Wisnu mengernyitkan alisnya, lalu membuka pintu perlahan-lahan. Dari dalam rumah yang hening itu, tercium bau jamur. Beberapa perabotan kuno di dalamnya sudah rusak, bahkan rumah pengemis pun lebih bagus dari rumah ini.Wisnu melihat bahwa ada debu tebal yang telah menumpuk di meja. Alisnya semakin berkerut. "Ada apa ini? Kelihatannya tempat ini sudah lama nggak ditempati. Ke mana perginya Ibu?"Yoga berkata, "Mungkin sudah pindah rumah dengan uang yang kamu kirimkan?"Wisnu mengangguk, sepertinya memang hanya ada kemungkinan seperti itu. Dia berkata, "Kak Yoga, aku mau berdoa di makam orang tuaku dulu. Kalau kamu sibuk, pulanglah dulu."Yoga menjawab, "Nggak apa-apa, kutemani saja.""Terima kasih!" ucap Wisnu. Yoga menemani Wisnu ke bukit belakang, orang tua Wisnu dimakamkan di tengah bukit ini. Setelah tiba di depan makam itu, Wisnu melihat bahwa ada beberapa lubang di samping makam itu. Di dalam lubang itu bahkan ada peti hitam yang telah terbuka.Ada apa ini sebenarnya?Siapa yang
"Fenny bilang kamu sangat menderita di luar sana, bahkan sampai harus mengemis dan mati kelaparan. Ibu menjual semua mahar Ibu dan menyuruh Fenny untuk mengantarkan uangnya padamu. Dia pasti sudah kirimkan padamu, 'kan? Haeh, Ibu sudah tua dan nggak bisa hasilkan uang lagi. Kalaupun hidup juga cuma menghabiskan makanan. Lebih baik Ibu mati saja supaya kamu nggak usah khawatir."Fenny! Semua ini ternyata ulah Fenny si bajingan itu! Tidak, bahkan bajingan juga tidak akan memperlakukan orang tua sekejam itu!Wisnu yang lemah lembut selama ini, kini bahkan ingin membunuh orang. Yoga juga mengepalkan tangannya dengan kejam. Dia harus mencabut nyawa bedebah ini untuk menebus semuanya. Wisnu langsung melompat ke dalam peti dan bersujud pada Puput."Ibu, maafkan aku telah lalai merawatmu sampai membuatmu seperti ini. Ibu jangan dengar omong kosong Fenny. Hidupku sangat baik sekarang. Aku sudah jadi direktur di sebuah perusahaan besar, penghasilan tahunanku sebesar puluhan miliar. Aku mengirimk
Kenapa dia bisa tega melakukan semua ini?Yoga berusaha menghiburnya, "Wisnu, jangan terlalu sedih. Kita masih belum bisa pastikan apakah dua tengkorak ini benar-benar milik orang tuamu." Hanya dengan melihat dua tengkorak ini, tidak mungkin bisa menentukan identitasnya.Wisnu berkata, "Nggak, Kak Yoga. Mereka ini adalah orang tuaku. Saat masih hidup, ayahku mengalami luka parah dan harus dipotong dua tulang rusuk dan satu jarinya. Ini nggak mungkin salah ...."Niat membunuh Yoga langsung menyeruak. Bahkan orang luar sepertinya saja tidak bisa menahan emosi mendengarnya, apalagi Wisnu. Yoga berusaha meredam amarahnya saat berkata, "Wisnu, kita kuburkan dulu mereka.""Baik!" Wisnu mengalami syok berat berkali-kali sehingga pikirannya sudah tidak terlalu jelas dan sekujur tubuhnya terasa lemas. Yoga yang menurunkan tengkorak kedua orang tuanya dan menguburnya kembali."Wisnu," panggil Yoga."Ya?""Hari ini, aku akan kabulkan permintaanmu. Balas semua dendammu! Siapa pun yang berani menen
Dulu saat Wisnu dan Fenny belum bercerai, Sangga telah mulai mendekati Fenny. Dia juga sering menindas Wisnu dengan menggunakan jabatannya ini. Melihat tindakan Wisnu yang menghancurkan barang-barang di vila Fenny, para penduduk desa merasa marah.Sangga yang maju duluan untuk memakinya, "Wisnu sialan! Kamu benar-benar membuat reputasi desa kita tercoreng! Dulu kamu mencampakkan Fenny setelah mulai menghasilkan uang. Sekarang hidupnya sudah bahagia, kamu malah datang untuk merusaknya. Kamu ini benar-benar bajingan! Saudara-saudara sekalian, ayo usir bajingan ini. Kelak, jangan biarkan dia masuk ke desa ini lagi!"Sekelompok orang langsung menyerbu masuk ke vila itu untuk menyerang Wisnu. Puput ketakutan dan ingin mencegah mereka. Namun, Yoga telah duluan maju untuk mengadangnya."Berhenti semuanya! Siapa pun yang berani menghalanginya, jangan salahkan aku nggak segan-segan!"Sangga memakinya, "Sialan, ini daerah kekuasaan kami. Kamu ini cuma orang luar, tapi berani sekali bersikap lanc
