"Terus sayang .... Terus ...."
Ucapan yang tertahan dari bibir wanita nan menggoda itu membuat suaranya bergema di seluruh penjuru kamar. Membuat gelora asmara semakin memuncak karena keinginan melakukan penyatan semakin kuat. Tante Almara, namanya. Wanita usia empat puluh lima tahun itu masih terlihat cantik, awet muda, dan seksi dengan lingerie warna hitam kontras dengan kulit putih mulusnya. Seorang pria muda berusia dua puluh tahun tengah berkonsentrasi untuk memuaskan Tante Almara di bagian bawah. Pria itu memberikan pelayanan maksimal demi mendapatkan uang yang dijanjikan. Berondong bagi Tante Almara adalah obat mujarab dari segala kekesalan dalam hidup. Meski sebenarnya hal ini sudah banyak dilakukan orang-orang kesepian, tetap saja Tante Almara menyembunyikan sifat haus sentuhan dari khalayak ramai. Dia tidak mau nama baiknya tercemar. "Fast ... Sayang ... terus .... Sayang ...." Tante Almara menekan kepala pria muda itu agar semakin tenggelam dalam kenikmatan duniawi yang tengah dirasakan. Tante Almara hanya membayar para pria muda yang berhasil membuatnya pelepasan melalui sentuhan tangan dan lidah. Tanpa berhubungan badan sama sekali. Hal itu yang membuat para berondong merasa tidak keberatan karena tidak perlu melepaskan keperjakaan bagi Tante Almara, tetapi bayarannya luar biasa besar. Setelah Tante Almara berteriak, tubuhnya bergetar hebat, dan sampai di puncak kenikmatan. Akhirnya tugas berondong itu selesai. Tante Almara meminta pria itu tiduran di sampingnya. Tidak peduli bagian bawah pria itu sudah berdiri tegak dan keras, Tante Almara tidak akan memberikan keperawanannya. Sampai saat ini Tante Almara ternyata masih perawan meski sudah pernah merasakan lidah dari seratus pria lebih selama hidupnya. "Ta- Tante .... Aku ... Aku pingin ...." lirih pria itu memberanikan diri. "Cepitin pintu aja! Kan, aku udah bilang kalau nggak akan hubungan badan denganmu. Ingat tugasmu hanya memuaskanku!" hardik Tante Almara yang langsung bangun dari ranjang karena kesal. Wanita itu segera mengenakan kimono untuk menutupi tubuhnya yang setengah terbuka. "Ini uangmu. Pakai baju dan segera pergi dari sini!" Tante Almara menyodorkan dua gepok uang seratus ribuan berjumlah sepuluh juta rupiah cash untuk biaya memuaskan selama tiga hari ini. Pria murahan. Itulah anggapan Tante Almara bagi para berondong yang mau memuaskan bagian bawah Tante Almara demi uang. Bukankah kup-kupu malam itu bukan hanya wanita? Pria pun bisa jadi kupu-kupu malam! "Terima kasih, Tante. Maaf kalau aku membuat Tante tidak suka. Tapi tolong pakai jasaku lagi. Aku butuh uang lebih untuk berobat Ayahku." Pria muda itu mengambil uang dari tangan Tante Almara, lalu bergegas mengenakan pakaian yang sudah dipungut dari lantai. "Satu hal yang aku tak suka, yaitu ... Meminta hubungan lebih saat memuaskanku. Harusnya kamu tahu itu! Tapi berhubung aku suka mulut dan lidahmu ... Aku akan pakai kamu lagi. Bagaimana kalau sekalian sebulan penuh? Aku akan berikan seratus juta langsung ke rekeningmu tapi syaratnya kamu tinggal di sini dan tidak boleh ke mana-mana selama tiga puluh hari. Melayani aku jika aku sampai di sini, bagaimana?" Tante Almara memberikan tawaran yang sangat sulit untuk ditolak. Pria itu bernama Faisal. Dia masih kuliah semester empat dan kekurangan biaya sejak ayahnya sakit. Ibu dan adiknya juga butuh uang untuk bertahan hidup. Jadi Faisal yang mengenal Tante Almara dari sebuah website akhirnya mau