Bastian meninggalkan rumah pukul empat sore dan baru pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Saras menyambutnya di depan pintu kala tak ada satupun yang menanggapi kebisingan yang pria itu buat. Semuanya memilih lanjut tidur dan tak peduli dengan Bastian. Tubuh lemah Bastian jatuh ke pelukan Saras. Bau alkohol menyeruak dari tubuhnya. Keadaan pria itu kacau. Pakaiannya berantakan."Kenapa mabuk lagi?" tanya Saras membawa tubuh bongsor itu menjauh dari pintu. Dengan tenaga yang tak seberapa, Saras membaringkan Bastian di atas sofa ruang tamu. Pria itu dalam kondisi tidak sadar. Sejak tadi dia tersenyum tidak jelas. Terkekeh-kekeh tanpa alasan. Saras membiarkan saja. Tugasnya adalah mengurus pria itu.Saras melepaskan sepatu yang masih membungkus kedua kaki Bastian. Tapi dengan tidak tau dirinya, Bastian malah menendang Saras. Pria itu tidak sadar, tapi tenaganya masih dalam kadar normal. Saras terdorong karena posisinya sejajar dengan kaki Bastian sehingga saat pria itu menendangnya, t
Alpha menatap perempuan yang mengenakan dress selutut itu dari kejauhan. Perempuan yang akhir-akhir ini memenuhi kepalanya, lalu membuat resah dan sulit untuk beraktivitas dengan normal. Saras.Alpha menatapnya dari seberang jalan. Pagar rumah terbuka lebar, membuat pergerakan Saras yang sedang menyiram tanaman terlihat jelas. Tanpa sadar sudut bibir Alpha terangkat. Dia merasa senang sekaligus lega setelah tau Saras baik-baik saja. Perempuan itu masih bisa berdiri dengan kedua kakinya, masih bisa tersenyum, masih bisa menyiram tanaman dan masih bisa bersenandung. Dia tampak begitu bahagia.Apakah dia betulan bahagia berada di rumah itu?Apakah Alpha yang terlalu takut perempuan itu pergi meninggalkan rumahnya sehingga berasumsi Saras tidak hidup bahagia bersama Bastian?Entahlah, akhir-akhir ini Alpha mulai sadar dengan perasaan yang dia miliki. Alpha berkali-kali menolak perihal dirinya yang kembali jatuh hati pada Saras, tapi berkali-kali juga hatinya meyakinkan bahwa Alpha mulai
Pada akhirnya, Saras mengaku kalah.Dia tidak bisa menolak saat Alpha mengajaknya untuk pergi meninggalkan rumah Bastian. Sebab jauh di lubuk hati Saras, itulah yang dia inginkan. Dia ingin kabur, dia ingin terlepas dari siksaan keluarga Bastian. Saya akan bantu kamu melawan mereka.Kalimat yang Alpha ucapkan berhasil meluluhkan Saras, membuatnya percaya bahwa dia tidak sendirian. Sebetulnya Saras mampu melepaskan diri dari Bastian tanpa bantuan siapapun. Dia bisa kabur jauh-jauh hari dan bersembunyi di tempat yang tidak diketahui oleh siapapun. Namun Saras tidak bisa seegois itu. Bastian akan mencelakai Alpha dan Gani jika Saras kembali meninggalkan pria itu dan berdiri sebagai lawan. Ancaman Bastian bukan guyonan semata. Saras tau persis bagaimana pria itu kala dikhianati. "Saya takut," ucap Saras memecah sunyi yang membuat Alpha hampir mati. Mereka tak bersuara sejak mobil melaju meninggalkan rumah Bastian dan Alpha tidak tahan dengan hal itu."Apa yang kamu takutkan?" tanya Alph
Rupanya mobil mereka tidak berhenti di rumah Alpha, melainkan di sebuah apartemen yang letaknya cukup jauh dari pusat kota. Pantas saja jalanan yang mereka lalui terasa asing. Alpha turun lebih dulu, lalu disusul Saras. Pria itu berjalan di depannya. Saras berlari kecil, berusaha menyamai langkahnya dengan langkah lebar Alpha. Di tempat ini hanya ada satu apartemen yang dikelilingi oleh rimbunnya pepohonan. Terletak di tempat terpencil. Saras menatap sekeliling. Hanya ada hijaunya pohon, serta warna warni dari bunga yang tumbuh di sekeliling apartemen. Indah, tapi bisa juga seram.Di lobi—lebih tepatnya di meja resepsionis, ada seorang perempuan. Dia menundukkan kepalanya kala Alpha berjalan mendekat. Lalu resepsionis tersebut memberikan kunci tanpa perlu Alpha minta. Selanjutnya Alpha membawa Saras memasuki lift. Lantai tujuan mereka adalah 10, tapi lift bergerak ke bawah. Saras tersentak karena pergerakan aneh itu. Dia menatap Alpha."Aman," ucap Alpha seakan tau dengan kecemasan
"Kalian nggak becus! Ketimbang jagain perempuan hilang ingatan samo bego aja nggak bisa!"Bastian mengamuk pada orang-orang yang dia minta menjaga Saras. Ketika Bastian pulang, tidak ada seorang pun yang menyambutnya. Bastian tidak masalah jika mama dan Aderion tidak di rumah, tapi Saras, perempuan itu turut menghilang. Saat di cek lagi, ternyata perempuan itu dibawa pergi oleh Alpha. "Sore tadi kenapa tidak ada satupun yang berjaga di depan gerbang?!"Semua pengawal yang telah dia bayar mahal untuk menjaga Saras hanya bisa menundukkan kepala. Mereka tidak membantah karena mereka mengaku salah. Mereka tidak tau bahwa Saras meninggalkan kamar dan pergi ke halaman untuk menyiram tanaman. Mereka juga tidak menduga hal itu akan terjadi dan memilih nongkrong di pos depan. Sebagian lagi tidur dan sebagian lagi pergi untuk membeli cemilan. Bastian menendang meja di hadapannya. Kali ini dia benar-benar kalut. Minggu depan Bastian akan mengadakan konferensi pers lagi. Membawa calon wali kota
Alpha sempat mengatakan bahwa dirinya ingin menjadikan Saras sebagai kekasihnya. Setelah diingat-ingat lagi, Alpha menyesal telah berkata seperti itu. Sebab setelahnya, Alpha dijadikan bulan-bulanan oleh Derma. Pria itu selalu menggodanya dan berkata cie-cie saat bertemu. Menyebalkan sekali.Hari ini adalah hari ketiga Alpha menyembunyikan Saras. Seperti ucapannya kala membawa Saras kembali, Alpha benar-benar berkunjung tiga kali sehari. Saat sarapan, makan siang dan makan malam. Bahkan kemarin malam Alpha sengaja pulang agak sedikit larut agar bisa menyaksikan Saras beristirahat.Pekerjaan perempuan itu juga tidak terlalu berat. Hanya sebatas membersihkan kamar yang ditinggalinya, lalu memasak makanan untuk Alpha dan Gani. Dan pagi ini, Alpha kembali berkunjung. Sudah dua malam Gani menginap di rumah mama, sehingga Alpha tidak terlalu khawatir untuk meninggalkan rumah. Dia juga merasa sedikit bebas karena bisa pulang lebih lama.Ah, Alpha jadi merindukan masa dimana dirinya masih bi
Masa lalu yang telah dijanjikan untuk tidak diingat ternyata kembali dibawa naik ke permukaan. Alpha menggali lagi memori yang berisi kebersamaan dirinya dan Saras. Ini adalah saat yang tepat. Alpha tidak ingin mengulur lebih banyak waktu lagi untuk mengungkapkan semuanya. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk kesekian kalinya."Bapak nggak bercanda kan?" tanya Saras menatap Alpha. Pria itu duduk di hadapannya, menatap lekat wajahnya. Tatapan yang sebelumnya tak pernah Saras lihat, tatapan yang begitu berbeda. Binarnya seperti binar seseorang yang sedang jatuh cinta.Hah? Jatuh... cinta? Alpha jatuh cinta?Saras menelan salivanya. Mendadak suasana berubah canggung. Rasanya sulit untuk berucap. Bait kalimat yang memenuhi kepala Saras berakhir di tenggorokannya. Berhenti di sana seakan tidak diizinkan untuk terucap."Untuk apa saya bercanda?" Alpha balik bertanya. Wajar Saras meragu, tapi tidak rasional rasanya jika Alpha bergurau hanya untuk menarik perhatian Saras. Dia jelas bis
"Kamu mau jadi pacar saya?"Kalimat itu terus membayang-bayangi kepala Alpha. Dia menendang tong sampah yang berada di sudut meja, merasa kesal sekaligus menyesal. Apa-apaan dia bertanya seperti itu pada Saras. Alpha merasa ada yang tidak beres dengan dirinya."Tapi saya masih istri sah Bastian.""Saya bisa bantu kamu lepas dari pria itu.""Saya pikir dulu, pak."Alpha mengusap rambutnya. Dia tampak begitu frustasi. Seharusnya Alpha tidak bertanya secepat itu. Obrolan mereka seharusnya selesai di pembahasan tentang hubungan mereka di masa lalu. "Alpha gila!""Iya! Gue gila, mau apa lo?!" Dia menatap tajam Derma yang memasuki ruangan. Kini Alpha telah berada di kantor. Dia tidak punya muka untuk berlama-lama di tempat Saras. Bahkan dia enggan untuk makan siang di sana. Mungkin akan bersembunyi selama beberapa hari dan berharap Saras melupakan pertanyaan tidak masuk akal itu.Derma mendelik sinis. Dia berjalan mendekati Alpha, lalu melemparkan berkas-berkas laporan tugas yang diberikan
Tahun berganti tanpa terasa. Satu tahun sudah usia pernikahan Saras dan Alpha. Gani yang dulunya masih suka duduk di depan tv bersama mainannya juga sudah beranjak dewasa. Tahun ini Gani mulai masuk sekolah dasar. Ada banyak perubahan yang terjadi di hidup Saras dan juga orang-orang di sekelilingnya. Ingatannya yang hilang perlahan kembali. Perlahan tapi pasti Saras dapat mengingat hubungannya dan Alpha di masa lalu. Bagaimana mereka bisa saling mengenal, lalu berakhir menjadi sepasang kekasih.Kehidupan Saras jauh lebih baik. Saras benar-benar dicintai. Alpha tidak membebani Saras dengan banyak hal. Justru pria itu ingin membantu Saras mengembalikan Oryzafood yang telah hilang. Gedung tinggi Oryzafood menjadi hadiah ulang tahun pernikahan mereka. Tepat hari ini, perusahaan itu diresmikan.Berada di tengah orang-orang penting sudah menjadi hal biasa bagi Saras. Alpha tak pernah lupa menyebut namanya saat bertemu dengan kolega dan klien. Di setiap acara di kantor tempatnya bekerja, Al
Tidak ingin membuang banyak waktu, usai ziarah ke makam ibu, Alpha dan Saras langsung kembali ke kota. Cuaca siang ini tampak tidak mendukung, takutnya ada hujan badai dan membuat perjalanan mereka terhambat. Jalan menuju desa Saras tidak semulus jalan aspal di ibu kota. Ada banyak batu, lubang dan turunan ekstrim. Belum lagi kiri-kanan jalan dipenuhi pohon besar yang bisa tumbang kapan saja. Mengantisipasi hal buruk terjadi, mereka memutuskan untuk tidak menginap di desa. Toh Saras hanya perlu mengapa ibu, tidak ada selain itu.Beruntung, perjalanan menuju rumah berjalan dengan lancar. Mereka tiba di rumah dengan selamat usai berkendara kurang lebih tiga jam. Tidak terjebak macet, tapi ban mobil sempat kempes dua kali. Maklum saja, mobil sulit beradaptasi dengan jalan yang mereka lalui.Langit sudah berubah orange kala mobil berhenti di halaman rumah. Saat membuka sealbeat, Alpha menemukan Saras tertidur di sebelahnya. Kepala perempuan itu sudah terkulai lemah. Kalau saja tubuhnya ti
Malam yang panjang dan menyenangkan.Alpha tidak menemukan Saras saat terbangun. Di sebelahnya kosong, sisa angin dan aroma parfum Saras yang melekat pada bantal. Melihat kiri-kanan, Alpha juga tidak menemukan apapun selain kondisi berantakan. Entah apa yang terjadi tadi malam, kamar yang biasanya rapi tampak seperti kapal pecah. Alpha menghela napas panjang dan kembali menjatuhkan kepalanya di atas bantal. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Diam-diam tersenyum mengingat siapa dirinya sekarang. Alpha telah resmi menjadi suami dari Saraswati Oryza, mantan kekasih yang tak pernah memutus hubungan dengannya. Perempuan itu memang masih belum bisa mengingat sepenuhnya kisah mereka di masa lalu, tapi beberapa bagian penting tentang mereka sudah ada di benak Saras. Itu jelas sudah lebih baik.Alpha melipat kedua tangannya di belakang kepala. Rasanya begitu lega saat Saras sudah resmi jadi miliknya. Mungkin selama ini yang mengganjal di ulu hatinya adalah perasaan cinta yang Alph
Keputusan Alpha dan Saras untuk menikah sudah mutlak. Tepat pada tanggal 20 Juli 2024 mereka mengadakan acara pernikahan dengan konsep sederhana sebagai bentuk rasa syukur atas segala kebahagiaan dan kesuksesan yang mereka peroleh. Tidak ada sambutan meriah atau musik-musik klasik yang memekakkan telinga. Acara yang mereka adakan hanya seputar makan, berfoto dan pulang. Alpha tidak ingin merepotkan banyak orang dan memutuskan hanya mengundang beberapa teman dan kerabat dekat. Pun dengan dekorasi yang seadanya, bernuansa hitam dan putih. Alpha benar-benar ingin meminimalisir sesuatu yang menurutnya tidak penting. Alpha tidak ingin merayakan perayaan besar bukan karena ini pernikahan yang kedua, melainkan tidak ingin berlebihan dalam berbahagia. Rasanya tidak ada gunanya juga mengadakan perayaan besar. Sederhana saja sudah cukup. Intinya mereka berbahagia.Alpha mengenakan kemeja putih dan jas hitam serta celana dengan warna senada. Dia tampak begitu tampan. Sedangkan Saras dibalut dre
Perayaan kemenangan diadakan di rumah Alpha. Usai kemelut panjang yang menguras separuh jiwa, akhirnya mereka bisa berada di titik ini. Derma memenangkan pemilihan dan akan menaungi pusat marjona sebagai wilayah kekuasaannya. Rafi tertawa bahagia karena hadiah yang Alpha berikan—satu unit apartemen. Mama akhirnya bisa solo traveling lagi tanpa cemas pada Gani yang kini sudah punya ibu yang bisa mengawasi dan menemaninya seharian penuh. Dan Alpha yang merasa senang atas pencapaian yang diraih orang-orang disekitarnya. Alpha tidak pernah menyangka akan bisa berada di titik ini. Titik dimana semuanya terasa membaik. Mungkin ini tidak akan bertahan lama sebab sejatinya hidup akan diimbangi oleh bahagia dan sedih. Tapi setidaknya, Alpha sempat merasa eforia atas kebebasan yang dia peroleh.Mereka hanya sekedar kumpul biasa sembari makan bersama. Yang hadir juga bukan tetangga kiri-kanan rumah melainkan mereka yang benar-benar menang. Malam ini adalah malam bahagia. Sebelum esok kembali be
Bastian dijebloskan ke dalam penjara. Alpha tidak tau pasti berapa lama pria itu mendekam di balik jeruji besi, yang jelas lebih dari 5 tahun. Usai penangkapan seminggu yang lalu, Alpha belum menemui Bastian. Dia masih ada janji untuk memberi manusia itu pelajaran. Kini Alpha fokus membantu Saras mengurus berkas yang akan diajukan ke pengadilan. Berkas perceraian Saras dan Bastian. Alpha akan sepenuhnya membantu hingga tidak ada lagi ikatan di antara dua manusia itu.Ulang tahun Gani yang ke lima baru saja dirayakan kemarin. Hadiah dari Alpha untuk Gani adalah Saras. Alpha mengatakan pada Gani bahwa dalam waktu dekat dia akan punya ibu baru. Dan sosok yang cocok untuk menjadi ibunya adalah Saras—wanita yang sempat membuat Gani jatuh cinta akan sikap keibuannya.Gani tak langsung menerima, sebab beberapa hari belakangan Eva berhasil mengisi hatinya. Gani mulai goyah. Tapi berkat Derma yang turut meyakinkan dan kembali membisikkan bahwa Eva adalah ibu yang jahat, Gani langsung luluh. "
Saras tidak sadarkan diri, sedangkan Alpha penuh cidera. Di belakang Alpha yang berlari, Liu berusaha menyamai langkah tuan muda yang tak mau dipapah itu. Alpha bersikeras membawa Saras dengan tangannya sendiri. Tidak peduli bahwa dirinya juga butuh di gendong agar tak oleng di lorong rumah sakit. Beruntungnya, petugas yang berjaga tanggap menyambut kedatangan Alpha yang hampir kehabisan napas. Saras diambil alih, dibawa masuk ke ruangan IGD. Sementara itu, Alpha jatuh bertekuk lutut di hadapan pintu yang tertutup rapat.Liu menatap tuannya prihatin. Seumur hidup, ini kali pertama Liu melihat Alpha sekacau itu. Mungkin lebih kacau disaat Gani jatuh dari tangga dan koma selama tiga hari. Alpha memang tidak pernah bisa diprediksi dengan mudah. Emosi yang pria itu miliki selalu menjadi kejutan bagi Liu yang jarang bertatap muka dengan Alpha."Anda juga harus diobati, pak," ujar Liu membantu Alpha berdiri tegak. Luka di bahunya mungkin sudah sangat parah. Liu khawatir terjadi infeksi pada
Pistol tersebut jatuh, bersama dengan pijakan Bastian yang melemah. Liu berhasil datang tepat waktu dan mencegah Bastian menembakkan pelurunya. Tak selang beberapa lama, Alpha muncul bersama polisi dan interpol."Angkat tangan!"Ada banyak moncong pistol yang mengarah pada mereka. Otomatis, ajudan Bastian mengangkat tangan. Semuanya, terkecuali Bastian yang masih tak mau menyerah. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Meraih pistol yang terjatuh, lalu melingkarkan tangannya di leher Saras. Semuanya terkejut. Bastian tersenyum kala berhasil membawa Saras jauh dari kerumunan. Ujung pistol kembali diarahkan ke kepala Saras."Mundur atau perempuan ini mati," ancamnya.Alpha terkesiap, spontan melangkah mendekat melihat Saras yang berupaya menahan sakit. Namun Liu buru-buru menahan, takut Alpha yang terkena tembakan."Tahan, pak," ucap Liu memegang lengan Alpha."Saras." Alpha menatap perempuan itu. "Dia bisa mati.""Kami akan menyelamatkannya," ujar Liu menarik Alpha menjauh. Mau ba
Aksi balapan terjadi begitu saja. Taxi yang Saras tumpangi dipaksa untuk melaju lebih cepat kala mobil Bastian mengejar di belakang. Saras ketakutan. Mobil yang mengejar bukan hanya satu, melainkan tiga. Bayangkan saja taxi butut ini harus berhadapan dengan mobil yang memiliki mesin modern yang satu pijakan gas saja setara dengan tiga pijakan gas taxi."Lebih cepat pak!" desak Saras tidak peduli si supir taxi tidak mengerti dengan ucapannya. Meski tak mengerti, supir taxi tau Saras mendesaknya untuk melaju lebih cepat. Dia menginjak habis gas, membawa mobil itu melesat dengan cepat.Sementara di belakang mereka ada mobil Bastian yang tak kalah cepat. Jalanan mulai ramai, membuat mereka kesulitan mengejar Saras."Kepung mobil itu!" titah Bastian pada dua mobil yang sudah berada di depan. Bastian dapat melihatnya. Dua rubicon berada di sisi kanan dan kiri taxi, bersiap mengapitnya. Bastian tertawa kala taxi kehilangan arah. Rubicon tersebut mempersempit gerak taxi.Jauh di belakang mo