"Begitu syulit lupakan Rehan. Apalagi Rehan baik ...."
Hanan hanya bisa menatap kembarannya itu lelah. Sejak kemarin di sekolah, adiknya itu selalu menyanyikan lagu itu yang dia dapat dari teman sekelas mereka. Bukan apa, Hanan hanya bosan mendengarnya di tambah suara cempreng Hanin yang menyanyikan itu."Berisik!""Begitu syulit ." Bukan mendengarkan protesan Hanan. Hanin makin menjadi nyanyinya, sambil terus mewarnai buku gambarnya. Tidak memedulikan Hanan sama sekali yang kini berdecak pelan."Hanin berisik!" geram Hanan. Butuh stok kesabaran lagi untuk berhadapan dengan kembarannya yang selalu mengesalkan.Hanin hanya melirik Hanan sekilas. "Lupakan Rehan, apalagi Rehan baik." Malah dia lanjut bernyanyi.Sudah kepalang kesal dengan adiknya itu, Hanan pun menarik ujung rambut Hanin membuat adiknya itu memekik kencang padahal Hanan menariknya tidak terlalu kuat."Kau kenapa, sih?" kesal Hanin. "Orang juga lagi nyanyi,Sejak pagi tadi Flora terlihat beda dari biasanya, terlihat tidak bersemangat. Juga terkadang menunjukkan sedikit rasa jengkelnya karena ulah si kembar yang tidak tenang ketika sarapan. Maka itu Abian menenangkan kedua anaknya agar tidak kena marah oleh Flora. Dia juga akan menanyakan kenapa perubahan mood Flora ini terjadi.Pernikahan mereka sudah berjalan berapa tahun. Ada rasa tidak sabar di sudut hati Abian untuk mendengar kabar kehamilan Flora agar bisa memberikan adik untuk si kembar. Tapi, sekarang dia ingin mengetahui kenapa pagi ini Flora terlihat berbeda? Bahkan terang-terangan menunjukkan rasa kesalnya pada si kembar. Setelah mengantar si kembar ke sekolah dan memberikan pengertian pada dua anaknya itu ketika Hanin mengeluh karena mamanya begitu berbeda. Tidak bersemangat tiap pagi.Abian langsung memutar balik mobilnya setelah memastikan si kembar masuk ke dalam sekolah. Dia tidak langsung pergi ke kantor, melainkan pulang ke rumah untuk berbicara denga
Beberapa bulan kemudian...Flora baru saja memberikan kejutan pada Abian berupa sebuah testpack yang menunjukkan kalau Flora sedang mengandung."Kita harus ke Dokter sayang, agar tahu bagaimana kondisinya." Abian menatap Flora penuh cinta.Flora pun mengangguk setuju. "Ayo mas."Malam harinya, Abian dan Flora sengaja mengundang Roby , Santi, Kalandra dan juga Hana untuk makam malam bersama, tak lupa dengan Ranti. Sore tadi mereka sudah pergi ke dokter dan syukurnya kandungan Flora baik-baik saja. Mungkin akan mengalami mual dan semacamnya, seperti yang di alami ibu hamil muda di luaran sana.Abian dan Flora pun langsung mengumumkan kabar bahagia itu. Mereka semua yang hadir pada saat itu tentu turut bahagia. Begitu juga si kembar yang berebutan menerka-nerka apa jenis kelamin calon adik mereka nantinya."Adik cewek!" tekan Hanin saat beradu argument pada Hanan."Adik cowok!" balas Hanan tidak mau kalah.Melihat
Seperti pagi biasanya, Flora bangun ketika rasa mual menghampirinya. Maka itu Flora buru-buru ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya, padahal hanya air saja yang keluar. Tapi, dia berulang kali muntah. Hal ini sudah pernah dia rasakan ketika hamil si kembar dulu.Abian pun terbangun ketika mendengar suara muntah-muntahnya, dengan sigap menghampiri Flora dan memijat tengkuk Flora pelan-pelan. Lihatlah, Abian begitu siaga padanya."Masih mual lagi?" tanya Abian. Ketika mendapatkan gelengan lemah dari Flora. Abian pun dengan sigap menggendong Flora dan merebahkannya ke atas ranjang. Flora mengeluh pusing pada Abian, tapi herannya Flora malah menangis tidak jelas."Hei, kenapa nangis?" Abian mengusap kening Flora yang berkeringat. "Pusing yah? Apa perlu aku panggilkan dokter?" tanya Abian beruntun. Dia tidak tega melihat Flora seperti ini. Memang dia yang mau Flora hamil lagi, tapi tidak menyangka kalau Flora akan mengalami hal separah ini. Kalau bisa m
Tak!"Itu fotonya," ujar seorang Lelaki pada orang bayarannya. Menatap dua lelaki yang berbadan kekar di depannya ini."Hanya dua anak kecil?" Salah satu pria itu bertanya kemudian tersenyum remeh. "Ini tugas yang gampang," lanjutnya.Lelaki itu mengangguk sambi bersedekap. "Tapi, kalian jangan menganggap mereka hanya anak kecil. Mereka ini sangat cerdas, jangan sampai kalian dikelabui oleh mereka," pesannya."Gampang, mah. Pak Bos tinggal percayakan ini sama kita.""Baiklah. Kalau begitu, mereka berdua harus ada di ruangan ini besok. Kalian paham?" Lelaki itu berujar lagi."Paham Pak Bos." Dua pria tadi langsung berdiri. Mengambil sebuah amplop yang berisikan uang muka untuk tugas mereka. Pokoknya jangan lupa bayaran kami lagi setelah kerjaan kita selesai," sambungnya."Kalian tenang saja." Lelaki itu mengangkat dagunya tinggi-tinggi.Setelah dua pria berbadan kekar tadi keluar. Lelaki tadi pun tertawa pelan. "
Hanin merasakan pusing yang teramat di kepalanya. Perlahan dia mencoba membuka matanya yang terasa berat, sehingga matanya terbuka sempurna. Barulah dia sadar kalau dia sedang berada di tempat asing."Kau sudah sadar? Syukurlah." Hanin langsung menoleh ke asal suara itu. Dia begitu lega karena tahu kalau dirinya tidak sendirian di ruangan pengap ini."Hanan..., kita ada di mana?" tanyanya, takut melihat ruangan ini begitu gelap. Hanya ada pencahayaan dari jendela kecil di atas mereka."Aku juga tidak tahu," gumam Hanan. "Kita sudah diculik sama dua penjahat tadi." Dia menghela napas gusar. Dia takut kalau orang tua mereka khawatir karena mereka belum pulang. Terutama Mommy mereka yang panikan orangnya."Hanan, aku mau pulang," rengek Hanin. Hanin baru sadar kalau tangan dan kakinya terikat. Kedua tangannya terikat pada tembok dan Hanan pun sama. Keduanya saling membelakangi dengan posisi sama-sama terikat."Tenanglah. Aku sedang memikirka
Kabar penculikan si kembar pun sudah terdengar oleh guru-guru yang saat itu baru selesai rapat. Pun, Kalandra langsung mewawancarai satpam yang terdapat pingsan di posnya. Kala tidak tinggal diam, dia langsung meminta satpam itu menceritakan semuanya dan kenapa juga dia pingsan. Sementara kepala sekolah meminta maaf atas keteledoran mereka."Saya minta maaf, Tuan Abian. Semua guru tadi ikut rapat dan tidak mengetahui kejadian ini. Saya juga tidak menyangka kalau penculiknya langsung menyerang satpam sehingga penculikan ini tidak terelakkan lagi," sesal sang Kepala Sekolah.Abian mengembuskan napas kasar, kalau sudah panik begini dia harus sedikit rileks agar bisa berpikir jernih. Ini juga bersangkut paut dengan nyawa darah dagingnya. "Periksa cctv, ya, Kala!" Suruh Abian lagi setelah Kala selesai mendengarkan penjelasan satpam. Yang katanya tiba-tiba di serang orang tidak di kenal hingga dia jatuh pingsan karena belakang kepalanya di pukul keras.Abian ber
"Kenapa Tuan?""Arifin dalang dibalik semua ini. Dan, kau tahu alamat ini aku dapat darinya. Tapi, kenapa berbeda dengan alamat yang kau dapatkan? Apa kau sudah mencari dengan benar, Kala?" tanya Abian penuh selidik."Sudah Tuan. Tuan bisa lihat di cctv ini kalau mobilnya masuk ke dalam halaman rumah yang berlantai satu. Setahu saya rumah itu sudah lama tidak berpenghuni Tuan." Kala menjelaskan serinci mungkin. "Dan, alamat yang Tuan dapat ini malah ke arah restoran yang baru di buka, memang tempatnya pelosok," sambungnya."Berani sekali Arifin sialan itu menipuku," gumam Abian. Kali ini dia tidak dapat memberi maaf lagi. Arifin memang bermain dengannya."Baiklah!" Abian mengusap dagunya pelan. "Kau pergi ke tempat si kembar dan selamatkan mereka. Sedangkan aku akan pergi menemui Arifin. Aku percayakan si kembar dengan mu, jangan sampai mereka kenapa-napa, kau paham?" Abian menatap asistennya itu penuh peringatan.Kalandra langsung mengan
Hanan menelan ludahnya kasar saat melihat tanah di bawah mereka. Pasti mereka akan mengeluh sakit kalau nekat melompat, tapi tidak ada cara lain untuk kabur."Aku lompat duluan, setelah itu baru kau menyusul, paham ?" Hanan menatap kembarannya itu serius."Paham." Hanin mengangguk.Hanan memejamkan matanya ketika melompat ke bawah, menahan sakit di seluruh tubuhnya karena dia terjatuh ke tanah yang keras. Tapi, dia tidak menunjukkan rasa sakitnya sama sekali, karena tidak mau membuat Hanin menangis. Hanin itu hatinya lembut, tidak mau melihat orang tersayangnya cidera."Sekarang lompatlah! Aku akan menangkapmu," suruh Hanan, menengadahkan kedua tangannya ke atas.Hanin pun segera melompat. Karena bobot tubuh Hanin sedikit lebih berat darinya, Hanan pun tak bisa mengimbangi, sehingga Hanin jatuh menimpa tubuhnya."Hanan!" Hanin memekik kuat. "Maafkan aku! Kau pasti kesakitan," lirih Hanin, air matanya sudah hampir keluar.