Tidak berselang lama, Wisnu membawa Sangga yang babak belur kemari. Sangga memaki dan mengumpat tanpa henti. Wisnu berkata, "Kak Yoga, kamu benar. Dia kabur ke halaman belakang dan ingin menutup pintu air. Untung aku berhasil menangkapnya.""Pintu air apa?" tanya Yoga yang kurang mengerti."Desa ini cuma punya satu mata air. Kami semua minum dari mata air itu. Tapi, vila Fenny menutup sebagian besar mata air, bahkan membangun pintu air," jawab Wisnu."Pasti ada yang salah dengan pintu air itu, 'kan? Beri tahu aku kebenarannya. Kuanggap kamu bicara jujur dan akan memberimu hukuman ringan," ujar Yoga kepada Sangga.Sangga jelas terlihat bersalah, tetapi tetap bersikeras melawan, "Huh! Aku nggak ngerti kamu bilang apa. Itu cuma pintu air, terserah aku mau tutup atau buka. Apa urusannya denganmu?""Bagus, bagus sekali. Mari kita lihat, kamu bakal keras kepala sampai kapan," ucap Yoga.Saat ini, Mercedes-Benz Fenny berhenti di depan vila. Dia turun, lalu sontak murka karena situasi di depan
Yoga berkata, "Aku rasa kamu mengerti maksudku melebihi apa pun. Apa masih perlu diperjelas?""Huh! Aku nggak ngerti kamu bicara apa!" Fenny mendengus."Ya sudah, biar kuperingatkan. Ini tentang pintu air di halaman belakangmu," tutur Yoga.Ekspresi Fenny sontak berubah drastis. Bagaimana bisa Yoga tahu tentang hal itu?"Semua ini berkat Sangga. Kalau nggak ada dia, aku nggak akan memperhatikan pintu air itu," ucap Yoga."Sialan kamu, Sangga! Aku sudah begitu baik padamu, tapi kamu masih mengkhianatiku!" Fenny sungguh gusar."Fenny, aku nggak salah. Aku nggak mengatakan apa pun. Aku cuma pergi menutup pintu air itu. Dia memfitnahku!" seru Sangga segera untuk mengklarifikasi."Pintu air itu pasti bermasalah. Ayo, kita pergi lihat," ujar Yoga.Fenny baru menyadari bahwa dirinya terjebak. Yoga menipunya! Jika masalah ini terbongkar, dirinya akan menjadi sasaran makian publik. Fenny ingin kabur, tetapi Wisnu mencengkeram rambutnya dengan kuat dan menyeretnya ke halaman belakang.Para pendu
Kalau begitu, Yoga ingin melihat sampai kapan Danu bisa bersikap sombong. Kemungkinan besar, Danu terkait dengan peningkatan jumlah pasien penderita kanker. Yoga akan mencari tahu dalang di balik semua ini dan menangkap mereka semua.Tiba-tiba, Yoga berkelebat dan mengempaskan 2 orang polisi yang ingin menangkapnya. Polisi lain tentu murka melihatnya. Mereka langsung maju untuk menyerang. Alhasil, mereka juga dijatuhkan oleh Yoga dengan mudah.Danu sungguh murka. Dia segera mengeluarkan pistol dan membidik Yoga. Sayang sekali, sebelum bidikannya akurat, Yoga sudah menghilang.Saat berikutnya, Yoga muncul di hadapannya dan mencengkeram pistol itu. Krek! Pistol sontak patah dan hancur!Danu tentu terkesiap. Kecepatan Yoga terlalu tinggi. Sebelum Danu bereaksi, Yoga pun melayangkan tendangan.Tubuh Danu langsung menghantam mobil polisi, membuat mobil penyok. Danu memuntahkan darah dan berteriak, "Berengsek! Beraninya kamu menyerang polisi! Ini kesalahan besar!"Yoga mencengkeram leher Dan