menjadi pesuruh dan pemuas segala keinginan Tante Almara. Bagi Faisal, tak apa menjadi kupu-kupu malam asal mendapatkan cukup uang untuk keluarganya. "Ba- baik, Tante. Aku mau!" "Baguslah! Kalau begitu sekarang kamu bisa pergi dan aku akan mentransfer uang ke rekening mu. Mulai besok kamu harus tinggal di sini selama tiga puluh hari dan jangan pergi ke mana-mana. Setiap aku butuh kamu, kamu harus siap sedia! Paham?!" "Ya, Tante." Faisal hanya bisa menuruti perintah dari Tante Almara karena membutuhkan uang dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Lagi pula, Faisal masih perjaka dan tugasnya hanya oral hingga Tante Almara puas. Bukankah ini pekerjaan mudah? "Bagus!" Tante Almara tersenyum karena menjadi pihak yang dominan. Masa lalu yang buruk membuat wanita cantik itu tidak percaya cinta dan tidak mau menikah. Pria hanya menjadi alat pemuas bagi Tante Almara, tidak lebih. Tante Almara akan mengerjakan proyek bersama dengan manajemen lain untuk mencari idola baru untuk boyband ala Korea. Dia selalu saja merasa butuh belaian ketika banyak masalah atau banyak pekerjaan sehingga uang seratus juta yang diberikan kepada Faisal tidak seberapa bagi Tante Almara. Lebih baik mengeluarkan uang untuk kepuasan diri sendiri daripada menikah tapi tidak bahagia. Faisal pun pergi meninggalkan apartemen tempat Tante Almara tinggal secara diam-diam. Ya, apartemen itu bukan tempat tinggal Tante Almara sesungguhnya. Setiap orang kaya raya mempunyai privasi, bukan? Begitu juga bagi Tante Almara. Hubungan tanpa status itu berjalan begitu saja. Berganti berondong dari satu ke lainnya. Hanya mengejar kepuasan semata. *** Dalam sebuah gedung perkantoran .... "Salam kenal. Senang bekerja sama dengan Anda." Seorang pria tampan berusia empat puluhan mengulurkan tangannya ke arah Tante Almara. "Salam kenal juga. Senang berkenalan denganmu. Kita bicara santai saja tidak perlu dengan kata formal 'saya dan Anda'. Bukankah usia kita hampir sama?" Tante Almara melemparkan senyum yang menggoda. "Oke, baiklah. Kalau begitu, mari kita bahas soal rencana kolaborasi manajemen." "Baik, Hansen. Senang bisa bekerja sama denganmu." Baru kali ini Tante Almara bertemu dengan pria yang usianya hampir sama dan terpesona. Biasanya Tante Almara hanya mengincar berondong demi kepuasan semata, tetapi kali ini pesona Hansen begitu menggiurkan. Namun, Tante Almara bisa mengendalikan diri dan menahan keinginan lebih dari sekedar kerja sama. Dia harus profesional kerja. Demi memajukan bisnis, Tante Almara bisa mengesampingkan keinginan hati. Lagi pula Hansen sudah menikah dan hidup bahagia, bukan? Tak ada berita miring juga tentang pernikahan Hansen. Setelah rapat bersama manajemen A.M (Almara Maheswara) milik Tante Almara dan manajemen H.C (Hansenry Club) milik Hansen berlangsung selama dua jam, akhirnya kesepakatan pun ditetapkan. Mulai besok A.M dan H.C manajemen akan bekerja sama untuk membuat audisi boyband yang diselenggarakan di kota-kota besar Indonesia. Semua yang masuk kriteria akan dijadikan satu dan dipilih lima besar untuk menjadi boyband andalan yang akan mengguncang tanah air. Tentu saja syarat utama untuk diterima adalah pria yang tampan, tubuh ideal, suara merdu, pintar menari, dan ... Hal yang tidak diketahui Hansen, yaitu bisa memuaskan Tante Almara. Tante Almara sudah tidak sabar membuat boyband yang akan menjadi pemuasnya. Hansen sama sekali tidak tahu tentang kepribadian kurang baik yang