Abian itu tipenya tidak mau pakai pengaman ketika melakukan itu dengan Flora. Maka Flora lah pandai-pandai yaitu memasang suntik KB agar tidak kejebolan. Tiga anak sudah cukup bestie, Flora tidak mau nambah lagi.
Sedangkan itu, Hanan tak sengaja mendengar bisikan kedua orang tuanya. Tak sengaja juga dia tersedak pelan. Dalam hati merutuki telinganya yang super tajam, tak seharusnya dia mendengar bisikan orang dewasa itu."Hanan, kamu nggak apa-apa sayang?" tanya Flora sedikit panik karena putranya tersedak.Hanan menggeleng pelan, lalu minum secara perlahan lagi. "Nggak apa-apa, Mom," jawabnya. Hanan menghela napas pelan, semoga saja dia tidak mendapat adik baru lagi. Kalau hal itu terjadi, pasti Hanin akan mengamuk besar. Memang di antara mereka tidak mau punya adik lagi. Sudah cukup Hendra karena dari awal Hanan memang menginginkan satu adik laki-laki saja. Jadi, dia punya sepasang adik yang lengkap.Sialnya, saat Hanan melanjutkan acara makan mAbian melingkarkan tangannya ke pinggang Flora karena wanita itu sedang membelakanginya, Flora marah padanya. Itu yang harus kalian ketahui. Akibat Abian yang tidak tahu tempat dan Hendra sempat melihat bagaimana dia mencium Flora tadi. Akhirnya Flora marah setelah anak-anak tidur. Oleh karena itu juga Flora enggan tidur menghadapnya, dan itu membuat Abian tersiksa. Abian tidak bisa melihat wajah cantik istrinya itu."Sayang, aku pernah dengar dari Kalandra." Abian bercerita tanpa ada respon dari Flora. Abian juga tahu kalau dia salah tadi, tidak seharusnya dia melakukan hal itu di depan anak-anak. Dan untuk itu Abian tidak akan berani mengulang kesalahannya ini. Abian juga sudah berulang kali minta maaf pada Flora. "Kala pernah cerita ke aku. Kalau istri yang tidur membelakangi suaminya, dia akan berdosa sekali," lanjut Abian. Bukan menakuti Flora, dia memang pernah mendengar hal itu dari Kala, walau sebenarnya dia sudah tahu sejak lama tentang hal itu.Flora tida
Jam sepuluh pagi. Mereka semua pergi menuju rumah Kalandra.Abian yang ikut datang bertamu turun duluan. Karena dia ingin bertemu dengan Kala juga, berbincang dengan biasa tanpa ada urusan pekerjaan. Abian tertawa senang karena Kala sudah menunggu kehadiran mereka di teras rumah lelaki itu."Saya senang sekali karena Tuan mau bertamu ke rumah saya ini," ujar Kala. Menyambut keluarga Abian dengan ramah."Apa kabar, Kala?" tanya Abian serta memeluk Kala dengan pelukan ala laki-laki. Hampir dua Minggu mereka tidak bertemu setelah proyek mereka ke sekian kalinya selesai."Baik Tuan." Kala membalas pelukan Abian. "Tuan apa kabar?" tanya Kala balik. Kebiasaan Kala yang memanggil Abian dengan sebutan Tuan tidak pernah berubah sama sekali walau diluar jam kerja."Baik." Abian menganggukkan kepalanya pelan. "Dan semakin baik kalau kau tidak memanggil ku dengan sebutan Tuan. Ayolah! Ini bukan jam kerja," sambung Abian."Saya sudah kebiasaa
Abian memilih menyusul masuk ke dalam. Di ruang tengah sangat ramai sekali karena Anya ikut menangis sebab Hendra menangis. Astaga kebisingan ini semakin menjadi dan para ibu hanya bisa membujuk anak masing-masing."Dek Anya jangan nangis." Hendra mengusap air matanya sambil menatap Anya. "Kak Hendra aja yang nangis, Dek Anya jangan," lanjutnya seraya menggelengkan kepalanya."Kak Hendra juga nggak boleh nangis. Kalau Kak Hendra nangis, Anya juga makin nangis," balas Anya di sela sesenggukan nya.Lantas Hendra turun dari pangkuan Flora dan menghampiri Anya yang duduk di pangkuan Hana. "Kak Hendra sudah tidak nangis lagi, kok," ujarnya tapi bibirnya masih mengeluarkan sesenggukan."Anya juga udah Ndak nangis." Anya buru-buru mengusap air matanya kemudian tersenyum pada Hendra.Abian tersenyum geli melihat itu, lalu berbisik pada Kala setelah dia duduk di sebelah asistennya itu."Kalau kita jodohkan mereka berdua. Pasti seru ya, Ka
