"Papa kenapa di sini?" Alpha menoleh, menemukan Gani berjalan mendekat. Alpha pikir Gani sudah tidur, makanya dibiarkan anak itu berada di dalam rumah sendirian. Namun nyatanya, mata Gani masih segar. Malam ini Alpha mendadak buntu. Dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya. Membaca berkas serta file-file yang menumpuk di laptopnya hanya membuat kepala Alpha semakin pusing. Biasanya kalau sudah pusing dan tidak tau harus memulai dari mana, Alpha duduk di pinggir kolam berenang. Melihat air tak beriak serta pantulan cahaya bulan. Rasanya menenangkan. Sepi, hanya ada Alpha sendiri. Tapi kini dia tak lagi sendiri. Di sebelahnya ada Gani yang turut mencelupkan kakinya di kolam. "Kenapa ke sini? Nanti Gani masuk angin." Alpha mengusap rambut Gani yang berantakan. Gani menatap kolam. "Gani nggak bisa tidur kalau sendirian. Papa nggak mau bacain Gani dongeng?" Alpha terdiam. Semenjak Saras tidak ada, Gani kekurangan perhatian. Alpha hanya sebatas mengantar anak itu ke taman kana
Rutinitas Saras selama berada di rumah Bastian tak ada bedanya saat berada di rumah Alpha. Pada pagi hari, Saras akan sibuk di dapur, menyiapkan sarapan dan berbagai makanan yang biasa keluarga ini makan saat sarapan. Usai memasak, makanan tersebut Saras tata di meja makan. Ada nasi goreng, susu untuk mama dan Aderion, buah sebagai pencuci mulut dan teh hangat untuk Bastian. Ketika semua pekerjaan selesai, Saras kembali ke dapur. Merapikan peralatan masak yang berantakan, membersihkan kotoran yang menempel di kompor dan lainnya. Intinya, Saras tidak ikut sarapan bersama mereka. Lebih tepatnya kala Bastian tidak ikut sarapan di meja makan. Pagi ini pria itu bangun sedikit terlambat. Saras tidak tega membangunkannya. Biarkan dia bangun sendiri."Kamu kenapa nggak bangunin saya?" tanya Bastian yang tengah melangkah menuruni tangga. Wajahnya kusut, rambutnya acak-acakan, mengucek mata lalu menguap. Saras menatap Bastian yang sudah berdiri di hadapannya. "Aku nggak tega bangunin kamu."Ba
Interaksi Alpha dan Saras saat berada di lift terekam oleh kamera cctv. Bastian menonton rekaman tersebut melalui layar komputer di ruangannya. Tangan Bastian mengepal melihat keakraban kedua manusia itu. Terlebih lagi Saras seperti merasa bersalah karena telah meninggalkan Alpha , seolah-olah kembali pada Bastian adalah keputusan yang paling buruk. Rasanya posisi Bastian tergeser oleh kehadiran Alpha dan Bastian tidak menyukainya. Karyawan rendahan yang bekerja di industri kreatif itu tidak ada apa-apanya dibanding dirinya. Bastian tidak ingin kalah dari orang di bawahnya. Lagipula ada perlu apa Alpha mengunjungi kantornya? Alpha bukan bagian dari perusahaan ini."Tamu-tamu kita sudah menunggu di ruangan meeting, pak," ucap Fiona.Alpha menatap perempuan itu. Fiona. Susah lama Bastian tak menyapanya. "Dimana Saras?" tanya Bastian melangkah mendekati Fiona."Sudah berada di ruangan meeting, pak. Dia datang bersama pak Rafi," jawab Fiona menundukkan kepalanya kala Bastian berdiri di