Ratusan tentara bersenjata lengkap melompat turun dari mobil dan mengepung lokasi kejadian. Moncong peluru yang hitam membidik Yoga dan Wisnu. Pasukan ini jelas terlatih dan tidak bisa dibandingkan dengan pasukan Danu.Danu sontak memekik, "Kak! Tolong aku! Dia mau membunuhku! Mereka mungkin pembunuh yang dicari-cari seluruh dunia baru-baru ini! Cepat tangkap mereka!"Arief mendengus dan berkata, "Huh! Ternyata teroris. Tangkap mereka. Tembak mati siapa pun yang berani melawan!"Arief terlihat sangat sombong. Dia mengira riwayat Yoga dan Wisnu akan tamat dengan menuduh mereka sebagai teroris.Namun, sebelum pasukan Arief bergerak, Yoga berkata, "Sebentar, ada yang ingin kuperlihatkan.""Apa?" tanya Arief dengan heran.Yoga maju selangkah demi selangkah. Arief diam-diam menarik napas. Pemuda ini berani memukul polisi tanpa rasa takut sedikit pun. Arief cukup yakin Yoga punya latar belakang. Jangan-jangan, dia ingin memperlihatkan sesuatu yang bisa membuktikan identitasnya?Arief pun men
Tiba-tiba, sinar laser yang tak terhitung jumlahnya mengenai tubuh Arief dan pasukannya. Situasi macam apa ini?Pasukan Arief tak kuasa bergidik ngeri dan sibuk memandang ke sekeliling. Semak-semak di sekitar sontak bergoyang kencang.Terlihat sekelompok pasukan berseragam maju dan mengepung mereka. Baik itu karisma, senjata, ataupun jumlah pasukan, Arief tentu kalah. Latar belakang pasukan ini jelas tidak biasa.Sambil menahan rasa sakitnya, Arief bertanya, "Kalian dari pasukan mana? Kami sedang bertugas, tolong jangan ganggu kami.""Hais, Arief, kamu sangat mengecewakanku." Terdengar suara dingin dari luar kepungan. "Kalau tahu akan terjadi masalah seperti ini, aku pasti sudah memecatmu sejak awal."Begitu mendengar suara ini, kepala Arief seolah-olah akan meledak. Suara ini sangat familier, yaitu suara atasannya dulu. Sekarang atasannya sudah menjadi komandan Pasukan Imperial, Emran!Kenapa Emran bisa muncul di sini? Bukankah dia harus berjaga di Kota Terlarang? Jadi, pasukan ini ad
Keduanya putus asa sampai tidak tahu harus melakukan apa lagi.Sementara itu, Yoga menghampiri Sangga dan berkata, "Aku bisa memberimu kesempatan untuk mengakui semuanya. Beri tahu aku kebenarannya, maka hukumanmu akan diringankan. Kalau kamu memang nggak menghargai kesempatan ini, kuberikan saja kepada orang lain, meskipun aku nggak ingin mengampuni mereka."Sangga bisa menilai bahwa situasi ini sangat buruk. Berbicara jujur adalah jalan satu-satunya untuk sekarang. Dia langsung berlutut dan berkata, "Aku akan mengakui semuanya. Tolong jangan bunuh aku."Ekspresi Fenny lagi-lagi berubah. Demi mendapat kesempatan bertahan hidup, dia berlutut kepada Wisnu dan berkata, "Wisnu, maafkan aku. Aku sudah tahu salah. Aku nggak seharusnya melakukan semua itu. Tolong beri aku kesempatan untuk mengaku. Aku pasti akan menuruti kalian ....""Minggir!" Wisnu sontak menendang Fenny.Sangga khawatir kesempatannya ini direbut oleh Fenny, jadi segera menceritakan semuanya. "Ada sejumlah besar bahan radi
Wisnu tak kuasa mendesah dalam hati. Tanpa dukungan Yoga, dia tidak mungkin memiliki prestasi seperti sekarang, apalagi disanjung orang.Fenny, Danu, dan Arief dikurung di ruang interogasi yang berbeda. Yoga memulainya dari Fenny. Dia langsung bertanya, "Kamu mau melawan atau langsung jujur? Apa pun pilihanmu, aku pasti akan mendapat jawaban yang kuinginkan."Fenny menyahut dengan suara bergetar, "Bukannya kamu sudah tahu kebenarannya?""Hais, sepertinya kamu memilih pilihan pertama." Yoga menghela napas. "Maksudku, siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?""Nggak ada kok, aku sendiri yang mau," timpal Fenny segera."Hehe, kamu kira aku idiot? Kamu saja nggak tamat SMP, gimana ngerti cara meracuni air? Dengan kemampuanmu itu, mana mungkin kamu bisa mendapat bahan radioaktif. Kamu juga nggak punya motif untuk melakukannya," jelas Yoga.Fenny berkata, "Aku ... aku membelinya di web ilegal. Kalau motifku, siapa suruh para orang tua itu terus bergosip tentangku? Aku membenci mereka, jadi