dimiliki oleh Tante Almara."Tante, jadiin aku pemuasmu, dong! Aku masih perjaka dan kuat." Seorang pria memberanikan diri mendekati Tante Almara yang sedang bersantai di kursi lipat pinggir pantai. Kebetulan saat ini Tante Almara sedang menikmati senja sebelum mulai kerja keras besok. "Hmm, berani sekali bilang begitu. Dasar sampah!" Tante Almara kesal dengan pria muda alias berondong yang tiba-tiba muncul. Meski kelakuan Tante Almara bejat, tetap saja wanita itu pilih-pilih orang. "Tante, aku tahu siapa Tante sebenarnya. Semua ada di website para berondong. Jadi, nggak usah jual mahal. Bukankah Tante justru suka memberi banyak uang demi kepuasan?" Pria itu berani sekali sambil mengangkat satu alisnya menatap dengan wajah mesum. Tante Almara tidak terkejut. Sudah biasa ada berondong sewaan nya yang justru menyebarkan informasi pribadi di website. Semua itu bisa diurus, asal Tante Almara tahu apa websitenya. "Oke, ayo ke kamarku." Tante Almara langsung bangkit berdiri dari kursi lipat dan berjalan meninggalka
Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja. “Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong
Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim. "Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat
Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
Leo sudah tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain karena dia hanya menginginkan Tante Almara. “Tante, tolong pertimbangan kembali apa yang aku katakan. Aku benar-benar menyimpan perasaan dengan Tante.”Tante Almara menghela nafas panjang. Dia pun menatap Leo dengan dalam, “Sayang, kamu tahu? Cinta kita beda usia. Beda jauh. Apa mungkin?”“Cinta kita? Berarti Tante juga cinta aku, kan?” Leo merasa senang mendengar ucapan Tante Almara yang salah bicara. Tante Almara merasa terkejut dengan hal itu dan tersipu malu. Dia mencoba memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Leo. Keduanya sedang memadu kasih di dalam ruangan kerja milik wanita cantik berusia matang itu. Leo pun menempel ke Tante Almara. “Tante, tolong jujur. Tante juga merasakan hal yang sama, kan? Aku ... Aku mencintaimu.”Tante Almara menggigit bibirnya, ragu-ragu untuk mengakui apa yang sebenarnya ia rasakan. Ia tahu bahwa hubungan ini sulit, bahkan mungkin mustahil, tetapi hatinya tak bisa membohongi diriny
Seminggu setelah ancaman dari produser, semua anggota Light dipanggil ke ruang latihan utama. Tante Almara dan produser Arman sudah menunggu mereka di sana.“Hari ini, saya ingin mengumumkan keputusan penting,” ujar Arman dengan nada serius.Semua anggota menahan napas, menunggu dengan cemas. Mereka saling menatap satu dengan yang lainnya karena merasa was-was andai kata satu dari antara mereka benar-benar akan dikeluarkan dan diganti oleh orang baru. Arman melanjutkan, “Setelah mempertimbangkan kerja keras kalian selama seminggu terakhir, saya memutuskan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang akan diganti.”Ruangan itu langsung dipenuhi dengan suara lega dan sorak-sorai kecil. Semua anggota boyband Light merasa begitu bahagia karena tidak ada di antara mereka yang akan digantikan posisinya. “Tapi,” lanjut Arman, “saya ingin kalian ingat bahwa ancaman ini tidak akan selalu kosong. Kalau kalian lengah atau tidak menunjukkan perkembangan, saya tidak akan ragu untuk membuat perubaha