Bertemu Saras adalah sebuah kesalahan.Begitu sekiranya Alpha mendeskripsikan keadaannya saat ini. Setelah bertemu Saras, Alpha lebih banyak stres. Hampir setiap hari ada yang menjadi beban di pikirannya. Perihal hubungannya dan Saras di masa lalu yang belum berakhir, Saras yang tidak mengingat dirinya dan kini Saras yang kembali pada Bastian padahal sebelumnya perempuan itu mengalami kekerasan dan hal tidak mengenakan dari keluarga Bastian.Ada banyak kejanggalan yang turut mengganjal di hati Alpha. Dia merasa gelisah, tidak tenang bila semua kejanggalan itu belum hilang. Alpha perlu tau apa yang terjadi pada Saras dan penyebab dari hilangnya Alpha dari ingatan perempuan itu. Alpha juga ingin membantu Saras untuk bangkit lagi dan menghidupkan kembali Oryzafood. Dan Alpha ingin membawa Saras keluar dari rumah Bastian. Saras berhak hidup dengan baik.Alpha mengusap wajahnya, frustasi. Ini lebih sulit dari membangun perusahaan baru. Alpha tidak pernah sefrustasi ini. Bahkan saat ditingg
Fiona menuruti ucapan Bastian. Kala pria itu meninggalkan ruang meeting, lalu memberikan kode agar mengikutinya ke rootfrof. Fiona tidak membantah perintah Bastian. Sekalipun merugikannya, Fiona akan tetap tunduk. Sebab ancaman dari membantah adalah sengsara. Fiona tidak ingin hidup sia-sia. Ada banyak tanggungan yang harus dia selesaikan. Dia masih punya keluarga. Di depannya, Bastian berdiri memunggungi. Kedua tangannya tenggelam di saku celana. Jasnya melambai-lambai di sapu angin. Fiona tertegun sejenak. Bastian punya paras yang menawan. Dari punggungnya saja sudah terlihat bahwa pria itu memiliki wajah tampan. Fiona kerap terpana, tapi dia sadar Bastian bukan lagi lajang yang bisa dikejar. Dia sudah punya istri. Dan istrinya adalah Saraswati Oryza, bukan orang sembarangan. "Kenapa ya, pak?" Akhirnya Fiona bersuara setelah diam selama beberapa menit.Bastian menunduk, lalu berbalik. Dia menatap Fiona dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian tatapannya berhenti di wajah mani
"Gani bosan," ucap Gani pada Alpha. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan bocah itu masih belum beranjak dari kasurnya. Alpha berada di sebelah Gani, menemani anak itu bermain dengan dinonya sebentar. Katanya setelah bermain dia akan mandi, tapi nyatanya dia malah merebahkan tubuhnya."Bosan kenapa? Mau main di playground?" tanya Alpha mengusap rambut Gani. Putra semata wayangnya akhir-akhir ini memang tidak bersemangat dan Alpha yakin ini karena Saras.Gani menghembuskan napas pelan, lalu bangun. Dia duduk, menatap Alpha yang sudah rapi dengan setelan kantornya. "Bisa nggak sih kita main ke rumah tante Saras?"Jawabannya sudah jelas tidak bisa. "Kayaknya untuk sekarang nggak bisa. Papa juga nggak tau dimana rumah tante Saras.""Yahhh." Gani menghela kecewa.Alpha tersenyum tipis. "Gani mandi dulu ya? Hari ini kan harus ke tempat belajar. Setelah itu kita ke playground."Gani mengangguk tak bersemangat. Tanpa berkata apapun lagi, Gani beringsut turun dari ranjangnya. Meraih handu
"Mau kemana?" tanya Bastian tepat ketika Saras keluar dari pintu utama. Dia menatap perempuan itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pakaiannya tidak seperti pakaian santai. Saras lebih rapi dan sedikit bersolek. "Keluar sebentar," jawab Saras. "Bolehkan?""Kemana? Biar saya antar," ucap Bastian menatap tidak yakin Saras. Dia menaruh curiga. Takut Saras pergi menemui Alpha.Saras menggelengkan kepalanya. "Aku bisa sendiri.""Jawab dulu pertanyaan saya, Saras," tekan Bastian menatap Saras tajam.Perempuan itu langsung ciut. Dia menundukkan kepala sembari berpikir akan menjawab apa. Sebab nyatanya tujuan Saras keluar adalah ingin berkunjung ke rumah Alpha. Tidak bertemu secara langsung, Saras hanya ingin melihat kondisi rumah itu dari jauh. "Ketemu teman," jawab Saras asal.Sorot mata Bastian semakin mengintimidasi. Saras menghela pelan. "Nggak mungkin aku ketemu Alpha.""Mana tau kan?""Dan membiarkan kamu melukai mereka?" sambung Saras dengan cepat.Bastian tersenyum miring. Tanga
