Bertemu Saras adalah sebuah kesalahan.Begitu sekiranya Alpha mendeskripsikan keadaannya saat ini. Setelah bertemu Saras, Alpha lebih banyak stres. Hampir setiap hari ada yang menjadi beban di pikirannya. Perihal hubungannya dan Saras di masa lalu yang belum berakhir, Saras yang tidak mengingat dirinya dan kini Saras yang kembali pada Bastian padahal sebelumnya perempuan itu mengalami kekerasan dan hal tidak mengenakan dari keluarga Bastian.Ada banyak kejanggalan yang turut mengganjal di hati Alpha. Dia merasa gelisah, tidak tenang bila semua kejanggalan itu belum hilang. Alpha perlu tau apa yang terjadi pada Saras dan penyebab dari hilangnya Alpha dari ingatan perempuan itu. Alpha juga ingin membantu Saras untuk bangkit lagi dan menghidupkan kembali Oryzafood. Dan Alpha ingin membawa Saras keluar dari rumah Bastian. Saras berhak hidup dengan baik.Alpha mengusap wajahnya, frustasi. Ini lebih sulit dari membangun perusahaan baru. Alpha tidak pernah sefrustasi ini. Bahkan saat ditingg
Fiona menuruti ucapan Bastian. Kala pria itu meninggalkan ruang meeting, lalu memberikan kode agar mengikutinya ke rootfrof. Fiona tidak membantah perintah Bastian. Sekalipun merugikannya, Fiona akan tetap tunduk. Sebab ancaman dari membantah adalah sengsara. Fiona tidak ingin hidup sia-sia. Ada banyak tanggungan yang harus dia selesaikan. Dia masih punya keluarga. Di depannya, Bastian berdiri memunggungi. Kedua tangannya tenggelam di saku celana. Jasnya melambai-lambai di sapu angin. Fiona tertegun sejenak. Bastian punya paras yang menawan. Dari punggungnya saja sudah terlihat bahwa pria itu memiliki wajah tampan. Fiona kerap terpana, tapi dia sadar Bastian bukan lagi lajang yang bisa dikejar. Dia sudah punya istri. Dan istrinya adalah Saraswati Oryza, bukan orang sembarangan. "Kenapa ya, pak?" Akhirnya Fiona bersuara setelah diam selama beberapa menit.Bastian menunduk, lalu berbalik. Dia menatap Fiona dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian tatapannya berhenti di wajah mani
"Gani bosan," ucap Gani pada Alpha. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan bocah itu masih belum beranjak dari kasurnya. Alpha berada di sebelah Gani, menemani anak itu bermain dengan dinonya sebentar. Katanya setelah bermain dia akan mandi, tapi nyatanya dia malah merebahkan tubuhnya."Bosan kenapa? Mau main di playground?" tanya Alpha mengusap rambut Gani. Putra semata wayangnya akhir-akhir ini memang tidak bersemangat dan Alpha yakin ini karena Saras.Gani menghembuskan napas pelan, lalu bangun. Dia duduk, menatap Alpha yang sudah rapi dengan setelan kantornya. "Bisa nggak sih kita main ke rumah tante Saras?"Jawabannya sudah jelas tidak bisa. "Kayaknya untuk sekarang nggak bisa. Papa juga nggak tau dimana rumah tante Saras.""Yahhh." Gani menghela kecewa.Alpha tersenyum tipis. "Gani mandi dulu ya? Hari ini kan harus ke tempat belajar. Setelah itu kita ke playground."Gani mengangguk tak bersemangat. Tanpa berkata apapun lagi, Gani beringsut turun dari ranjangnya. Meraih handu
"Mau kemana?" tanya Bastian tepat ketika Saras keluar dari pintu utama. Dia menatap perempuan itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pakaiannya tidak seperti pakaian santai. Saras lebih rapi dan sedikit bersolek. "Keluar sebentar," jawab Saras. "Bolehkan?""Kemana? Biar saya antar," ucap Bastian menatap tidak yakin Saras. Dia menaruh curiga. Takut Saras pergi menemui Alpha.Saras menggelengkan kepalanya. "Aku bisa sendiri.""Jawab dulu pertanyaan saya, Saras," tekan Bastian menatap Saras tajam.Perempuan itu langsung ciut. Dia menundukkan kepala sembari berpikir akan menjawab apa. Sebab nyatanya tujuan Saras keluar adalah ingin berkunjung ke rumah Alpha. Tidak bertemu secara langsung, Saras hanya ingin melihat kondisi rumah itu dari jauh. "Ketemu teman," jawab Saras asal.Sorot mata Bastian semakin mengintimidasi. Saras menghela pelan. "Nggak mungkin aku ketemu Alpha.""Mana tau kan?""Dan membiarkan kamu melukai mereka?" sambung Saras dengan cepat.Bastian tersenyum miring. Tanga