Ekspresi Emran tampak bersalah saat menyahut, "Dia nggak mau memberitahuku apa pun. Dia bersikeras mengatakan nggak tahu apa-apa tentang racun yang menyebabkan kanker itu.""Ini bukan salahmu," ujar Yoga. Emran adalah seorang jenderal. Daya tahan dan kesabarannya tidak akan sebanding dengan para penduduk desa."Bawa Danu kemari," instruksi Yoga."Baik." Emran segera membawa Danu. Kondisi Danu jauh lebih parah daripada Arief. Dia benar-benar sekarat.Yoga mengeluarkan pistol dari saku, lalu menodongkannya ke kepala Arief dan mengancam, "Ini kesempatan terakhirmu. Mengaku atau nggak?"Arief menggertakkan gigi dan menyahut, "Aku nggak tahu apa-apa! Nggak ada yang bisa kukatakan!""Hebat! Kamu memang pria sejati!" sindir Yoga.Dor! Tanpa ragu sedikit pun, Yoga menembak dan darah berceceran ke wajah Danu. Kemudian, Yoga menodongkan pistol ke kepala Danu sambil bertanya, "Kalau tebakanku nggak salah, pilihanmu seharusnya sama dengan Arief, 'kan? Biar kuantar kalian berdua ke alam baka."Danu
"Matilah!" Empat kultivator raja mengerahkan senjata ajaib mereka dan langsung melancarkan serangan.Dalam sekejap, langit seakan-akan runtuh. Bumi bergetar dan suasana menjadi mengerikan. Udara di sekitar dipenuhi dengan tekanan yang menyesakkan.Meskipun orang-orang di sekitar berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan perubahan ini dengan jelas. Tatapan mereka penuh keterkejutan. Mereka hanya bisa terpaku menyaksikan pertempuran yang belum pernah mereka lihat seumur hidup."Meskipun Yoga berbakat luar biasa, dia pasti nggak punya harapan untuk bertahan hidup kali ini!" Begitulah yang ada di benak semua orang. Mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Hanya saja pada saat ini, terdengar suara keras. Tiba-tiba, kilatan petir muncul dan menyelimuti tubuh Yoga. Cahaya petir itu berkilauan luar biasa dan terlihat seperti zirah yang menyala dengan sinar terang."Ini ... apa sebenarnya yang terjadi?""Petir bisa digunakan seperti ini? Mustahil!""Apa yang dia latih? Kenapa kekuatan
"Ternyata kamu seorang kultivator raja juga?" tanya keempat kultivator raja itu dengan ekspresi yang berubah dan tatapan yang aneh. Dengan kekuatan yang begitu luar biasa, Yoga sudah bisa berjalan dengan bebas di dunia kultivator kuno. Apalagi orang ini memiliki hubungan darah dengan mereka, ini adalah sebuah kesempatan yang langka bagi keluarga mereka."Bukankah kalian ingin membunuhku? Ayo maju," teriak Yoga dengan petir yang menyambar-nyambar dan aura yang kuat memenuhi ruangan itu."Yoga, kamu adalah keturunan dai Keluarga Kusuma. Kalau sekarang kamu berlutut untuk minta maaf dan menyerah, aku akan menerimamu kembali ke Keluarga Kusuma," kata salah satu kultivator raja Keluarga Kusuma dengan dingin."Ibumu adalah anggota Keluarga Husin. Asalkan kamu bersedia mengabdi pada Keluarga Husin, aku akan menerimamu dan ibumu kembali ke Keluarga Husin," teriak salah satu kultivator raja Keluarga Husin dengan lantang.Saat ini, kedua keluarga itu sudah bisa melihat kekuatan Yoga, mereka tent