Bastian meninggalkan rumah pukul empat sore dan baru pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Saras menyambutnya di depan pintu kala tak ada satupun yang menanggapi kebisingan yang pria itu buat. Semuanya memilih lanjut tidur dan tak peduli dengan Bastian. Tubuh lemah Bastian jatuh ke pelukan Saras. Bau alkohol menyeruak dari tubuhnya. Keadaan pria itu kacau. Pakaiannya berantakan."Kenapa mabuk lagi?" tanya Saras membawa tubuh bongsor itu menjauh dari pintu. Dengan tenaga yang tak seberapa, Saras membaringkan Bastian di atas sofa ruang tamu. Pria itu dalam kondisi tidak sadar. Sejak tadi dia tersenyum tidak jelas. Terkekeh-kekeh tanpa alasan. Saras membiarkan saja. Tugasnya adalah mengurus pria itu.Saras melepaskan sepatu yang masih membungkus kedua kaki Bastian. Tapi dengan tidak tau dirinya, Bastian malah menendang Saras. Pria itu tidak sadar, tapi tenaganya masih dalam kadar normal. Saras terdorong karena posisinya sejajar dengan kaki Bastian sehingga saat pria itu menendangnya, t
Tahun berganti tanpa terasa. Satu tahun sudah usia pernikahan Saras dan Alpha. Gani yang dulunya masih suka duduk di depan tv bersama mainannya juga sudah beranjak dewasa. Tahun ini Gani mulai masuk sekolah dasar. Ada banyak perubahan yang terjadi di hidup Saras dan juga orang-orang di sekelilingnya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali. Perlahan tapi pasti Saras dapat mengingat hubungannya dan Alpha di masa lalu. Bagaimana mereka bisa saling mengenal, lalu berakhir menjadi sepasang kekasih.Kehidupan Saras jauh lebih baik. Saras benar-benar dicintai. Alpha tidak membebani Saras dengan banyak hal. Justru pria itu ingin membantu Saras mengembalikan Oryzafood yang telah hilang. Gedung tinggi Oryzafood menjadi hadiah ulang tahun pernikahan mereka. Tepat hari ini, perusahaan itu diresmikan.Berada di tengah orang-orang penting sudah menjadi hal biasa bagi Saras. Alpha tak pernah lupa menyebut namanya saat bertemu dengan kolega dan klien. Di setiap acara di kantor tempatnya bekerja, Al
Tidak ingin membuang banyak waktu, usai ziarah ke makam ibu, Alpha dan Saras langsung kembali ke kota. Cuaca siang ini tampak tidak mendukung, takutnya ada hujan badai dan membuat perjalanan mereka terhambat. Jalan menuju desa Saras tidak semulus jalan aspal di ibu kota. Ada banyak batu, lubang dan turunan ekstrim. Belum lagi kiri-kanan jalan dipenuhi pohon besar yang bisa tumbang kapan saja. Mengantisipasi hal buruk terjadi, mereka memutuskan untuk tidak menginap di desa. Toh Saras hanya perlu mengapa ibu, tidak ada selain itu.Beruntung, perjalanan menuju rumah berjalan dengan lancar. Mereka tiba di rumah dengan selamat usai berkendara kurang lebih tiga jam. Tidak terjebak macet, tapi ban mobil sempat kempes dua kali. Maklum saja, mobil sulit beradaptasi dengan jalan yang mereka lalui.Langit sudah berubah orange kala mobil berhenti di halaman rumah. Saat membuka sealbeat, Alpha menemukan Saras tertidur di sebelahnya. Kepala perempuan itu sudah terkulai lemah. Kalau saja tubuhnya ti
Malam yang panjang dan menyenangkan.Alpha tidak menemukan Saras saat terbangun. Di sebelahnya kosong, sisa angin dan aroma parfum Saras yang melekat pada bantal. Melihat kiri-kanan, Alpha juga tidak menemukan apapun selain kondisi berantakan. Entah apa yang terjadi tadi malam, kamar yang biasanya rapi tampak seperti kapal pecah. Alpha menghela napas panjang dan kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Diam-diam tersenyum mengingat siapa dirinya sekarang. Alpha telah resmi menjadi suami dari Saraswati Oryza, mantan kekasih yang tak pernah memutus hubungan dengannya. Perempuan itu memang masih belum bisa mengingat sepenuhnya kisah mereka di masa lalu, tapi beberapa bagian penting tentang mereka sudah ada di benak Saras. Itu jelas sudah lebih baik.Alpha melipat kedua tangannya di belakang kepala. Rasanya begitu lega saat Saras sudah resmi jadi miliknya. Mungkin selama ini yang mengganjal di ulu hatinya adalah perasaan cinta yang Alph
Keputusan Alpha dan Saras untuk menikah sudah mutlak. Tepat pada tanggal 20 Juli 2024 mereka mengadakan acara pernikahan dengan konsep sederhana sebagai bentuk rasa syukur atas segala kebahagiaan dan kesuksesan yang mereka peroleh. Tidak ada sambutan meriah atau musik-musik klasik yang memekakkan telinga. Acara yang mereka adakan hanya seputar makan, berfoto dan pulang. Alpha tidak ingin merepotkan banyak orang dan memutuskan hanya mengundang beberapa teman dan kerabat dekat. Pun dengan dekorasi yang seadanya, bernuansa hitam dan putih. Alpha benar-benar ingin meminimalisir sesuatu yang menurutnya tidak penting. Alpha tidak ingin merayakan perayaan besar bukan karena ini pernikahan yang kedua, melainkan tidak ingin berlebihan dalam berbahagia. Rasanya tidak ada gunanya juga mengadakan perayaan besar. Sederhana saja sudah cukup. Intinya mereka berbahagia.Alpha mengenakan kemeja putih dan jas hitam serta celana dengan warna senada. Dia tampak begitu tampan. Sedangkan Saras dibalut dre
Perayaan kemenangan diadakan di rumah Alpha. Usai kemelut panjang yang menguras separuh jiwa, akhirnya mereka bisa berada di titik ini. Derma memenangkan pemilihan dan akan menaungi pusat marjona sebagai wilayah kekuasaannya. Rafi tertawa bahagia karena hadiah yang Alpha berikan—satu unit apartemen. Mama akhirnya bisa solo traveling lagi tanpa cemas pada Gani yang kini sudah punya ibu yang bisa mengawasi dan menemaninya seharian penuh. Dan Alpha yang merasa senang atas pencapaian yang diraih orang-orang disekitarnya. Alpha tidak pernah menyangka akan bisa berada di titik ini. Titik dimana semuanya terasa membaik. Mungkin ini tidak akan bertahan lama sebab sejatinya hidup akan diimbangi oleh bahagia dan sedih. Tapi setidaknya, Alpha sempat merasa eforia atas kebebasan yang dia peroleh.Mereka hanya sekedar kumpul biasa sembari makan bersama. Yang hadir juga bukan tetangga kiri-kanan rumah melainkan mereka yang benar-benar menang. Malam ini adalah malam bahagia. Sebelum esok kembali be
Bastian dijebloskan ke dalam penjara. Alpha tidak tau pasti berapa lama pria itu mendekam di balik jeruji besi, yang jelas lebih dari 5 tahun. Usai penangkapan seminggu yang lalu, Alpha belum menemui Bastian. Dia masih ada janji untuk memberi manusia itu pelajaran. Kini Alpha fokus membantu Saras mengurus berkas yang akan diajukan ke pengadilan. Berkas perceraian Saras dan Bastian. Alpha akan sepenuhnya membantu hingga tidak ada lagi ikatan di antara dua manusia itu.Ulang tahun Gani yang ke lima baru saja dirayakan kemarin. Hadiah dari Alpha untuk Gani adalah Saras. Alpha mengatakan pada Gani bahwa dalam waktu dekat dia akan punya ibu baru. Dan sosok yang cocok untuk menjadi ibunya adalah Saras—wanita yang sempat membuat Gani jatuh cinta akan sikap keibuannya.Gani tak langsung menerima, sebab beberapa hari belakangan Eva berhasil mengisi hatinya. Gani mulai goyah. Tapi berkat Derma yang turut meyakinkan dan kembali membisikkan bahwa Eva adalah ibu yang jahat, Gani langsung luluh. "
