Wisnu tak kuasa mendesah dalam hati. Tanpa dukungan Yoga, dia tidak mungkin memiliki prestasi seperti sekarang, apalagi disanjung orang.Fenny, Danu, dan Arief dikurung di ruang interogasi yang berbeda. Yoga memulainya dari Fenny. Dia langsung bertanya, "Kamu mau melawan atau langsung jujur? Apa pun pilihanmu, aku pasti akan mendapat jawaban yang kuinginkan."Fenny menyahut dengan suara bergetar, "Bukannya kamu sudah tahu kebenarannya?""Hais, sepertinya kamu memilih pilihan pertama." Yoga menghela napas. "Maksudku, siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?""Nggak ada kok, aku sendiri yang mau," timpal Fenny segera."Hehe, kamu kira aku idiot? Kamu saja nggak tamat SMP, gimana ngerti cara meracuni air? Dengan kemampuanmu itu, mana mungkin kamu bisa mendapat bahan radioaktif. Kamu juga nggak punya motif untuk melakukannya," jelas Yoga.Fenny berkata, "Aku ... aku membelinya di web ilegal. Kalau motifku, siapa suruh para orang tua itu terus bergosip tentangku? Aku membenci mereka, jadi
Ekspresi Emran tampak bersalah saat menyahut, "Dia nggak mau memberitahuku apa pun. Dia bersikeras mengatakan nggak tahu apa-apa tentang racun yang menyebabkan kanker itu.""Ini bukan salahmu," ujar Yoga. Emran adalah seorang jenderal. Daya tahan dan kesabarannya tidak akan sebanding dengan para penduduk desa."Bawa Danu kemari," instruksi Yoga."Baik." Emran segera membawa Danu. Kondisi Danu jauh lebih parah daripada Arief. Dia benar-benar sekarat.Yoga mengeluarkan pistol dari saku, lalu menodongkannya ke kepala Arief dan mengancam, "Ini kesempatan terakhirmu. Mengaku atau nggak?"Arief menggertakkan gigi dan menyahut, "Aku nggak tahu apa-apa! Nggak ada yang bisa kukatakan!""Hebat! Kamu memang pria sejati!" sindir Yoga.Dor! Tanpa ragu sedikit pun, Yoga menembak dan darah berceceran ke wajah Danu. Kemudian, Yoga menodongkan pistol ke kepala Danu sambil bertanya, "Kalau tebakanku nggak salah, pilihanmu seharusnya sama dengan Arief, 'kan? Biar kuantar kalian berdua ke alam baka."Danu
Danu menunduk karena merasa bersalah. Dia berkata, "A ... aku kira kamu sudah mati tadi ... makanya ...."Yoga sontak merebut pistol dari tangan Emran. Dia menodongkannya ke kepala Arief dan berujar, "Pistol kali ini sungguhan. Sekarang nggak ada gunanya lagi kamu hidup. Kamu sudah boleh mati ....""Jangan!" pekik Arief segera. Dia meneruskan, "Aku bersedia bersaksi untuk menebus kesalahanku. Tolong jangan bunuh aku!"Danu sudah mengakui semuanya, jadi tidak ada gunanya bagi Arief untuk melawan lagi. Yoga pun menarik pistolnya kembali dan berkata, "Oke, ternyata kamu cerdas juga."Lagi pula, 2 saksi akan lebih kuat daripada 1 saksi. Roselia juga menelepon Yoga untuk mengabari bahwa orang yang menaruh racun di Restoran Floran telah ditangkap. Orang itu mengaku bahwa Richmond yang menginstruksinya melakukan semua itu. Karena bukti sudah lengkap, ini saatnya mereka mencabut rumput hingga akarnya.Yoga berpesan, "Kak, tolong bawa orang itu ke kantor duta Jepana. Nyawa harus dibayar dengan
