Home / Romansa / Pembantu Rasa Nyonya / Bab 493.  Kenangan

Share

Bab 493.  Kenangan

Author: Astika Buana
last update Last Updated: 2023-04-26 20:11:45

“Bukan maksud Papa untuk menyembunyikan masalah ini dari Mama kamu. Tetapi Papa sejujurnya … malu,” ucapnya sambil menundukkan kepala.

Tadi, aku langsung mengacungkan jempol tanda setuju, saat melihat kode yang diberikan Papa Bram. Sengaja aku loudspeaker supaya dia tidak curiga.

“Halo, Kak Wisnu. Sedang dimana? Amelia nyariin kamu.” Suara Mama terdengar setelah aku pencet tombol OK.

“Wisnu sudah mau pulang, Ma. Tadi cuma ngopi sambil makan lumpia goreng,” jawabku tanpa menyebutkan sedang di hotel bersama Papa Bram.

“Ya, udah. Cepat pulang, ya. Mama masak kesukaan kamu.”

“Ayam goreng lengkuas?”

“Iya, dong. Tuh, Bik Inah baru setor parutan lengkuasnya,” ucap Mama dan terdengar suara Bik Inah yang menyapaku.

“Siap, Ma.”

“Hati-hati di jalan. Jangan ngebut. Kalau mendahului kendaraan lain jangan dari jalur kiri. Terus kalau belok jangan lupa nyalakan lampu sein.” Aku tersenyum. Mama mulai cerewet memberi tahu ini dan itu. Padahal, yang diucapkan itu-itu saja dan selalu diulang-ulang.

“Mam
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 494. Kakak Pastikan Dulu

    Kenangan indah itu seperti sahabat lama yang tidak pernah bersua. Mereka tidak ada di pikiran, tetapi tetap bersemayam di hati. Dan, mereka akan menghangatkan hati ini saat kerinduan menghampiri.Kuhentikan memainkan gitar, dan meletakkan kembali ke gantungan.“Kak Wisnu kangen Kak Rima?” Mata bulat di depanku mengerjap. Pandangannya seakan bersiap memberondong celetukan usil saat aku menjawab ‘iya’.“Enggak.”“Masak? Tuh, pipinya mulai memerah.”“Ya udah kalau tidak percaya,” jawabku langsung memalingkan wajah. Tangan ini dengan sendirinya menangkup wajah, memastikan yang dikatakan Amelia benar. Dia justru tertawa, seakan jebakannya mendapat maksa.Huft dasar!Aku menghela napas, sambil memperbaiki letak gitar yang terlihat miring. Kemudian menarik kursi untuk duduk di depannya. “Kenapa cari Kak Wisnu?”Adikku ini senyum-senyum sambil mengerjapkan mata. Seperti baru mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.“Papi sudah memberi izin kepada Amel ke Korea. Papi juga bolehin Amel tinggal di

    Last Updated : 2023-04-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 495. Tebakan Papi

    “Papi mendengar suara gitar dari kamarmu, Wis. Sini, kita gitaran bareng,” ucap Papi Kusuma menyambutku.Dia menunjuk gitar yang ada di rak penyimpanan. Aku mengambil keduanya. Satu untuk aku sebagai melodi, sedangkan satunya untuknya sebagai bass. Papi Kusuma paling jago untuk ini. Alunan lagu menjadi sempurna dengan dilengkapi suara gitar bernada rendah. Walaupun dia orang yang super sibuk, tetapi kemampuan bermain gitar melebihi rata-rata, termasuk melebihi kemampuan Papa Bram.‘Eh! Aku kok membandingkan keduanya, ya?’ bisik hati ini sambil menggelengkan kepala. Pemikiran yang selalu aku hindari, tetapi sering mencuat akhir-akhir ini.“Kita mau nyanyi lagu apa?” tanyanya sambil mengulurkan tangan menerima gitar yang aku berikan.Aku duduk di seberangnya, dibatasi dengan meja kayu. Sebenarnya agak malas bermain gitar. Hati ini seakan enggan melantunkan lagu senang, tetapi keadaan sedang kondisi kebalikannya. Niatku untuk mengutarakan masalahku bisa terabaikan, sedangkan waktu hanya

