Share

Bab 904

Author: Vodka
last update Last Updated: 2024-09-01 18:00:01
Yoga bertanya balik, "Kamu sendiri kenapa nggak makan di lokasi konstruksi? Kamu mau ke mana?"

Asta menyahut, "Aku harus menjaga ibuku. Aku akan makan di rumah."

"Aku ikut," ucap Yoga.

Asta merasa serbasalah. Yoga bertanya, "Kenapa? Aku nggak boleh ke rumahmu?"

"Bukan begitu. Rumahku agak berantakan. Aku khawatir kamu nggak nyaman," sahut Asta segera.

"Nggak apa-apa, kita teman. Ayo cepat," desak Yoga.

"Ya sudah." Asta terkekeh-kekeh dan bertanya, "Kamu yang bilang kita ini teman. Kalau begitu, apa kamu bisa melepaskan masker dan topimu? Memangnya kamu nggak merasa sesak?"

"Aku lagi alergi angin. Setelah alergiku sembuh, aku akan melepaskannya," sahut Yoga yang mencari alasan.

Asta pun tidak merasa curiga. Keduanya segera tiba di rumah Asta. Ternyata, rumah yang dimaksud Asta adalah aula leluhur. Seluruh aset Keluarga Sitorus telah digadaikan dan hanya tersisa tempat ini.

Aula leluhur ini sudah lama tidak direnovasi sehingga dinding dan atapnya lapuk. Bahkan, banyak rumput liar yang tu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dhefana Lovely
next bab author
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 905

    Ibu Asta, Friska, sudah kelaparan. Dia langsung mengambilnya dan memakan dengan lahap. Tiba-tiba, dia mengernyit sambil bertanya, "Asta, kenapa makan malam hari ini mewah sekali?"Asta menyahut, "Aku sudah bilang tadi. Hari ini aku naik jabatan jadi ketua tim. Makanya, makanan yang kudapat juga jadi mewah.""Begitu rupanya. Aku nggak bisa menghabiskannya sendiri. Ayo makan bersamaku," ujar Friska yang tersenyum lebar.Asta membalas, "Nggak usah, aku sudah makan tadi. Staf nggak bisa menghabiskan makanannya, jadi kubawa pulang supaya nggak boros.""Oh, ya sudah." Friska makan dengan lahap.Asta berucap, "Omong-omong, Bu. Aku bawa temanku ke rumah. Dia memberiku bantuan besar di lokasi konstruksi hari ini.""Oh ya?" Penglihatan Friska kurang baik karena tumor otaknya. Setelah mendengar perkataan Asta, dia baru memperhatikan keberadaan Yoga.Friska berkata, "Dik, ayo duduk. Asta, bawakan air untuk temanmu.""Oke." Asta segera menyuruh Yoga duduk dan membawakan segelas air untuknya.Yoga m

    Last Updated : 2024-09-02
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 906

    Begitu mendengarnya, ekspresi Asta dan Friska pun berubah drastis. Asta buru-buru berkata, "Tunggu di sini ya. Aku akan keluar untuk memeriksa dulu."Usai berbicara, Asta bergegas berlari ke luar. Yoga mengernyit sambil menatap Friska, lalu bertanya, "Bibi, siapa orang di luar? Kalian berutang pada mereka?""Hais ...." Friska menghela napas dan menyahut, "Keluarga kami dicelakai orang tahun itu. Kami jadi punya banyak utang. Sebenarnya kami sudah menjual aset dan membayar lunas, tapi mereka terus meminta bunga dari kami. Kami nggak sanggup membayarnya lagi."Yoga menghibur, "Tenang saja, Bi. Serahkan semuanya padaku. Aku janji akan mengatasi masalah ini untuk kalian. Aku keluar dulu.""Dik, jangan. Orang-orang itu sangat galak. Sebaiknya kamu jangan ikut campur. Di sana ada pintu belakang, kamu keluar dari sana saja," nasihat Friska.Yoga terkekeh-kekeh dan membalas, "Semua akan baik-baik saja, Bi."Tanpa menghiraukan cegatan Friska, Yoga pun keluar. Terlihat Asta sedang berhadapan den

    Last Updated : 2024-09-02
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 907

    "Bocah, biar kuperingatkan dulu. Kalau kamu berani ikut campur, kamu juga akan dihajar!" ancam Putu.Asta segera berkata, "Dia bukan siapa-siapa. Dia cuma lewat rumahku dan minta minum karena kehausan. Pergilah."Yoga bergeming. Kemudian, dia bertanya pada Putu, "Kamu benar-benar ingin merebut aula leluhur keluarga orang? Kamu nggak takut disambar petir?"Putu membalas, "Kenapa memangnya? Aku sudah melakukan banyak kejahatan. Kalau karma benar-benar ada, aku sudah menjadi abu sejak awal.""Aku akan hitung mundur dari 10. Kalau nggak menyerahkan aula leluhur ini, aku akan merebutnya secara paksa. Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh ...."Asta sungguh panik dan tidak tahu harus bagaimana. Sementara itu, Yoga merasa sangat gusar. Jika belum menyegel kultivasinya, dia pasti sudah menghajar Putu ini habis-habisan tanpa menahan diri.Namun, harus diakui bahwa kesabaran ini mendatangkan keuntungan besar untuk Yoga. Dia bisa merasakan Teknik Menyembunyikan Auranya meningkat dan sudah hampir semp

    Last Updated : 2024-09-02
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 908

    Asta berkata, "Lancang apanya? Langsung tanyakan saja kalau ada pertanyaan."Yoga menjawab, "Setahuku, Keluarga Sitorus dulu adalah keluarga kaya. Kenapa dalam waktu beberapa tahun saja jadi seperti ini?"Membahas masalah ini, ekspresi Asta dan Friska sontak berubah. Yoga langsung paham bahwa dia telah mengungkit hal yang membuat mereka sakit hati. Dia pun buru-buru berkata, "Nggak masalah kalau nggak mau bahas.""Haeh, ceritanya panjang," jawab Asta sambil tersenyum getir. "Apa kamu pernah dengar tentang tiga pemuda berbakat di Provinsi Sadali?"Yoga menjawab, "Tentu saja. Saat itu, ada tiga konglomerat di Provinsi Sadali, yaitu Keluarga Kusuma, Keluarga Sitorus, dan Keluarga Fatah.""Tuan muda dari ketiga keluarga ini adalah Yoga, Asta, dan Daniel. Mereka sangat cerdas dan berbakat. Dalam usia muda, mereka telah menciptakan keajaiban dalam dunia bisnis, sehingga dijuluki sebagai pemuda berbakat dari Provinsi Sadali."Asta menganggukkan kepalanya. "Saat itu, aku dan Yoga bersahabat b

    Last Updated : 2024-09-02
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 909

    "Anggap saja ini rumahmu. Terserah kamu mau tinggal berapa lama. Mau mati di sini juga nggak masalah," balas Markus.Dasar mulut pembawa sial! Yoga melemparkan tatapan sinis pada Markus. "Kamu nggak lagi susun rencana buruk, 'kan?"Markus membalasnya, "Jangan menilai orang lain dengan negatif. Memangnya aku terlihat seperti orang begituan?""Tentu saja," jawab Yoga. Markus pun terdiam."Haeh, susah ya jadi orang baik. Kamu pasti sudah capek, 'kan? Cepat kembali ke kamarmu untuk istirahat. Jangan ganggu aku berbisnis," balas Markus.Yoga melihat penginapan yang kosong melompong itu sekilas. Bisnis apanya? Tidak ada seorang pun di sini. Bisnis apa yang dilakukan Markus?Di saat Yoga hendak naik ke lantai atas, tiba-tiba muncul tujuh sampai delapan orang dari luar pintu. Dilihat dari penampilan mereka, tampaknya adalah ahli bela diri. Mereka tampak kelelahan dengan napas terengah-engah dan sekujur tubuh yang dibasahi keringat.Pemimpin mereka bertanya dengan terengah-engah, "Maaf ... apa

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 910

    Yoga menyaksikan sendiri Markus kembali ke kamarnya untuk melepas celana dalamnya sendiri. Setelah itu, dia bahkan menciumnya dengan ekspresi penuh kenikmatan. Begitu keluar dari kamar, kedua belah pihak menyelesaikan transaksinya. Kedelapan orang itu pulang dengan hati gembira.Pada saat ini, wajah Yoga menjadi muram. "Markus sialan, apa maksudmu ini?"Sambil menghitung uang, Markus bertanya, "Apa maksudmu?""Kamu menipu dengan menggunakan namaku? Tahu malu nggak?"Markus membalas dengan kesal, "Menipu dengan menggunakan namamu? Kita harus luruskan masalah ini sekarang juga. Apa semua yang kujual itu barang milikmu?"Yoga menggelengkan kepalanya. Markus bertanya lagi, "Lalu kutanya lagi. Kamu ini Tuan Bimo atau Yoga?""Omong kosong, tentu saja Yoga," jawabnya."Ya sudah kalau begitu? Aku menjual barangku sendiri dengan nama Tuan Bimo, memangnya ada hubungannya denganmu?" tuding Markus.Yoga tertegun seketika. 'Sialan, sepertinya masuk akal juga .... Tunggu! Tapi, sekarang semua orang

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 911

    Asta sangat marah. Dia langsung membalikkan wajahnya dan tidak menghiraukan mereka.Kiki yang bersembunyi di pelukan pria gemuk itu berkata dengan manja, "Kakak ngomong apaan? Waktu pacaran dengannya dulu, dia bahkan nggak pernah sentuh tanganku. Mana mungkin bisa hamil?""Serius?" tanya si Gendut dengan tak percaya.Kiki menjawab, "Tentu saja. Aku curiga dia itu impoten atau mungkin penyuka sesama jenis.""Ternyata begitu!" Si Gendut tertawa terbahak-bahak, "Pantas saja dia dekat sekali dengan anak baru ini. Mereka berdua pasti punya rahasia. Haha!"Suara tawa terdengar bergantian. Pada saat itu, sebuah mobil mewah berhenti perlahan di samping. Si Gendut langsung terkejut dan segera berlari menghampirinya, "Pak Tora, kenapa Anda bisa di sini?"Orang yang datang adalah Tora, pemasok material terbesar di lokasi konstruksi ini. Tora hanya mengangguk dengan santai, "Gemuk, kamu belum makan, 'kan? Naiklah, kutraktir makan malam."Si Gendut merasa sangat terhormat. Siapa Pak Tora ini? Dia a

    Last Updated : 2024-09-03
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 912

    Pria seperti ini baru bisa disebut sebagai kalangan elite! Baik dari segi kekayaan, kekuasaan, maupun aura, semuanya jauh melampaui Tora. Jangankan jadi simpanannya, bahkan jadi budaknya pun Kiki tetap rela.Kiki bersedia mengorbankan segalanya untuk menjadi budak Harsha. Namun sayangnya, Harsha sama sekali tidak memperhatikan ataupun meliriknya sama sekali. Memang, orang dengan status seperti Harsha pasti banyak dikelilingi wanita-wanita cantik. Tentu saja dia tidak akan tertarik pada wanita biasa seperti dirinya ini.Si Gendut mencoba meraih simpati dengan berkata, "Sebuah kehormatan bagiku untuk makan malam bersama Pak Tora dan Pak Harsha. Aku akan bayar untuk makan malam ini dan berharap kedua bos bisa memberiku kesempatan untuk menunjukkan kinerjaku."Dengan nada dingin, Harsha berkata, "Aku nggak punya waktu untuk basa-basi. Pak Tora, langsung saja bahas intinya.""Baik, baik!" Tora segera melanjutkan, "Gendut, sesuai kontrak, kemarin Grup Yoga seharusnya sudah melunasi pembayara

    Last Updated : 2024-09-03

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1179

    Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1178

    Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

DMCA.com Protection Status