Share

Bab 891

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-30 19:31:35
Lili bergegas menelepon Karina.

Pada saat bersamaan, di makam Keluarga Kusuma. Yoga melihat makamnya sendiri dengan perasaan hampa. Bagaimana rasanya merokok di hadapan makam sendiri?

Yoga membuang puntung rokok dan mengumpat keras, "Bimo sialan, kamu membuat hidupku berantakan! Kalau bukan gara-gara kamu, memangnya aku bisa sampai nggak punya tempat untuk pulang dan nggak bisa menjumpai keluargaku?

Yoga membuat kesadaran roh Bimo kesal. "Bajingan. Kalau bukan karena aku, kamu masih disiksa di kawah lava gunung berapi sekarang. Padahal aku sudah menolongmu. Bukannya berterima kasih, kamu malah nyalahin aku dan menekan kesadaran rohku. Kamu benar-benar pantas mati!"

Yoga membalas, "Lebih baik mati daripada hidup seperti ini."

Bimo memaki, "Dasar nggak tahu balas budi! Akan kuhabisi kamu!"

Yoga menghardik, "Kamu saja nggak punya badan sekarang, cuma tersisa sedikit kesadaran roh, mau bagaimana menghabisiku? Sudah, tidur sana! Berisik sekali!"

"Kamu ...."

"Aku ...."

Ucapan Yoga benar-bena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 892

    Saat ini, suasana terasa sangat hening. Keheningan ini berlangsung sekitar hampir dua jam lebih. Namun tiba-tiba, ponsel Karina berdering. Peneleponnya adalah Lili.Setelah menjawab panggilan itu, terdengar Lili bertanya dengan panik, "Kak, di mana kalian sekarang? Lagi di kantor nggak?"Karina menjawab, "Nggak. Aku dan Nadya mengunjungi makam Yoga. Kenapa, Lili? Nada bicaramu sepertinya cemas sekali."Lili bergegas berkata, "Kak, kalian cepat ke rumahku. Mungkin kalian dalam bahaya.""Hm?" Karina mengernyitkan alisnya. "Lili, ada apa sebenarnya?"Lili menjawab, "Musuh kakakku dulu mengutus mata-mata di sekitar kalian. Setelah Kakak meninggal, mereka mau menghabisi kalian."Karina sontak menjadi tegang. "Oke, kami ke sana sekarang."Setelah menutup telepon, Karina menarik Nadya dan berlari ke arah mobil mereka. Setelah masuk ke mobil, Karina berkata dengan panik, "Pak, kita ke Perusahaan Farmasi Abadi sekarang."Namun, sopirnya malah tidak bereaksi sama sekali dan tidak menyalakan mesi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 893

    Karina dan Nadya segera tiba di Perusahaan Farmasi Sehat Abadi. Karina memapah Nadya sambil berlari masuk dan memanggil, "Tolong, ada yang terluka. Cepat bawakan obat luka terbaik di sini ...."Ketika Ayu dan Lili melihat Nadya yang terluka, mereka sontak merasa cemas. Kemudian, mereka segera mengambilkan obat terbaik dan membantunya membalut luka.Karina tampak sangat khawatir. Hal ini membuat Lili dan Intan merasa heran. Bukankah kedua wanita ini terus berselisih karena Yoga? Lantas, mengapa sekarang mereka malah terlihat seperti sahabat? Mata Karina sampai berkaca-kaca seperti ingin menangis.Sesaat kemudian, luka Nadya selesai dibalut. Karina memapahnya dengan hati-hati dan berucap, "Maaf, Nadya. Kamu terluka gara-gara aku. Aku janji akan merawatmu sampai lukamu sembuh. Aku juga akan membantumu mengurus perusahaanmu.""Nggak apa-apa. Aku yakin kamu juga akan melakukan hal yang sama kalau di posisiku," hibur Nadya sambil tersenyum."Ya." Karina mengangguk.Ayu menatap kedua wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 894

    Selanjutnya, Ayu mulai membuat perencanaan. Ketika dia sedang serius bekerja, tiba-tiba pintu ruangannya diketuk oleh seseorang. Ayu berkata, "Masuk."Terlihat seorang pemuda dengan setelan bermerek melangkah masuk. Pemuda itu menyapa, "Bibi, lama nggak ketemu."Ayu tak kuasa mengernyit melihatnya. Ternyata yang datang adalah keponakannya, putra sulung dari kakaknya, Harsha. Kenapa dia meninggalkan dunia kultivator kuno dan turun ke dunia fana?Ayu berpura-pura bersikap tenang saat bertanya, "Harsha, kenapa kamu kemari?"Harsha menyahut, "Kamu menghilang bertahun-tahun. Kami bersusah payah mencarimu. Sekarang kamu akhirnya menampakkan diri, jadi Keluarga Husin mengutusku kemari.""Oh ya?" Ayu terkekeh-kekeh. Keluarga Husin adalah keluarga besar di dunia kultivator kuno. Kalau mereka benar-benar peduli pada Ayu, mereka pasti sudah mengeluarkannya dari Penjara Jahanam sejak awal.Ayu tahu Keluarga Husin tidak peduli padanya, bahkan tidak benar-benar mencarinya. Ini karena Ayu adalah seor

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 895

    "Kamu ...." Ketika melihat token utama, Ayu tidak berani melawan lagi. Harsha memang berhak menamparnya jika memiliki token utama.Harsha mengeluarkan kontrak yang telah disiapkan sejak awal, lalu menginstruksi, "Tanda tangan di sana. Serahkan lahan itu kepada Keluarga Husin secara gratis."Ayu menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan tegas, "Jangan mimpi. Lahan itu milik seluruh pemegang saham Grup Yoga. Aku nggak punya hak untuk memberikannya kepada kalian.""Masih belum kapok ya? Jangan menggunakan Grup Yoga sebagai alasan. Para pemegang saham itu cuma manusia biasa yang bodoh. Aku bisa menangani mereka dengan mudah. Sebaiknya bersikap patuh atau kamu akan mendapat akibatnya sendiri," ancam Harsha.Ayu tentu memahami ancaman ini. Dia memperingatkan, "Harsha, jangan sembarangan. Ada aturan di dunia kultivator kuno yang melarang kultivator kuno menyerang manusia biasa. Kalau kamu melanggar aturan, aku berhak menghukummu."Harsha terkekeh-kekeh sebelum menimpali, "Kamu kira aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 896

    Harsha menimpali, "Benar. Aku putra sulung sekaligus cucu pertama Keluarga Husin, Harsha. Aku sudah lama mendengar tentang kehebatanmu. Hari ini, aku kemari khusus untuk mengunjungimu.""Ada urusan apa?" tanya Yoga.Harsha menyahut, "Kepala keluarga mengutusku kemari untuk mempersembahkan hadiah. Keluarga Husin ingin memberi selamat atas keberhasilan kultivasimu. Selain itu, Keluarga Husin ingin bekerja sama denganmu. Mohon restunya.""Hadiah apa yang akan kalian berikan?" tanya Yoga lagi.Harsha segera menyerahkan peta perencanaan lahan di dekat pemakaman Keluarga Kusuma. Begitu melihat sekilas, Yoga langsung menampar Harsha.Tamparannya itu sungguh kuat, sampai-sampai Harsha terjatuh dan 2 giginya copot. Sudut bibirnya juga berdarah. Yoga merasa sangat puas! Ini jauh lebih kuat daripada tamparan Harsha untuk Ayu!Harsha memegang pipinya, lalu bertanya dengan bingung, "Tuan, kenapa kamu menamparku?""Huh! Aku sudah berjelajah selama ribuan tahun. Aku sudah melihat banyak harta karun.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-30
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 897

    Jika Harsha gagal mendapat lahan itu, Yoga pun bisa membunuhnya dan membalaskan dendam ibunya.Jiwa Bimo terbangun. Dia berkata, "Lupakan saja. Kamu nggak mungkin bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura dalam 3 hari."Yoga berujar, "Jangan ganggu konsentrasiku."Bimo termangu sebelum berkata, "Aku bisa memberimu bimbingan. Kujamin kamu bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura dalam 3 hari.""Oh? Memangnya kamu begitu baik hati?" tanya Yoga dengan ragu."Jangan bicara omong kosong. Sebenarnya aku juga untung kalau kamu menguasai teknik itu. Jadi, kamu nggak menggunakan reputasiku untuk menipu orang lagi," sahut Bimo."Oke. Kalau begitu, beri tahu aku caranya," ucap Yoga.Bimo menjelaskan, "Kamu nggak bakal bisa menguasai Teknik Menyembunyikan Aura kalau cuma melakukan kultivasi tertutup. Kunci dari teknik ini cuma satu, yaitu menahan.""Segel basis kultivasimu selama 3 hari. Selama 3 hari ini, kamu cuma boleh mengandalkan fisikmu untuk menahan berbagai siksaan. Setelah itu, kamu akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 898

    Pria gendut itu bertanya, "Kenapa? Kamu merasa dia mirip mantanmu ya? Kamu menyesal sudah memilihku?""Apa yang kamu katakan? Keputusan terbaik yang pernah kubuat adalah mencampakkan pria miskin itu dan mengikutimu. Jujur saja, mantanku bahkan nggak bisa mentraktirku makan di warung. Kalau sama kamu, aku bisa makan enak. Mana bisa dia dibandingkan denganmu!" sahut Kiki dengan manja."Haha!" Pria gendut itu tergelak, lalu memeluk Kiki dan memuji, "Ternyata kamu cerdas juga."Kiki memeluk pria gendut itu dan bertanya lagi, "Aku serius. Kamu nggak merasa pria itu agak mirip bos kita?""Sembarangan." Pria gendut itu sontak meremas bokong Kiki dengan kuat hingga membuatnya sakit. Dia meneruskan, "Bocah itu lemah sekali. Penampilannya seperti pengemis. Gimana bisa mirip bos kita?""Ya, benar juga. Kekayaan bos kita mencapai ratusan miliar. Pengemis seperti dia nggak mungkin bisa punya uang sebanyak itu. Tapi, tatapan dan sosok belakangnya memang mirip Pak Yoga," balas Kiki."Kiki, jangan-jan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 899

    Bagaimana bisa tuan muda yang bermartabat berakhir semenyedihkan ini? Yoga merasa sedih melihatnya.Staf dapur mengangkat kepalanya sambil menatap Asta dengan tatapan merendahkan. Dia berkata, "Pergi saja kalau nggak mau makan. Kamu nggak berhak berkomentar di sini.""Kamu ...." Asta tidak berani menyinggung mereka. Dia hanya bisa menahan emosinya dan berjalan pergi dengan mengambil sebuah roti.Begitu Asta berjongkok dan hendak makan, seorang pria kekar di sebelah tiba-tiba membuang dahak di atas makanannya. Asta tentu murka. Dia bertanya, "Firman, apa maksudmu ini?"Pekerja bernama Firman itu pun terkekeh-kekeh dan membalas, "Oh, bukan apa-apa. Kulihat kamu nggak terbiasa dengan makanan hambar seperti ini, jadi membantumu menambah bumbu. Cepat berterima kasih padaku.""Berengsek! Keterlaluan sekali!" maki Asta sambil menggertakkan giginya."Sialan!" Firman sontak menampar Asta dan membentak, "Kamu kira siapa kamu? Beraninya kamu memakiku!"Asta akhirnya tidak tahan lagi. Dia melempar

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-31

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1170

    Pasukan prajurit tengkorak bergerak serempak dan menciptakan kegemparan besar di seluruh ruangan. Mereka memegang pedang panjang dan senjata tajam, lalu menyerbu ke arah semua orang.Farel dan kelompoknya yang merupakan para kultivator prajurit, tentu tidak takut. Mereka segera terjun ke dalam pertempuran.Seseorang berseru kaget, "Aneh, makhluk-makhluk ini ternyata punya kekuatan setara sama kultivator dasar. Di luar nalar banget!"Orang lain bertanya dengan penuh takjub, "Ada begitu banyak kultivator dari dunia bela diri kuno mati di sini? Siapa sebenarnya yang melakukan ini?"Para prajurit tengkorak itu terus ditumbangkan satu per satu oleh kelompok Farel. Pada awalnya, mereka terlihat seperti mampu mengalahkan para tengkorak itu dengan mudah. Namun, jumlah tengkorak yang sangat banyak mulai menjadi masalah."Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Tengkorak-tengkorak ini bisa kembali ke bentuk semula!" seru salah satu orang dengan wajah pucat ketakutan.Semua kultivator prajurit di te

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1169

    "Apa kita sudah memicu jebakannya?" kata salah seorang lagi dengan cemas dan ragu.Saat ini, semua orang cemas karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Namun, raksa yang mengalir di langit itu hanya berkumpul dan mengisi lengkungan karena mutiara bercahaya yang tercabut saja. Setelah itu, raksanya tidak mengalir lagi."Sepertinya nggak ada apa-apa lagi. Syukurlah," kata salah seorang sambil menghela napas lega."Ayo pergi," kata Farel sambil mengernyitkan alis dan berusaha menahan amarahnya. Semua ini karena sekelompok sampah ini, sehingga jebakannya terpicu. Jika seluruh istana ini dipenuhi dengan raksa, mereka akan mati. Namun, sekarang yang paling penting adalah segera mencari harta karun itu.Semua orang segera melanjutkan perjalanan dengan langkah yang terburu-buru. Namun, mereka mendengar ada suara langkah kaki lainnya di tempat itu. Seorang kultivator prajurit memiliki indra yang lebih tajam, sehingga mereka bisa mendengar lebih banyak suara di ruangan tertutup seperti ini."

DMCA.com Protection Status