    Last Updated : 2023-04-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 496. Gara-Gara Masakan

    Aroma ayam goreng lengkuas begitu semerbak, sesaat kaki ini memasuki rumah. Rasa lapar yang sempat terlupakan, sekarang berontak seperti tidak sabar.Amelia sudah menunjukkan senyuman sambil melambaikan tangan. “Ayo, Kak, Pi. Buruan. Amel sudah lapar,” serunya tidak sabar.Dia pasti terikat dengan peraturan Mama. Sebelum anggota yang ada di rumah lengkap di meja makan, tidak boleh mendahului makan. Kalau hal atur-mengatur, Mama memang jagonya.Papi Kusuma melemparkan pandangan kepadaku, seakan memberi kesepakatan tentang percakapan yang tadi tertunda.Piring makan sudah dibuka, satu persatu Mama mengisi dengan nasi putih. “Kalian mabil sendiri lauknya, Tapi gantian,” ucapnya setelah melengkapi piring milih Papi Kusuma dengan isian lengkap.Tanpa diperintah kedua kali, aku dan Amelia bergerak cepat. Untuk lauk satu ini, aku tidak mau kalah. Tidak ada rem, yang ada gas pol. Sempat berebut dengan Amelia, tapi mata Mama yang melotot membuat kami ciut seketika.“Mama sudah masak yang belum

    Last Updated : 2023-04-27
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 497. Pesan Minta Maaf

    [Aku minta maaf. Berjuta kali kalimat ini aku lantunkan, mungkin tidak membasuh bersih kesalahanku. Aku mengerti, kalau kata maaf darimu tidak mudah ditautkan.] [Sekarang, aku akan menerima semua yang terjadi sebagai hukuman karena kesalahan besarku kepada kamu sekeluarga. Terlebih kepada Wisnu.] [Aku tahu apa yang aku lakukan dulu sangat menyakitimu. Walaupun aku tidak berniat, tapi sikap egoisku untuk mendapatkan kebahagiaan ternyata keliru.] [Sekali lagi, aku minta maaf] Aku mengernyit. Siapa ini? Pesan dari nomor yang tidak tercatat di ponselku. Dia menyebut nama Wisnu, apa ini berarti dari Mas Bram? Kenapa dia harus meminta maaf? Bukankah urusan kami sudah selesai? Bagiku, itu kisah yang sudah tamat. Aku saja sudah enggan membicarakan masa-masa kelam dulu. Untuk apa? Aku sudah bahagia dengan keluargaku yang sekarang. Tidak ada gunanya membahas yang sudah lalu. Kalaupun itu wujud kesadaran tentang kekelirun, itu sudah terlambat untuk disampaikan. Satu sudut bibirku tertarik

    Last Updated : 2023-04-28
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 498. Aku Mundur

    Yang menjadi korban perceraian, bukan istri atau suami. Mereka justru terbebaskan dari hubungan yang sudah tidak sehat. Namun, korban sebenarnya adalah anak. Sampai berapapun usianya, dia tidak bisa melepaskan kisah itu. Karena seumur hibupnya tetap terkain dengan orang tua yang sudah tidak bersama lagi. Seperti keadaan Wisnu sekarang. “Papa, Ma,” ucap Wisnu sesaat sebelum matanya mulai basah. Mas Suma meletakkan gitar, kemudian mendekatkan tisu ke arahnya. Mata ini menangkap tempat sampah yang sudah teronggok tisu bekas. Apa ini berarti dia sudah menangis sedari tadi sebelum aku ke sini? Aku menatap ke arah Mas Suma, dia mengangguk seakan mengerti apa yang aku pikirkan. “Papa kenapa, Kak?” Kedua tangan ini menangkup lengannya, memaksa dirinya untuk tidak menunduk lagi. “Ran. Yang ditulis Wulan itu benar.” “Apa? Mas Bram kenapa?” tanyaku menoleh ke Mas Suma. Aku semakin tidak sabar. Mas Bram memang mantan suami yang pernah menorehkan luka yang begitu dalam. Aku sudah berdamai d