Saras tidak sadarkan diri, sedangkan Alpha penuh cidera. Di belakang Alpha yang berlari, Liu berusaha menyamai langkah tuan muda yang tak mau dipapah itu. Alpha bersikeras membawa Saras dengan tangannya sendiri. Tidak peduli bahwa dirinya juga butuh di gendong agar tak oleng di lorong rumah sakit. Beruntungnya, petugas yang berjaga tanggap menyambut kedatangan Alpha yang hampir kehabisan napas. Saras diambil alih, dibawa masuk ke ruangan IGD. Sementara itu, Alpha jatuh bertekuk lutut di hadapan pintu yang tertutup rapat.Liu menatap tuannya prihatin. Seumur hidup, ini kali pertama Liu melihat Alpha sekacau itu. Mungkin lebih kacau disaat Gani jatuh dari tangga dan koma selama tiga hari. Alpha memang tidak pernah bisa diprediksi dengan mudah. Emosi yang pria itu miliki selalu menjadi kejutan bagi Liu yang jarang bertatap muka dengan Alpha."Anda juga harus diobati, pak," ujar Liu membantu Alpha berdiri tegak. Luka di bahunya mungkin sudah sangat parah. Liu khawatir terjadi infeksi pada
Pistol tersebut jatuh, bersama dengan pijakan Bastian yang melemah. Liu berhasil datang tepat waktu dan mencegah Bastian menembakkan pelurunya. Tak selang beberapa lama, Alpha muncul bersama polisi dan interpol."Angkat tangan!"Ada banyak moncong pistol yang mengarah pada mereka. Otomatis, ajudan Bastian mengangkat tangan. Semuanya, terkecuali Bastian yang masih tak mau menyerah. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Meraih pistol yang terjatuh, lalu melingkarkan tangannya di leher Saras. Semuanya terkejut. Bastian tersenyum kala berhasil membawa Saras jauh dari kerumunan. Ujung pistol kembali diarahkan ke kepala Saras."Mundur atau perempuan ini mati," ancamnya.Alpha terkesiap, spontan melangkah mendekat melihat Saras yang berupaya menahan sakit. Namun Liu buru-buru menahan, takut Alpha yang terkena tembakan."Tahan, pak," ucap Liu memegang lengan Alpha."Saras." Alpha menatap perempuan itu. "Dia bisa mati.""Kami akan menyelamatkannya," ujar Liu menarik Alpha menjauh. Mau ba
Aksi balapan terjadi begitu saja. Taxi yang Saras tumpangi dipaksa untuk melaju lebih cepat kala mobil Bastian mengejar di belakang. Saras ketakutan. Mobil yang mengejar bukan hanya satu, melainkan tiga. Bayangkan saja taxi butut ini harus berhadapan dengan mobil yang memiliki mesin modern yang satu pijakan gas saja setara dengan tiga pijakan gas taxi."Lebih cepat pak!" desak Saras tidak peduli si supir taxi tidak mengerti dengan ucapannya. Meski tak mengerti, supir taxi tau Saras mendesaknya untuk melaju lebih cepat. Dia menginjak habis gas, membawa mobil itu melesat dengan cepat.Sementara di belakang mereka ada mobil Bastian yang tak kalah cepat. Jalanan mulai ramai, membuat mereka kesulitan mengejar Saras."Kepung mobil itu!" titah Bastian pada dua mobil yang sudah berada di depan. Bastian dapat melihatnya. Dua rubicon berada di sisi kanan dan kiri taxi, bersiap mengapitnya. Bastian tertawa kala taxi kehilangan arah. Rubicon tersebut mempersempit gerak taxi.Jauh di belakang mo