Ancaman dari produser bahwa salah satu anggota Light akan diganti telah membuat suasana di rumah karantina berubah drastis. Masing-masing anggota, yang awalnya sering bercanda dan bersantai setelah latihan, kini menjadi lebih serius dan berhati-hati. Tidak ada yang ingin kehilangan kesempatan untuk debut.Selama beberapa hari berikutnya, latihan mereka menjadi lebih intens. Setiap koreografi diulang hingga sempurna, setiap vokal dipoles tanpa cacat. Bahkan Gan dan Joe, yang sebelumnya sering berseteru, kini tampak bekerja sama dengan baik untuk memastikan harmoni grup.Namun, suasana tegang juga menciptakan jarak di antara mereka. Di balik kerja keras dan sikap profesional, ada rasa khawatir dan ketidakpastian. Siapa yang akan diganti? Dan apakah mereka akan berhasil debut sebagai tim utuh?“Leo, kalau begini terus ... Kita malah saling tuduh satu dengan yang lain. Menerka-nerka siapa yang kira-kira akan dihentikan sebelum launching debut,” kata Apoy yang merasa heran dengan situasi s
Setelah Tante Almara sampai ke puncak surga dunia melalui bantuan dari lidah Leo yang menari-nari sejak tadi, permainan itu pun terhenti. Keduanya duduk bersebelahan di sofa nan empuk. Tante Almara sudah merapikan dress press body miliknya.Leo menundukkan kepalanya. Dia merasa terbebani dengan segala yang terjadi. Hubungannya dengan Tante Almara kini semakin rumit. Di satu sisi, dia merasakan perasaan yang tulus, namun di sisi lain, dia tahu bahwa hubungan seperti ini tidak akan pernah diterima oleh lingkungan maupun masyarakat.“Tante ... Apakah mungkin kita bersama? Aku ... Bukan orang berpunya dan masih menitih karier di sini. Sedangkan Tante ....” Leo semakin merasa tidak percaya diri dengan posisi derajat yang sangat berbeda.Setelah beberapa saat, Tante Almara duduk kembali dengan sikap yang lebih tenang. Dia menatap Leo dengan pandangan yang campur aduk antara kasih sayang, rasa bersalah, dan keraguan.“Leo, aku tak tahu ... Mungkin apa yang kita lakukan ini tidak benar,” ujar
Apoy yang pingsan segera dibawa ke atas sofa. Zinc dan Leo yang mengangkat Apoy. Keduanya mencoba mencari cara untuk menyadarkan Apoy. “Aku akan ambil minyak angin,” kata Zinc yang bergerak cepat. “Baiklah. Aku ambil minuman hangat. Kasihan dia.” Leo pun segera ke dapur. Sedangkan saat ini Ralf masih sibuk menasihati Gan dan Joe. “Kalian tahu kalau perkelahian ini bisa berefek buruk pada karier kita?” “Dia dulu yang buat masalah. Memangnya dia suka dengan Tante Almara atau dia itu saudaranya, tidak, kan? Kenapa dia panas saat kami membicarakan wanita itu?” Joe mendengus kesal tidak terima dikira menjadi biang kerok. “Iya, benar kata Joe. Kalau tidak ada urusan apa-apa dengan Tante Almara, harusnya jangan marah,” imbuh Gan yang merasa tidak bersalah. “Kalian dan kami, sama-sama kerja di bawah naungan Tante Almara. Harusnya, kita semua menghormati orang yang berjuang mengorbitkan kita. Jangan menjadikan bahan bercandaan atau jadi bahan imajinasi kalian!” gertak Ralf yan
Di tempat karantina, Leo bersama dengan Joe, Apoy, Gan, Ralf, dan Zinc menjalani latihan yang intensif untuk mempersiapkan debut mereka sebagai anggota boyband Light. Mereka menghabiskan berjam-jam setiap hari untuk latihan vokal, koreografi, dan penampilan panggung. Dalam proses ini, mereka saling mendukung dan membantu satu sama lain, membentuk ikatan yang kuat sebagai rekan satu tim. "Hei, kamu ini tampan sekali. Pasti banyak fans yang akan antri mendapatkan kecupanmu," ujar Apoy menggoda Leo. "Kalian bxb? Bukan, kan? Gila!" Joe menertawakan kedua kawannya yang terlihat aneh. "Kalian semua juga tampan karena LIGHT harus perfect di hadapan para penggemar," jawab Leo sambil melempar senyum, lalu pergi setelah selesai latihan. "Ah, dia itu misterius. Setelah selesai latihan selalu menyendiri," ungkap Gan yang memperhatikan gerak-gerik Leo. Leo dengan nama panggungnya, terus berusaha menjadi yang terbaik dalam hal vokal dan penampilan panggung. Dia menunjukkan dedikasi dan semangat