    Last Updated : 2023-04-28
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 499. Genggam Tangan Ini

    “Tolong Papa, Wisnu.” Suara yang aku tangkap sebelum terdengar suara seperti terjatuh.“Papa! Papa!” Teriakkanku tidak terjawab, hanya suara gaduh yang aku dengar sekarang. Sekejap, rasa panik menyergap dan membuatku bingung seketika. Apa yang terjadi pada Papa Bram?Ponsel tetap di tangan. Tidak berhenti aku memanggil namanya, berharap ada yang menjawab.“Halo! Halo.” Suara dari sebrang, aku segera menjawab.“Halo. Saya anak dari laki-laki yang memiliki hape ini. Ini dimana, ya?”“Bapak ini pingsan.”“Tolong jaga Papa saya dulu. Saya akan ke sana sekarang.” Papa ada di restoran di hotel tempat dia menginap. Aku kemudian menyebut nomor kamar, dan meminta mereka untuk mengantarnya.Langsung aku melompat dan mengambil jaket. Menggunakan mobil akan memakan waktu yang lama, lebih baik aku meminjam motor Pak Satpam.Jalanan seperti tidak berpihak kepadaku. Semakin aku menambah kecepatan, aku merasa jarak semakin menjauh. Bunyi klakson aku bunyikan untuk memaksa mereka untuk menyingkir. Ak

    Last Updated : 2023-04-29
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 500. Biar Saya yang Urus

    “Apa yang harus aku lakukan, Pi?”Aku tidak bisa berbohong kepada Papi Kusuma. Dia menelponku dan menangkap nada suara ini yang mungkin terdengar tidak beres. Yang aku ucapkan, mengantarkan ayah tiriku itu, ada di depanku sekarang. Kami janjian di lobi hotel.“Pak Bram sekarang sudah istirahat, kan?”“Sudah, Pi. Sebentar, obat yang dikomsumsi Papa ini.” Aku mengeluarkan obat dispresi dan menunjukkannya. Papi Suma menerima dan mengamatinya.“Obat ini sebenarnya tidak berbahaya, Wis. Kami sering menggunakan kalau membutuhkan.”“Papi?” tanyaku dengan terkejut.“Iya. Tapi itu dulu saat Papi masih hidup untuk kerja. Tekanan pekerjaan dan tuntutan kami untuk selalu dalam kondisi fit, memaksa memilih jalan pintas ini. Asal tetap pada dosis yang ditetapkan.”“Sekarang juga?”Papi tersenyum. “Kalau sekarang Papi minum ginian, bisa diceramahi Mama kamu tujuh hari tujuh malam.”Papi menyerahkan kembali obat yang tadi di tangannya. “Pak Bram sekarang membutuhkan pemulihan. Mama kamu kan bilang,

    Last Updated : 2023-04-29
  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 501. Sejuta Persen

    Sempat tangan ini mengepal erat. Gigi gerahamku menggeletuk menahan amarah. Kecurigaanku semakin bersarang. Pikiranku bergulir dan mengarah kepada satu nama, Kusuma Adijaya.Bisa jadi kekuasaan yang ada ditangannya, dan rasa ingin balas dendam membulatkan niat untuk menghancurkan aku. Mungkin saja dia tidak menerima melihatku baik-baik saja, bahkan semakin terlihat bahagia. Aku yang orang khalayak memberi label seorang penghianat, bisa menjalani hidup dengan bahagia. Tanpa ada rasa sakit atau hukuman yang sering mereka kumandangkan.“Proses penunjukkan perusahaan vendor tetap dilakukan seperti biasanya, tingkat nasional dan terbuka. Perusahaan Pak Bram gagal menyelesaikan sesuai perjanjian, jadi perusahaan penerus jatuh pada perusahaan kandidat kedua,” ucap karyawan kantor di ibu kota.Niat ini untuk mengkonfrontasi dengan segala asumsi yang bersifat subyektif, akhirnya luruh seketika. Langkah ini mundur teratur dan terpaksa menyerah. Otak warasku mampu mengambil alih emosi yang ti

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • Pembantu Rasa Nyonya   Extra Part

    POV Nyonya Besar "Jeng Sastro, bajuku gimana? Ini kok kayaknya miring, ya? Aku kok tidak pede." Ibunya Rani itu menoleh dan tersenyum, kemudian menunjukkan jempol tangannya. "Sudah bagus." Huft! Ibu dan anak memang sama, selalu santai kalau masalah penampilan. Aku kan harus perfekto dalam segala hal. La kalau difoto wartawan, terus dicetak sejuta exsemplar terus bajuku miring, saksakan rambutku mencong, kan tidak asyik. Aku melambaikan tangan ke Anita, memberi kode untuk membawa cermin ke kecil ke arahku. Dia ini memang sekretarisku yang jempolan. Sigap di segala suasana. Dia mendekat, kemudian menghadap ke arahku dengan cermin diletakkan di perutnya. Ini triknya, supaya orang lain tidak melihat aku lagi cek penampilan. Sekarang itu banyak nitizen yang usil. Orang ngupil difoto, bibirnya lagi mencong dijepret, terus diviralkan dan itu justru membanggakan. Menggumbar aib orang. Zaman sekarang itu konsep pikiran orang kok melenceng jauh, ya. "Sudah cetar?" tanyaku memastikan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 616. Ending

    Acara sudah tiba. Memang sangaja kami mengambil waktu pagi hari. Selain ini menyegarkan, ini juga tidak mengganggu kedua balitaku. Denish dan Anind. Pagi-pagi team perias sudah sampai. Satu persatu kami dirias, terlebih aku dikhususkan. “Jangan berlebihan make-upnya. Saya ingin natural dan terlihat segar.” “Siap, Nyonya Rani.” Claudia sibuk sana-sini memastikan team yang dia bawa bekerja dengan benar. Dia juga menfokuskan kepada diriku. “Artisnya sekarang ya Bu Rani dan Tuan Kusuma. Jadi harus maksimal,” ucapnya sambil membenahi gaun yang aku pakai. Gaun yang aku gunakan terlihat elegan. Berwarna putih tulang dengan aksen rajutan woll yang menunjukkan kehangatan. Yang membuatku puas, dia menyelipkan permata berkilau di sela-sela rajutan. Ini yang membuat terlihat mewah. Aku mengenakan kerudung warna hitam, dengan aksen senada di bagaian belakang. Keseluruhan, aku sangat puas. Jangan ditanya Mas Suma penampilannya seperti apa, dia seperti pangeran yang baru keluar dari istana. Ku

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 615. Anak-Anak

    Ingin aku mengabaikan apa isi kepalaku, tetapi bisikan-bisikan semakin riuh di kedua telinga ini. Kecurigaan mencuat begitu saja. Bisa saja mereka ada hubungan kembali. Cinta bersemi kembali dengan mantan. Cerita itu sering ada di sekitar kita. Semakin aku memusatkan pikiran untuk tidur, semakin nyaring tuduhan gila yang berjubal di kepala ini. Huft! Aku duduk tegak dan beranjak untuk minum air putih. Mungkin dengan ini, bisa membuatku tenang. Tapi, aku tetap gelisah. Daripada penasaran, lebih baik aku mengintip ada yang dilakukan Mas Suma di ruangan sebelah. Dengan berjingkat, aku keluar dari pintu belakang dan menuju ruang baca. Lamat-lamat terdengar suara Mas Suma. Sip! Dia load speaker. Suara teman dia bicara terdengar juga. Jadi aku bisa tahu apa yang dikatakan Dewi. Tunggu sebentar! Kenapa suaranya bukan perempuan? Tetapi terdengar seperti laki-laki. “Aku tidak mau tahu. Kamu harus melakukan itu untukku,” ucap Mas Suma. Kemudian terdengar suara lelaki satunya. “Tapi, Tu