Namun, sekarang Yoga malah sengaja membuat mereka marah. Bagaimana cara mengatasi situasi ini?Sesuai dugaan, begitu mendengar kata Jepana, anggota Keluarga Deswani pun menggila. Berbagai kenangan pahit muncul di benak mereka. Memang benar kerabat mereka diculik oleh orang Jepana.Para pria dikirim untuk menggali tambang hingga akhirnya mati kelelahan, sedangkan para wanita dikirim ke rumah bordil dan menerima berbagai siksaan. Adapun para anak kecil, mereka menjadi hewan percobaan.Niat membunuh yang dahsyat memancar keluar. Orang-orang yang berjarak 5 kilometer merasakan niat membunuh ini dengan jelas sehingga merasa sesak.Wajah Wenny tampak pucat. Dia merasa dirinya jatuh ke neraka. Sambil menahan tekanan dahsyat, dia berteriak kepada Yoga, "Yoga, apa yang kamu lakukan?""Aku mengobati mereka!" sahut Yoga."Ini bukan cara mengobati mereka! Kamu hanya akan membunuh mereka!" pekik Wenny.Niat membunuh yang terpendam selama puluhan tahun meletus keluar begitu saja. Wenny khawatir mere
"Sembarangan!" Souta berteriak, "Kamu membunuh secara semena-mena di kantor duta Jepana. Aku akan menghubungi Kota Terlarang untuk melaporkanmu! Kalau mereka nggak membayar ganti rugi, aku akan menyuruh Jepana mengirim pasukan!""Aku sudah sering mendengar ancaman ini. Aku sampai bosan. Kalian kira negara kalian yang kecil sanggup meratakan Daruna yang besar? Jangan mimpi!" ejek Yoga."Kamu ...." Souta merasa sangat terhina. "Aku akan menghubungi Kota Terlarang sekarang juga. Aku ingin lihat, sampai kapan kamu bersikap sombong begini!"Namun, bawahannya segera menghentikan. "Pak, sebaiknya jangan. Yoga punya hubungan baik dengan para petinggi itu. Kalau mereka turun tangan, mereka pasti akan melindungi Yoga. Lebih baik kita bunuh dia dulu baru melapor nanti."Orang-orang segera menyetujui usul ini. Souta berkata, "Oke, kita ikut saranmu. Seluruh petarung Jepana!""Ya!" Orang-orang Jepana segera merespons dengan lantang."Dengar baik-baik! Mereka membunuh orang Jepana! Mereka adalah mus
Yoga mengangguk dan membalas, "Ya.""Kalau begitu, kita harus cepat!" Sikap empat dewa perang sudah mulai terlihat normal. Karena niat membunuh terlampiaskan, mereka merasa jauh lebih lega.Yoga membawa Souta ke halaman belakang kantor duta. Souta ketakutan hingga sekujur tubuhnya bergidik. Dia bertanya, "Ka ... kamu mau apa?""Tentu saja menyelamatkan saudara kami," sahut Yoga."Semua orang di kantor duta ini dari Jepana dan sudah kalian bunuh. Dari mana datangnya saudara kalian?" balas Souta."Kalau nggak ada keyakinan penuh, kamu kira aku bakal menerobos masuk?" ejek Yoga.Souta pun makin ketakutan dan membatin, 'Sial! Apa mungkin dia menemukan rahasia laboratorium bawah tanah? Kalau benar seperti itu, matilah aku hari ini!'Setelah membawa Souta ke gudang halaman belakang, Yoga menendang penutup besi saluran pembuangan. Di bawah sana, terlihat sebuah terowongan gelap.Yoga benar-benar menemukan rahasia ini. Seketika, harapan terakhir dalam hati Souta pun sirna. Dia menatap Yoga sam
Empat dewa perang itu telah memperoleh kesadaran kembali sehingga tidak sembarangan membunuh lagi."Tolong ... tolong kami ...." Terdengar suara lemah dari kandang di samping. