Yoga membawanya ke vila Roselia. Gadis itu terlalu lemah. Saat tiba di vila, dia telah tidak sadarkan diri. Yoga segera melakukan pertolongan darurat padanya.Gadis itu masih dalam usia primanya, tetapi Yoga menyadari bahwa semua organ dalamnya telah rusak parah. Kondisinya seperti orang tua yang telah berusia 60 atau 70 tahun. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka dan koreng yang bernanah. Sulit untuk membayangkan apa yang telah dialami gadis ini.Setelah melakukan pertolongan selama belasan menit, gadis ini akhirnya telah melewati masa kritis dan nyawanya telah terselamatkan. Gadis itu perlahan-lahan tersadar. Setelah mengetahui Yoga melakukan pertolongan darurat padanya, gadis itu menangis tersedu-sedu dan bahkan hendak berlutut di hadapan Yoga."Terima kasih atas pertolonganmu ...."Yoga langsung menyela, "Kamu baru saja pulih, jangan gerak sembarangan dulu. Bisa beri tahu aku, apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa kamu jadi begini?"Gadis itu hanyut dalam ingatannya yang menyedihkan.
Yoga langsung menceritakan kejadian tentang melonjaknya pasien penderita kanker di Daruna kepada Roselia."Kak, aku curiga semua pasien kanker ini adalah ulah orang Jepana. Hal terpenting sekarang ini adalah mendapatkan buktinya. Dengan begitu, semuanya akan jadi lebih mudah nantinya.""Oke! Aku akan kerahkan semua anggota Restoran Floran untuk mengumpulkan bukti!" balas Roselia.Yoga juga menelepon Raja Kegelapan dan memerintahkannya untuk mengumpulkan bukti. Pada saat ini, Wenny juga telah mengirimkan informasi keluarganya pada Yoga. Setelah melihat semua informasi itu, Yoga telah mengetahui penyebab gangguan jiwa yang dialami keluarga Wenny.Ayah dan paman-paman Wenny semuanya adalah veteran perang. Mereka berhasil memenangkan banyak pertempuran saat melawan Jepana. Dalam pertempuran itu, ada banyak sekali keluarga dan teman mereka yang tewas di tangan orang Jepana. Mereka benar-benar dendam terhadap orang Jepana!Terutama di akhir pertempuran, semakin sengitnya peperangan yang berl
Terutama rumah tua Wisnu, kini telah menjadi vila tiga tingkat yang sangat mewah dan megah. Yoga bertanya, "Wisnu, apa kamu yang menyumbang uang untuk membangun semua rumah di desa ini?"Wisnu tampak bingung. "Nggak. Aku nggak pernah menyumbangkan uang, aku cuma kirimkan uang untuk ibu angkatku.""Aneh sekali. Baru beberapa bulan nggak ketemu, kenapa perubahannya besar sekali?" gumam Yoga.Pada saat ini, muncul sebuah sosok dari vila milik Wisnu. Jelas sekali, orang itu adalah istri Wisnu, Fenny. Dulu, Fenny sangat merendahkan Wisnu karena menganggapnya miskin. Dia selalu memukul ataupun memarahi Wisnu dan tidak menganggapnya sebagai manusia.Setelah itu, Yoga membantu Wisnu dengan memberinya uang, vila, serta mobil mewah. Hal ini membuat Fenny benar-benar menyesal. Dia bahkan memohon pada Wisnu untuk balikan, tetapi ditolak oleh Wisnu.Namun, kini Fenny tidak lagi terlihat seperti gadis desa. Dia mengenakan berbagai perhiasan dan barang bermerk. Bahkan tas yang dibawanya juga senilai
Wisnu mengernyitkan alisnya, lalu membuka pintu perlahan-lahan. Dari dalam rumah yang hening itu, tercium bau jamur. Beberapa perabotan kuno di dalamnya sudah rusak, bahkan rumah pengemis pun lebih bagus dari rumah ini.Wisnu melihat bahwa ada debu tebal yang telah menumpuk di meja. Alisnya semakin berkerut. "Ada apa ini? Kelihatannya tempat ini sudah lama nggak ditempati. Ke mana perginya Ibu?"Yoga berkata, "Mungkin sudah pindah rumah dengan uang yang kamu kirimkan?"Wisnu mengangguk, sepertinya memang hanya ada kemungkinan seperti itu. Dia berkata, "Kak Yoga, aku mau berdoa di makam orang tuaku dulu. Kalau kamu sibuk, pulanglah dulu."Yoga menjawab, "Nggak apa-apa, kutemani saja.""Terima kasih!" ucap Wisnu. Yoga menemani Wisnu ke bukit belakang, orang tua Wisnu dimakamkan di tengah bukit ini. Setelah tiba di depan makam itu, Wisnu melihat bahwa ada beberapa lubang di samping makam itu. Di dalam lubang itu bahkan ada peti hitam yang telah terbuka.Ada apa ini sebenarnya?Siapa yang
"Fenny bilang kamu sangat menderita di luar sana, bahkan sampai harus mengemis dan mati kelaparan. Ibu menjual semua mahar Ibu dan menyuruh Fenny untuk mengantarkan uangnya padamu. Dia pasti sudah kirimkan padamu, 'kan? Haeh, Ibu sudah tua dan nggak bisa hasilkan uang lagi. Kalaupun hidup juga cuma menghabiskan makanan. Lebih baik Ibu mati saja supaya kamu nggak usah khawatir."Fenny! Semua ini ternyata ulah Fenny si bajingan itu! Tidak, bahkan bajingan juga tidak akan memperlakukan orang tua sekejam itu!Wisnu yang lemah lembut selama ini, kini bahkan ingin membunuh orang. Yoga juga mengepalkan tangannya dengan kejam. Dia harus mencabut nyawa bedebah ini untuk menebus semuanya. Wisnu langsung melompat ke dalam peti dan bersujud pada Puput."Ibu, maafkan aku telah lalai merawatmu sampai membuatmu seperti ini. Ibu jangan dengar omong kosong Fenny. Hidupku sangat baik sekarang. Aku sudah jadi direktur di sebuah perusahaan besar, penghasilan tahunanku sebesar puluhan miliar. Aku mengirimk
Kenapa dia bisa tega melakukan semua ini?Yoga berusaha menghiburnya, "Wisnu, jangan terlalu sedih. Kita masih belum bisa pastikan apakah dua tengkorak ini benar-benar milik orang tuamu." Hanya dengan melihat dua tengkorak ini, tidak mungkin bisa menentukan identitasnya.Wisnu berkata, "Nggak, Kak Yoga. Mereka ini adalah orang tuaku. Saat masih hidup, ayahku mengalami luka parah dan harus dipotong dua tulang rusuk dan satu jarinya. Ini nggak mungkin salah ...."Niat membunuh Yoga langsung menyeruak. Bahkan orang luar sepertinya saja tidak bisa menahan emosi mendengarnya, apalagi Wisnu. Yoga berusaha meredam amarahnya saat berkata, "Wisnu, kita kuburkan dulu mereka.""Baik!" Wisnu mengalami syok berat berkali-kali sehingga pikirannya sudah tidak terlalu jelas dan sekujur tubuhnya terasa lemas. Yoga yang menurunkan tengkorak kedua orang tuanya dan menguburnya kembali."Wisnu," panggil Yoga."Ya?""Hari ini, aku akan kabulkan permintaanmu. Balas semua dendammu! Siapa pun yang berani menen
Dulu saat Wisnu dan Fenny belum bercerai, Sangga telah mulai mendekati Fenny. Dia juga sering menindas Wisnu dengan menggunakan jabatannya ini. Melihat tindakan Wisnu yang menghancurkan barang-barang di vila Fenny, para penduduk desa merasa marah.Sangga yang maju duluan untuk memakinya, "Wisnu sialan! Kamu benar-benar membuat reputasi desa kita tercoreng! Dulu kamu mencampakkan Fenny setelah mulai menghasilkan uang. Sekarang hidupnya sudah bahagia, kamu malah datang untuk merusaknya. Kamu ini benar-benar bajingan! Saudara-saudara sekalian, ayo usir bajingan ini. Kelak, jangan biarkan dia masuk ke desa ini lagi!"Sekelompok orang langsung menyerbu masuk ke vila itu untuk menyerang Wisnu. Puput ketakutan dan ingin mencegah mereka. Namun, Yoga telah duluan maju untuk mengadangnya."Berhenti semuanya! Siapa pun yang berani menghalanginya, jangan salahkan aku nggak segan-segan!"Sangga memakinya, "Sialan, ini daerah kekuasaan kami. Kamu ini cuma orang luar, tapi berani sekali bersikap lanc
Tidak berselang lama, Wisnu membawa Sangga yang babak belur kemari. Sangga memaki dan mengumpat tanpa henti. Wisnu berkata, "Kak Yoga, kamu benar. Dia kabur ke halaman belakang dan ingin menutup pintu air. Untung aku berhasil menangkapnya.""Pintu air apa?" tanya Yoga yang kurang mengerti."Desa ini cuma punya satu mata air. Kami semua minum dari mata air itu. Tapi, vila Fenny menutup sebagian besar mata air, bahkan membangun pintu air," jawab Wisnu."Pasti ada yang salah dengan pintu air itu, 'kan? Beri tahu aku kebenarannya. Kuanggap kamu bicara jujur dan akan memberimu hukuman ringan," ujar Yoga kepada Sangga.Sangga jelas terlihat bersalah, tetapi tetap bersikeras melawan, "Huh! Aku nggak ngerti kamu bilang apa. Itu cuma pintu air, terserah aku mau tutup atau buka. Apa urusannya denganmu?""Bagus, bagus sekali. Mari kita lihat, kamu bakal keras kepala sampai kapan," ucap Yoga.Saat ini, Mercedes-Benz Fenny berhenti di depan vila. Dia turun, lalu sontak murka karena situasi di depan