilih orang. "Tante, aku tahu siapa Tante sebenarnya. Semua ada di website para berondong. Jadi, nggak usah jual mahal. Bukankah Tante justru suka memberi banyak uang demi kepuasan?" Pria itu berani sekali sambil mengangkat satu alisnya menatap dengan wajah mesum. Tante Almara tidak terkejut. Sudah biasa ada berondong sewaan nya yang justru menyebarkan informasi pribadi di website. Semua itu bisa diurus, asal Tante Almara tahu apa websitenya. "Oke, ayo ke kamarku." Tante Almara langsung bangkit berdiri dari kursi lipat dan berjalan meninggalka
"Terus sayang .... Terus ...." Ucapan yang tertahan dari bibir wanita nan menggoda itu membuat suaranya bergema di seluruh penjuru kamar. Membuat gelora asmara semakin memuncak karena keinginan melakukan penyatan semakin kuat. Tante Almara, namanya. Wanita usia empat puluh lima tahun itu masih terlihat cantik, awet muda, dan seksi dengan lingerie warna hitam kontras dengan kulit putih mulusnya. Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tengah berkonsentrasi untuk memuaskan Tante Almara di bagian bawah. Pria itu memberikan pelayanan maksimal demi mendapatkan uang yang dijanjikan. Berondong bagi Tante Almara adalah obat mujarab dari segala kekesalan dalam hidup. Meski sebenarnya hal ini sudah banyak dilakukan orang-orang kesepian, tetap saja Tante Almara menyembunyikan sifat haus sentuhan dari khalayak ramai. Dia tidak mau nama baiknya tercemar. "Fast ... Sayang ... terus .... Sayang ...." Tante Almara menekan kepala pria muda itu agar semakin tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang