Jika Harsha gagal mendapat lahan itu, Yoga pun bisa membunuhnya dan membalaskan dendam ibunya.Jiwa Bimo terbangun. Dia berkata, "Lupakan saja. Kamu nggak mungkin bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura dalam 3 hari."Yoga berujar, "Jangan ganggu konsentrasiku."Bimo termangu sebelum berkata, "Aku bisa memberimu bimbingan. Kujamin kamu bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura dalam 3 hari.""Oh? Memangnya kamu begitu baik hati?" tanya Yoga dengan ragu."Jangan bicara omong kosong. Sebenarnya aku juga untung kalau kamu menguasai teknik itu. Jadi, kamu nggak menggunakan reputasiku untuk menipu orang lagi," sahut Bimo."Oke. Kalau begitu, beri tahu aku caranya," ucap Yoga.Bimo menjelaskan, "Kamu nggak bakal bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura kalau cuma melakukan kultivasi tertutup. Kunci dari teknik ini cuma satu, yaitu menahan.""Segel basis kultivasimu selama 3 hari. Selama 3 hari ini, kamu cuma boleh mengandalkan fisikmu untuk menahan berbagai siksaan. Setelah itu, kamu akan
Pria gendut itu bertanya, "Kenapa? Kamu merasa dia mirip mantanmu ya? Kamu menyesal sudah memilihku?""Apa yang kamu katakan? Keputusan terbaik yang pernah kubuat adalah mencampakkan pria miskin itu dan mengikutimu. Jujur saja, mantanku bahkan nggak bisa mentraktirku makan di warung. Kalau sama kamu, aku bisa makan enak. Mana bisa dia dibandingkan denganmu!" sahut Kiki dengan manja."Haha!" Pria gendut itu tergelak, lalu memeluk Kiki dan memuji, "Ternyata kamu cerdas juga."Kiki memeluk pria gendut itu dan bertanya lagi, "Aku serius. Kamu nggak merasa pria itu agak mirip bos kita?""Sembarangan." Pria gendut itu sontak meremas bokong Kiki dengan kuat hingga membuatnya sakit. Dia meneruskan, "Bocah itu lemah sekali. Penampilannya seperti pengemis. Gimana bisa mirip bos kita?""Ya, benar juga. Kekayaan bos kita mencapai ratusan miliar. Pengemis seperti dia nggak mungkin bisa punya uang sebanyak itu. Tapi, tatapan dan sosok belakangnya memang mirip Pak Yoga," balas Kiki."Kiki, jangan-jan
Bagaimana bisa tuan muda yang bermartabat berakhir semenyedihkan ini? Yoga merasa sedih melihatnya.Staf dapur mengangkat kepalanya sambil menatap Asta dengan tatapan merendahkan. Dia berkata, "Pergi saja kalau nggak mau makan. Kamu nggak berhak berkomentar di sini.""Kamu ...." Asta tidak berani menyinggung mereka. Dia hanya bisa menahan emosinya dan berjalan pergi dengan mengambil sebuah roti.Begitu Asta berjongkok dan hendak makan, seorang pria kekar di sebelah tiba-tiba membuang dahak di atas makanannya. Asta tentu murka. Dia bertanya, "Firman, apa maksudmu ini?"Pekerja bernama Firman itu pun terkekeh-kekeh dan membalas, "Oh, bukan apa-apa. Kulihat kamu nggak terbiasa dengan makanan hambar seperti ini, jadi membantumu menambah bumbu. Cepat berterima kasih padaku.""Berengsek! Keterlaluan sekali!" maki Asta sambil menggertakkan giginya."Sialan!" Firman sontak menampar Asta dan membentak, "Kamu kira siapa kamu? Beraninya kamu memakiku!"Asta akhirnya tidak tahan lagi. Dia melempar
'Aku seorang kultivator jenderal yang bermartabat, tapi malah dihajar oleh sekelompok pekerja ini! Memalukan sekali!' batin Yoga dengan enggan.Sementara itu, Bimo yang merasa menyesal berkata, "Cepat atau lambat, aku pasti akan merebut tubuhmu ini. Kalau orang-orang tahu aku pernah bekerja di lokasi konstruksi dan dihajar orang, bukankah aku bakal sangat malu?"Asta tentu terkejut melihat situasi ini. Dia tidak menyangka ada orang yang bersedia membelanya di sini. Dia segera merangkak ke atas tubuh Yoga, lalu menggunakan tubuhnya untuk menghalangi serangan orang-orang. Dengan ekspresi penuh syukur, dia berujar, "Sobat, terima kasih ....""Sialan! Terima kasih apanya? Aku memang berutang budi padamu. Tunggu saja. Setelah sukses, aku pasti akan kembali dan membalaskan dendammu!" ucap Yoga sambil menyeka darah di sudut bibir.Asta tersenyum getir mendengarnya. Sukses? Bagaimana bisa orang seperti mereka sukses? Mereka mungkin baru bisa membalas dendam setelah menjadi hantu!"Apa yang kal
Ketika Asta berpacaran dengan Kiki, dia mengorbankan segalanya untuk menanggung biaya hidupnya. Alhasil, yang didapatkannya malah pengkhianatan seperti ini.Selain itu, si Gendut sama sekali tidak merasa bersalah karena telah merebut pacar Asta. Pria ini bahkan menginstruksi orang menindasnya dan menahan gajinya. Benar-benar rendahan!Asta berteriak dan hendak berkelahi dengan mereka. Si Gendut berujar dengan santai, "Ayo, maju kalau berani. Kalau kamu berani menyentuhku, jangan harap bisa mendapat gajimu selama 2 bulan. Ibumu nggak akan bisa dioperasi dan tinggal menunggu ajalnya.""Aku ...." Asta seketika menjadi lebih tenang. Dia harus menahan diri demi ibunya. Dia adalah satu-satunya harapan ibunya untuk bertahan hidup. Jika si Gendut menahan gajinya, ibunya hanya akan mati.Dengan demikian, Asta hanya bisa berjongkok dan terdiam dengan mata berkaca-kaca. Orang-orang pun mentertawakannya. Mereka mengejeknya sebagai pecundang!Yoga bertanya, "Kalian nggak merasa perbuatan kalian ini
Yoga menyahut, "Nggak perlu. Omong-omong, ibumu sakit apa?"Asta membalas, "Tumor otak. Sekarang penglihatannya sudah terganggu. Aku butuh 100 juta untuk biaya operasinya.""Beri aku waktu 3 hari. Setelah itu, aku akan mengurus semuanya untukmu," ujar Yoga.Asta pun tersenyum getir. Dia yakin kondisi ekonomi Yoga juga tidak baik. Bagaimanapun, mereka sama-sama bekerja di lokasi konstruksi.Uang 100 juta mungkin adalah hasil tabungan Yoga selama setengah hidupnya. Mana mungkin Asta mengambil uang itu?Asta berkata, "Sobat, aku terima niat baikmu. Tapi, nggak perlu. Asalkan gaji 2 bulanku cair, aku bisa membayar biaya operasi ibuku."Yoga tidak berbicara lagi. Dia akan menguasai Teknik Menyembunyikan Aura dalam 3 hari ini, lalu kembali dengan membawa kemenangan. Kemudian, dia akan membalaskan dendam Asta.Karina turun dari mobil. Kecantikannya sontak menjadi pusat perhatian. Semua orang menatapnya lekat-lekat. Dia memang wanita idaman semua orang.Si Gendut berkata dengan rendah hati, "B
Jika bisa meninggalkan kesan baik untuk Karina, bukankah masa depan mereka akan terjamin?Yoga merasa lucu. Dia jelas-jelas sudah menyamar, tetapi Karina masih menyadari sesuatu? Jadi, dia menolak, "Maaf, Bu. Aku nggak bisa."Suasana sontak menjadi heboh. Orang-orang merasa ada yang salah dengan otak Yoga. Bagaimana bisa dia menolak kesempatan emas seperti ini?Karina pun tampak kecewa, tetapi tidak memaksa. Dia berkata, "Ya sudah. Satu kotak cukup nggak? Ambil saja 2 kotak.""Terima kasih, Bu." Kebetulan, Yoga memang lapar sehingga tidak menolak. Di hadapan Karina yang begitu bersinar, penampilan Yoga yang berantakan memang terlihat agak memalukan.Sekarang giliran Asta. Si Gendut menatapnya dengan tatapan mengancam. Untungnya, Asta tidak mengadu.Ketika Yoga sedang makan dengan lahap, Asta mendekatinya dan memberinya udang besar di nasi kotaknya. Dia berujar, "Aku alergi udang. Kamu saja yang makan.""Terima kasih." Yoga tidak bersikap sungkan sedikit pun. Kemudian, dia membatin, 'Ak
Yoga bertanya balik, "Kamu sendiri kenapa nggak makan di lokasi konstruksi? Kamu mau ke mana?"Asta menyahut, "Aku harus menjaga ibuku. Aku akan makan di rumah.""Aku ikut," ucap Yoga.Asta merasa serbasalah. Yoga bertanya, "Kenapa? Aku nggak boleh ke rumahmu?""Bukan begitu. Rumahku agak berantakan. Aku khawatir kamu nggak nyaman," sahut Asta segera."Nggak apa-apa, kita teman. Ayo cepat," desak Yoga."Ya sudah." Asta terkekeh-kekeh dan bertanya, "Kamu yang bilang kita ini teman. Kalau begitu, apa kamu bisa melepaskan masker dan topimu? Memangnya kamu nggak merasa sesak?""Aku lagi alergi angin. Setelah alergiku sembuh, aku akan melepaskannya," sahut Yoga yang mencari alasan.Asta pun tidak merasa curiga. Keduanya segera tiba di rumah Asta. Ternyata, rumah yang dimaksud Asta adalah aula leluhur. Seluruh aset Keluarga Sitorus telah digadaikan dan hanya tersisa tempat ini.Aula leluhur ini sudah lama tidak direnovasi sehingga dinding dan atapnya lapuk. Bahkan, banyak rumput liar yang tu
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p
Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal
Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem
"Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa
"Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y
Pasukan prajurit tengkorak bergerak serempak dan menciptakan kegemparan besar di seluruh ruangan. Mereka memegang pedang panjang dan senjata tajam, lalu menyerbu ke arah semua orang.Farel dan kelompoknya yang merupakan para kultivator prajurit, tentu tidak takut. Mereka segera terjun ke dalam pertempuran.Seseorang berseru kaget, "Aneh, makhluk-makhluk ini ternyata punya kekuatan setara sama kultivator dasar. Di luar nalar banget!"Orang lain bertanya dengan penuh takjub, "Ada begitu banyak kultivator dari dunia bela diri kuno mati di sini? Siapa sebenarnya yang melakukan ini?"Para prajurit tengkorak itu terus ditumbangkan satu per satu oleh kelompok Farel. Pada awalnya, mereka terlihat seperti mampu mengalahkan para tengkorak itu dengan mudah. Namun, jumlah tengkorak yang sangat banyak mulai menjadi masalah."Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Tengkorak-tengkorak ini bisa kembali ke bentuk semula!" seru salah satu orang dengan wajah pucat ketakutan.Semua kultivator prajurit di te
"Apa kita sudah memicu jebakannya?" kata salah seorang lagi dengan cemas dan ragu.Saat ini, semua orang cemas karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Namun, raksa yang mengalir di langit itu hanya berkumpul dan mengisi lengkungan karena mutiara bercahaya yang tercabut saja. Setelah itu, raksanya tidak mengalir lagi."Sepertinya nggak ada apa-apa lagi. Syukurlah," kata salah seorang sambil menghela napas lega."Ayo pergi," kata Farel sambil mengernyitkan alis dan berusaha menahan amarahnya. Semua ini karena sekelompok sampah ini, sehingga jebakannya terpicu. Jika seluruh istana ini dipenuhi dengan raksa, mereka akan mati. Namun, sekarang yang paling penting adalah segera mencari harta karun itu.Semua orang segera melanjutkan perjalanan dengan langkah yang terburu-buru. Namun, mereka mendengar ada suara langkah kaki lainnya di tempat itu. Seorang kultivator prajurit memiliki indra yang lebih tajam, sehingga mereka bisa mendengar lebih banyak suara di ruangan tertutup seperti ini."