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 614. Pesan Menyebalkan

    Bab 615.Aku bingung. Sungguh-sungguh bingung. Di depanku terhampar pilihan kain yang cantik-cantik. Dari pilihan bahan sampai pilihan warna. Mana yang aku pilih?“Ini untuk tahun ke berapa, Bu Rani?” tanya Claudia“Baru ke tujuh. Sebenarnya saya juga belum ingin merayakan. Tapi tahu kan, kalau Tuan Kusuma mempunyai niat?” Wanita cantik tersenyum sambil mengangguk. Dia pasti lebih mengerti bangaimana keluarga Adijaya sebenarnya. Termasuk Nyonya Besar.Pertanyaan Claudia memantik ide di kepalaku. Woll itu kan berwarna putih, jadi …. Sip!“Aku pilih warna putih. Nuansa putih yang dipadukan dengan bahan woll,” ucapku dengan mata menjelajah. Claudia bergerak sigap. Dia menyingkirkan semua selain berwarna putih. Ini membuatku mudah.Tangan Claudia mulai bergerak lincah menggambar apa yang aku inginkan. Bukan keinginan bentuknya, tetapi keinginanku pada pernikahan ini. Yang membuatku suka, dia merancang baju dengan filosofi di dalamnya. Semua ada artinya.“Keluarga besar menggunakan pilihan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 613. Persiapan

    “Berhasil?” tanya Maharani menyambutku.“Desi?”“Iya.”“Sangat-sangat berhasil. Dia juga titip salam untuk dirimu yang sudah memberikan ide ini,” ucapku sambil merangkul istriku.Kami masuk ke dalam rumah yang terasa lengang. Rima sudah kembali, begitu juga Amelia kembali ke apartemennya.“Anind dan Denish?”“Sudah tidur. Ini sudah malam,” ucapnya sambil menunjuk jam dinding yang menunjuk angka sembilan.“Wisnu masih lembur?”“Iya. Biarkan dia lagi semangat-semangatnya,” ucap Maharani melangkah mengikutiku.Aku langsung ke kamar mandi. Membersihkan badan dengan menggunakan air hangat. Badanku segar kembali.“Wisnu sudah mendatangkan teman-temannya. Jadi dia tidak merasa muda sendiri. Tapi Wisnu cepet adaptasi, lo. Aku juga memberikan team yang terbaik. Siapa nama teman-temannya? Aku kok tidak ingat. Padahal aku belum terlalu tua.”Ucapanku memantik tawa Maharani. Dia menyodorkan piayama tidur untuk aku kenakan.“Mereka itu teman-teman dekatnya Wisnu. Ada Lisa yang diletakkan di admini

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 612. Desi Pegawai Teladan

    Orang single tidak akan mati karena jomlo, tetapi banyak orang tersiksa karena hidup dengan orang yang salah. Itu yang dikatakan Tiok kepadaku. Dia sudah menentukan pilihan, dan aku tidak akan mempertanyakannya lagi. Katanya, surat cerai dalam masa pengurusan dan tinggal menunggu surat resmi dari pengadilan agama. Sekarang, permasalahan Tiok sudah selesai. Dia tinggal pemulihan saja.****Rezeki itu tidak melulu berupa materi. Adanya keluarga, itu rezeki. Begitu juga sahabat yang kita miliki. Ada lagi yang aku syukuri tidak henti-henti, karyawan yang setia. Seperti Desi, pegawai teladan.“Desi. Berapa lama kamu kerja di sini?”Aku bertanya saat dia memberiku setumpuk laporan yang harus aku tanda tangani. Dia sudah memilahnya. Ada yang tinggal tanda tangan, ada yang harus aku periksa dulu, dan ada yang urgent. Cara kerjanya bagus, membuat pekerjaanku semakin mudah. Aku seperti orang lumpuh kalau sekretarisku ini tidak masuk.Dia tersenyum.“Dari mulai fresh graduate sampai sekarang.”