Hanan tidak puas dengan perilakunya dengan Arkan tadi. Sehingag saat pulang sekolah, dia meninggalkan Hanin di mobil bersama sopir mereka yang sudah tiba sejak awal. Lalu setelah itu Hanan berpura-pura kebelet pipis, jadi pamit ke toilet sebentar. Dia harus memberikan pelajaran kecil pada kakak kelasnya satu itu, sebab sudah lancang mencium punggung tangan Hanin dan juga membuat pergelangan tangan Hanin merah.Hanan tahu kebiasan Arkan setiap pulang sekolah, dia suka berkumpul bersama teman-temannya di bawa tangga lantai dua, mengingat sekolah mereka ini terdiri dari tiga lantai. Hanan tidak bodoh untuk menyerang Arkan di depan banyak teman-temannya. Jadi, dia berpura-pura atau lebih tepatnya berakting."Apa Kak Arkan ada di sini?" tanya Hanan sopan pada segerombolan anak kelas delapan itu.Arkan langsung bergerak maju kala tahu ada yang mencarinya, cukup terkejut melihat kedatangan Hanan. "Ada apa?" tanya Arkan tidak suka."Kak Arkkan di cari wal
Abian panas dingin mendengar cerita Hanan yang terjadi di sekolah tadi. Sungguh tidak menyangka kalau putri kesayangannya di pegang oleh remaja ingusan yang ingin mengajak Hanin berpacaran. Ah, anak zaman sekarang, cepat sekali mengenal cintanya. Abian tidak siap kalau semisalnya salah satu dari si kembar nantinya akan berpacaran. Ya, Abian sudah mewanti-wanti itu sejak lama. Larangan berpacaran selama bersekolah, nanti setelah lulus baru keduanya Abian bebaskan untuk mencari pacar dan pasangan masing-masing."Mana tangan mu, Hanin?" tanya Abian setelah keluar dari ruang kerja yang di ikuti oleh Hanan dari belakang. Mereka baru tiba di ruang keluarga, di mana Hanin sibuk mengajari Hendra membaca tadinya.Hanin yang ditanya begitu mendadak bingung. "Tangan Hanin kenapa, Dad?" tanyanya polos."Sudah sini saja." Abian langsung duduk lesehan di depan Hanin dan mengambil tangan putrinya itu. Walau kata Hanan, Hanin sudah membersihkan jejak ciuman dari anak rema
Pukul 09.05.Hanin keluar dari kamarnya dengan cara mengendap-endap. Lima menit yang lalu Mommynya sudah selesai mengecek kamarnya dan Hanan. Maka itu dia berjalan keluar dan masuk ke dalam kamar Hanan. Hanan yang saat itu sudah memejamkan matanya kembali terusik karena merasakan lampu kamarnya di hidupkan."Mom, ada yang ketinggalan?" tanya Hanan tanpa membuka matanya, dia pikir mommynya yang datang."Heh, bangun kamu!" Hanin memukul kaki Hanan.Langsung saja Hanan membuka matanya karena mendengar suara kembaranya. "Ngapain kamu ke sini? Nanti ketahuan Mommy kita pasti kena khutbah," ujarnya.Namun, setelah itu Hanan memekik tertahan karena telinganya di jewer oleh Hanin. "Ih, apa-apaan, sih? Sakit tahu!" ketus Hanan, menyentak tangan Hanin sehingga tangan kembarannya itu terlepas dari telinganya."Itu akibat kamu ngadu ke Daddy." Hanin bersedekap dada. Besok Daddy bakal datang ke sekolah kita dan masalah tadi bakal makin panjan
Hanin tidak tahu bagaimana kelanjutan masalah itu. Yang dia tahu Hanan dipanggil ke ruang BK saat jam istirahat pertama, entah kenapa Hanan di panggil ke sana. Hanin ingin ikut ke sana juga, tapi tidak diizinkan Daddynya masuk saat Daddynya sudah datang saat itu.Alhasil di menunggu di luar saja. Hingga ada setengah jam kemudian, bahkan Hanin tidak peduli kalau bel masuk sudah berbunyi, dia tetap menunggu di sana dengan perasaan resah. Karena Arkan datang bersama orang tuanya tadi. Masalah ini semakin melebar saja."Eh, kok di sini, sayang?" Abian terkejut melihat Hanin yang ternyata masih menunggu mereka."Gimana, Dad? Kok Hanan dipanggil ke sini?" tanya Hanin langsung, melihat Daddynya dan kembarannya yang malah terlihat santai saja. Dia mengalihkan pandangannya kala melihat Arkan keluar dengan kepala tertunduk.Abian tersenyum kecil seraya mengusap puncak kepala Hanin. "Semuanya sudah selesai, sayang. Kamu tidak perlu khawatir." Kemudian menata
"Sayang..., aku pergi ke kantor lagi, ya," bisik Abian.Flora yang ternyata belum tidur pun membuka matanya. " Hm, hati-hati, ya. Kamu udah makan siang?" tanyanya takut suaminya ini melewatkan makan siangnya."Nanti makan di kantor saja. Tadi sudah nyuruh asisten ku beli bento box," jawabnya.Flora lega jadinya. Namun, Flora sedikit heran karena Abian tak kunjung beranjak pergi. "Kenapa, Mas?""Ciumannya mana?" tanya Abian sembari menunjuk bibirnya sendiri. Ah, ternyata Abian masih menagih itu.Flora tersenyum geli kemudian mengode Abian agar menunduk dan Abian langsung saja menurutinya."Udah," ujar Flora setelah cukup lama mereka berciuman. Senyuman Abian terlihat seperti iklan pasta gigi di televisi.Pria itu dengan semangat berdiri seraya mengusap puncak kepala Flora. "Kamu istirahat yang cukup. Jangan banyak gerak, kalau butuh apa-apa langsung panggil pelayan saja," pesannya."Iya, Mas."Di teras r