Kesepakatan kerja sama antara Hansen dan Almara sudah terwujud. Cherry yang mencoba mencegah ternyata percuma karena popularitas ini yang dibutuhkan bagi Hansen meraih kesuksesan. Almara sudah terkenal dalam agensi dan mengorbitkan banyak penyanyi bahkan boyband baru. Tanpa disadari, anak dari Hansen dan Cherry yang masih berusia sembilan belas tahun ikut audisi terbuka pemilihan boyband di bawah naungan Almara. Edo yang merupakan anak dari Hansen dan Cherry tidak mau ketahuan kalau mendaftar audisi dan memilih menggunakan nama panggung. "Namanya Edo, tapi minta ditulis dengan nama panggung Leo. Entah kenapa dia minta seperti itu padahal namanya juga sudah bagus. Gimana? Mau dilanjut apa nggak?" Salah satu asisten dari Almara yang bernama Pinky sedang menunjukkan sebuah berkas milik salah satu talent yang mendaftar setelah lulus seleksi awal dua tahap. "Kalau dia berhasil lolos dua tahap seleksi berarti kemampuannya tidak bisa diabaikan. Biar dia bertemu aku sekarang. Wajahnya tamp
Faizal selalu bersemangat ketika melayani Tante Almara. Meski hanya dengan sentuhan, kecupan, dan menggunakan lidah, Faizal sudah merasa senang dan bangga. Kalau Faizal sudah tegang, dia akan ke kamar mandi untuk menuntaskan sendiri asal Tante Almara sudah puas dan meminta selesai. Faizal mengabdikan diri seutuhnya untuk mendapatkan kemudahan hidup pada Tante Almara. Padahal pria itu tahu persis jika sudah tidak dipakai, para berondong hanya akan dilupakan begitu saja. “Faizal .…” Tante Almara membuat suara yang menggema dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya mencari tempat yang pas dan nyaman untuk bersama mencapai puncak surga dunia. Faizal makin membenamkan wajahnya di antara tungkai mulus milik Tante Almara. Ya, pria itu menikmati setiap tarian lidah yang menyapu milik Tante Almara hingga banjir dan merasa puas. Faizal merasa bangga bisa melakukan hal itu. Tante Almara pun masuk dalam surga dunia yang dibuat Faizal hingga tubuhnya bergetar hebat sambil menarik rambut berondong
"Tante, jadiin aku pemuasmu, dong! Aku masih perjaka dan kuat." Seorang pria memberanikan diri mendekati Tante Almara yang sedang bersantai di kursi lipat pinggir pantai. Kebetulan saat ini Tante Almara sedang menikmati senja sebelum mulai kerja keras besok. "Hmm, berani sekali bilang begitu. Dasar sampah!" Tante Almara kesal dengan pria muda alias berondong yang tiba-tiba muncul. Meski kelakuan Tante Almara bejat, tetap saja wanita itu pilih-pilih orang. "Tante, aku tahu siapa Tante sebenarnya. Semua ada di website para berondong. Jadi, nggak usah jual mahal. Bukankah Tante justru suka memberi banyak uang demi kepuasan?" Pria itu berani sekali sambil mengangkat satu alisnya menatap dengan wajah mesum. Tante Almara tidak terkejut. Sudah biasa ada berondong sewaan nya yang justru menyebarkan informasi pribadi di website. Semua itu bisa diurus, asal Tante Almara tahu apa websitenya. "Oke, ayo ke kamarku." Tante Almara langsung bangkit berdiri dari kursi lipat dan berjalan meninggalka