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 611. Izin Kita

    Hati itu milik kita. Berada dalam tubuh kita sendiri, dan kitalah yang harus melindunginya dari apapun. Sedangkan kesenangan, kesedihan, itu adalah rasa yang ditimbulkan dari luar.Jadi, hati kita merasa sedih atau senang, tergantung dari izin kita. Apakah kita menerima atau mengabaikan hal yang menyebabkan rasa itu.*Aku dan Mas Suma tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Pak Tiok. Di luar nalar dan di luar jangkauan pikiranku. Kenapa ada orang yang tega mengorbankan hati orang lain demi kebahagiannya.“Jadi suami Kalila itu sudah menjatuhkan talak tiga?” tanya Mas Suma.Pak Tiok tertawa miris. “Iya. Karenanya mereka membutuhkan aku supaya bisa menikah lagi.“Gila!” seru Mas Suma geram.Akupun demikian. Tanganku terkepal keras merasa tidak terima dengan perlakuan mereka. Terutama si wanita. Bisa-bisanya memperlakukan itu kepada orang yang menolongnya.Masih ingat aku bagaimana dia menangis karena korban penganiayaan si mantan suami. Dia sampai masuk ke rumah sakit dan yang m

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 610. Pendengar

    Sampai di rumah, aku benar-benar capek jiwa raga. Kepaku dibebani dengan pikiran tentang Pak Tiok. Bisa-bisanya ada orang seperti dia yang terus-menerus mengalami kegagalan dalam percintaan.Wajah rupawan, perawakan juga seperti foto model, karir pun tidak diragukan lagi. Namun, kenapa bisa dia mengalami hal seperti ini?“Mama istirahat saja dulu. Belanjaannya, biar Rima minta bantuan Bik Inah,” ucapnya sambil membawa belanjaan ke arah dapur. Rumah masih lengang. Mas Suma dan Wisnu pasti belum pulang. Begitu juga Amelia.Aku mengangguk menerima anjuran gadis itu. Dia tahu apa yang aku pikirkan. Sepanjang jalan aku mengomel dan membicarakan tetang Pak Tiok. Bagaimana perjalanan kisah mereka sampai menikah. Bagaimana Pak Tiok melindungi Kalika yang mendapat perlakukan tidak baik dari mantan suami.Sempat Rima tadi menyeletuk.“Laki-laki itu jangan-jangan mantannya Mbak tadi.”“Mama tidak tahu benar, Rima. Saat dia datang mengacau pernikahan, dia dalam keadaan mabok dengan penampilan yan

  • Pembantu Rasa Nyonya   Bab 609. Mengagetkan

    Kembali dari galeri, aku dan Rima tidak langsung pulang. Kami singgah di mall.“Tidak usah, Ma.”“Kenapa? Mama ingin membelikan kamu baju. Kepingin saja,” ucapku bersikukuh. Akhirnya kekasih Wisnu ini membelokkan mobil ke mall yang ternama di kota ini.“Kita kemana, Ma?” ucapnya berlari mensejajariku. Dia pasti heran, aku berjalan ke arah kebalikan dari tempat yang menjual pakaian.“Kita ke butik langganan kami. Aku akan mengukur kamu untuk data mereka,” jawabku terus berjalan. Sebenarnya bisa parkir di depan butik Claudia, tapi itu membuatku jauh dari tempat belanjaan yang menjadi tujuan utama.Pegawai yang berjaga langsung membukakan pintu, mereka tersenyum dengan tangan menangkup di depan. “Selamat datang, Nyonya Maharani.”Aku mengangguk, Rima yang di belakangku langsung mensejajari.“Hai, Bu Rani. Lama tidak kesini!” seru Claudia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Rima.“Kenalkan ini Rima, calon mantu,” ucapku kemudian mendekat, “calonnya Wisnu.”Claudia langsung mengarahkan

DMCA.com Protection Status