Yoga memegang kepala Samsul dan Timothy dengan kedua tangannya, lalu menghantamkannya ke lantai dengan keras.Bang!Samsul dan Timothy tergeletak di lantai dengan tubuh yang berlumuran darah dan tulang patah. Mereka memang masih hidup, tetapi hanya bisa bernapas saja. Mereka menatap Yoga dengan tatapan yang terkejut dan tidak percaya karena mereka benar-benar tidak menyangka Yoga akan begitu kuat. Hanya dalam beberapa saat saja, Yoga sudah berhasil mengalahkan mereka."Kalian masih belum cukup layak melawanku," kata Yoga dengan nada dan tatapan yang dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan berbalik dan pergi.Saat sudah berada di luar pintu, Yoga melihat ke sekeliling yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Sebagian orang itu berasal dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin, sedangkan sisanya adalah orang yang datang ke sana untuk menyaksikan pertempuran itu."Karena kalian sudah datang, keluarlah," teriak Yoga dengan lantang.Kerumunan orang itu langsung tertegun seje
"Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D
Seiring dengan tertidurnya Bimo, tidak ada jawaban sama sekali ketika Yoga memanggilnya dua kali. Dia benar-benar telah tertidur.Yoga bergumam dalam hati. Dia merasa sedikit tidak yakin. 'Satu bulan ... bisakah aku menemukannya?'Benda seperti itu, bahkan ketika Yoga sendiri masuk ke area terlarang, hanya bisa menemukan satu. Sementara dua benda yang tersisa ... dia sama sekali tidak memiliki petunjuk. Selain itu, kini dirinya juga telah menjadi target dari para penjaga gerbang.Setelah berpikir panjang, Yoga menyadari bahwa dia harus mempercepat langkahnya. Setelah melalui berbagai rintangan dalam perjalanan pulang, Yoga akhirnya kembali ke vila.Namun begitu masuk ke dalam, Yoga langsung melihat Sutrisno sudah duduk di ruang tamu. Dia sedang menunggunya dengan ekspresi penuh kegelisahan."Apa itu kamu? Sebenarnya kamu bukan? Apa kamu yang bunuh anggota Keluarga Husin?" tanya Sutrisno dengan nada cemas. Dia terus-menerus menekannya untuk memberikan jawaban.Yoga menghela napas. Dia m
"Benar! Kita harus rebut kembali obat-obatan. Besi hitam nggak boleh jatuh ke tangan mereka!""Tapi ... di mana manusia hantu lainnya? Bukannya yang ada di sini kebanyakan hanya orang-orang dari Keluarga Husin?" Di tengah kerumunan, seseorang tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu.Sutrisno membalas dengan santai, "Apa pedulimu? Mereka memang nggak pernah akur satu sama lain. Mungkin mereka langsung kabur begitu keadaan menjadi genting!"Mendengar itu, orang-orang yang ada di sana pun mengangguk-angguk seakan menerima penjelasan tersebut tanpa banyak berpikir.Winola melirik Sutrisno sekilas. Pikirannya penuh dengan beban berat. Di tempat ini, hanya dia dan Sutrisno yang memiliki hubungan dekat dengan Yoga. Mereka berdua sangat memahami kepribadian Yoga. Kemungkinan besar, Keluarga Husin telah dijebak olehnya.Tak lama setelah itu, orang-orang mulai bergerak. Mereka berpencar untuk mencari keberadaan Keluarga Husin.Saat ini, Yoga duduk bersila dalam meditasi di kejauhan. Setelah beberapa