Bastian meninggalkan rumah pukul empat sore dan baru pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Saras menyambutnya di depan pintu kala tak ada satupun yang menanggapi kebisingan yang pria itu buat. Semuanya memilih lanjut tidur dan tak peduli dengan Bastian. Tubuh lemah Bastian jatuh ke pelukan Saras. Bau alkohol menyeruak dari tubuhnya. Keadaan pria itu kacau. Pakaiannya berantakan."Kenapa mabuk lagi?" tanya Saras membawa tubuh bongsor itu menjauh dari pintu. Dengan tenaga yang tak seberapa, Saras membaringkan Bastian di atas sofa ruang tamu. Pria itu dalam kondisi tidak sadar. Sejak tadi dia tersenyum tidak jelas. Terkekeh-kekeh tanpa alasan. Saras membiarkan saja. Tugasnya adalah mengurus pria itu.Saras melepaskan sepatu yang masih membungkus kedua kaki Bastian. Tapi dengan tidak tau dirinya, Bastian malah menendang Saras. Pria itu tidak sadar, tapi tenaganya masih dalam kadar normal. Saras terdorong karena posisinya sejajar dengan kaki Bastian sehingga saat pria itu menendangnya, t
Alpha menatap perempuan yang mengenakan dress selutut itu dari kejauhan. Perempuan yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya, lalu membuat resah dan sulit untuk beraktivitas dengan normal. Saras.Alpha menatapnya dari seberang jalan. Pagar rumah terbuka lebar, membuat pergerakan Saras yang sedang menyiram tanaman terlihat jelas. Tanpa sadar sudut bibir Alpha terangkat. Dia merasa senang sekaligus lega setelah tau Saras baik-baik saja. Perempuan itu masih bisa berdiri dengan kedua kakinya, masih bisa tersenyum, masih bisa menyiram tanaman dan masih bisa bersenandung. Dia tampak begitu bahagia.Apakah dia betulan bahagia berada di rumah itu?Apakah Alpha yang terlalu takut perempuan itu pergi meninggalkan rumahnya sehingga berasumsi Saras tidak hidup bahagia bersama Bastian?Entahlah, akhir-akhir ini Alpha mulai sadar dengan perasaan yang dia miliki. Alpha berkali-kali menolak perihal dirinya yang kembali jatuh hati pada Saras, tapi berkali-kali juga hatinya meyakinkan bahwa Alpha mulai
Pada akhirnya, Saras mengaku kalah.Dia tidak bisa menolak saat Alpha mengajaknya untuk pergi meninggalkan rumah Bastian. Sebab jauh di lubuk hati Saras, itulah yang dia inginkan. Dia ingin kabur, dia ingin terlepas dari siksaan keluarga Bastian. Saya akan bantu kamu melawan mereka.Kalimat yang Alpha ucapkan berhasil meluluhkan Saras, membuatnya percaya bahwa dia tidak sendirian. Sebetulnya Saras mampu melepaskan diri dari Bastian tanpa bantuan siapapun. Dia bisa kabur jauh-jauh hari dan bersembunyi di tempat yang tidak diketahui oleh siapapun. Namun Saras tidak bisa seegois itu. Bastian akan mencelakai Alpha dan Gani jika Saras kembali meninggalkan pria itu dan berdiri sebagai lawan. Ancaman Bastian bukan guyonan semata. Saras tau persis bagaimana pria itu kala dikhianati. "Saya takut," ucap Saras memecah sunyi yang membuat Alpha hampir mati. Mereka tak bersuara sejak mobil melaju meninggalkan rumah Bastian dan Alpha tidak tahan dengan hal itu."Apa yang kamu takutkan?" tanya Alph
Rupanya mobil mereka tidak berhenti di rumah Alpha, melainkan di sebuah apartemen yang letaknya cukup jauh dari pusat kota. Pantas saja jalanan yang mereka lalui terasa asing. Alpha turun lebih dulu, lalu disusul Saras. Pria itu berjalan di depannya. Saras berlari kecil, berusaha menyamai langkahnya dengan langkah lebar Alpha. Di tempat ini hanya ada satu apartemen yang dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan. Terletak di tempat terpencil. Saras menatap sekeliling. Hanya ada hijaunya pohon, serta warna warni dari bunga yang tumbuh di sekeliling apartemen. Indah, tapi bisa juga seram.Di lobi—lebih tepatnya di meja resepsionis, ada seorang perempuan. Dia menundukkan kepalanya kala Alpha berjalan mendekat. Lalu resepsionis tersebut memberikan kunci tanpa perlu Alpha minta. Selanjutnya Alpha membawa Saras memasuki lift. Lantai tujuan mereka adalah 10, tapi lift bergerak ke bawah. Saras tersentak karena pergerakan aneh itu. Dia menatap Alpha."Aman," ucap Alpha seakan tau dengan kecemasan