Tidak berselang lama, Wisnu membawa Sangga yang babak belur kemari. Sangga memaki dan mengumpat tanpa henti. Wisnu berkata, "Kak Yoga, kamu benar. Dia kabur ke halaman belakang dan ingin menutup pintu air. Untung aku berhasil menangkapnya.""Pintu air apa?" tanya Yoga yang kurang mengerti."Desa ini cuma punya satu mata air. Kami semua minum dari mata air itu. Tapi, vila Fenny menutup sebagian besar mata air, bahkan membangun pintu air," jawab Wisnu."Pasti ada yang salah dengan pintu air itu, 'kan? Beri tahu aku kebenarannya. Kuanggap kamu bicara jujur dan akan memberimu hukuman ringan," ujar Yoga kepada Sangga.Sangga jelas terlihat bersalah, tetapi tetap bersikeras melawan, "Huh! Aku nggak ngerti kamu bilang apa. Itu cuma pintu air, terserah aku mau tutup atau buka. Apa urusannya denganmu?""Bagus, bagus sekali. Mari kita lihat, kamu bakal keras kepala sampai kapan," ucap Yoga.Saat ini, Mercedes-Benz Fenny berhenti di depan vila. Dia turun, lalu sontak murka karena situasi di depan
Yoga berkata, "Aku rasa kamu mengerti maksudku melebihi apa pun. Apa masih perlu diperjelas?""Huh! Aku nggak ngerti kamu bicara apa!" Fenny mendengus."Ya sudah, biar kuperingatkan. Ini tentang pintu air di halaman belakangmu," tutur Yoga.Ekspresi Fenny sontak berubah drastis. Bagaimana bisa Yoga tahu tentang hal itu?"Semua ini berkat Sangga. Kalau nggak ada dia, aku nggak akan memperhatikan pintu air itu," ucap Yoga."Sialan kamu, Sangga! Aku sudah begitu baik padamu, tapi kamu masih mengkhianatiku!" Fenny sungguh gusar."Fenny, aku nggak salah. Aku nggak mengatakan apa pun. Aku cuma pergi menutup pintu air itu. Dia memfitnahku!" seru Sangga segera untuk mengklarifikasi."Pintu air itu pasti bermasalah. Ayo, kita pergi lihat," ujar Yoga.Fenny baru menyadari bahwa dirinya terjebak. Yoga menipunya! Jika masalah ini terbongkar, dirinya akan menjadi sasaran makian publik. Fenny ingin kabur, tetapi Wisnu mencengkeram rambutnya dengan kuat dan menyeretnya ke halaman belakang.Para pendu
Kalau begitu, Yoga ingin melihat sampai kapan Danu bisa bersikap sombong. Kemungkinan besar, Danu terkait dengan peningkatan jumlah pasien penderita kanker. Yoga akan mencari tahu dalang di balik semua ini dan menangkap mereka semua.Tiba-tiba, Yoga berkelebat dan mengempaskan 2 orang polisi yang ingin menangkapnya. Polisi lain tentu murka melihatnya. Mereka langsung maju untuk menyerang. Alhasil, mereka juga dijatuhkan oleh Yoga dengan mudah.Danu sungguh murka. Dia segera mengeluarkan pistol dan membidik Yoga. Sayang sekali, sebelum bidikannya akurat, Yoga sudah menghilang.Saat berikutnya, Yoga muncul di hadapannya dan mencengkeram pistol itu. Krek! Pistol sontak patah dan hancur!Danu tentu terkesiap. Kecepatan Yoga terlalu tinggi. Sebelum Danu bereaksi, Yoga pun melayangkan tendangan.Tubuh Danu langsung menghantam mobil polisi, membuat mobil penyok. Danu memuntahkan darah dan berteriak, "Berengsek! Beraninya kamu menyerang polisi! Ini kesalahan besar!"Yoga mencengkeram leher Dan
Ratusan tentara bersenjata lengkap melompat turun dari mobil dan mengepung lokasi kejadian. Moncong peluru yang hitam membidik Yoga dan Wisnu. Pasukan ini jelas terlatih dan tidak bisa dibandingkan dengan pasukan Danu.Danu sontak memekik, "Kak! Tolong aku! Dia mau membunuhku! Mereka mungkin pembunuh yang dicari-cari seluruh dunia baru-baru ini! Cepat tangkap mereka!"Arief mendengus dan berkata, "Huh! Ternyata teroris. Tangkap mereka. Tembak mati siapa pun yang berani melawan!"Arief terlihat sangat sombong. Dia mengira riwayat Yoga dan Wisnu akan tamat dengan menuduh mereka sebagai teroris.Namun, sebelum pasukan Arief bergerak, Yoga berkata, "Sebentar, ada yang ingin kuperlihatkan.""Apa?" tanya Arief dengan heran.Yoga maju selangkah demi selangkah. Arief diam-diam menarik napas. Pemuda ini berani memukul polisi tanpa rasa takut sedikit pun. Arief cukup yakin Yoga punya latar belakang. Jangan-jangan, dia ingin memperlihatkan sesuatu yang bisa membuktikan identitasnya?Arief pun men