Share

Bab 488.  Abaikan

Aku belum mampu memberikan apapun kepada Mama, apalagi kebahagiaan. Minimal aku tidak menambah rasa tidak berguna dengan memberikan rasa sakit kepada Mama.

“Siapa yang berani menyakiti hati Mama, Wis?”

Mama tersenyum dan melangkah dengan santai sambil membawa nampan. Kebiasaannya, kami tidak dibiarkan merasakan lapar. Selalu saja ada makanan yang disodorkan. Dan semuanya, tidak membuat bosan.

Papi berdiri, memberikan tempat di sebelahnya untuk Mama. Sedangkan aku berdiri berpindah tempat sambil mengambil nampan, kemudian meletakkan di meja.

“Kita rehat dulu, Wis,” ucap Papi sambil mengambil nangka matang yang digoreng dengan balutan tepung. Sama persis dengan pisang goreng, tapi ini lebih legit.

“Enak?”

“Banget, Ran. Ini nangka yang dikirim dari kampung?”

“Eyang Sastro yang kasih, Ma?” tanyaku menimpali pertanyaan Papi Suma.

“Iya. Sejak kita sempat di kampung lama itu, Eyang hapal dengan kesukaan kalian. Papi kamu, Amelia juga. Makanya kalau ada panen di kebun selalu dititip ke travel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status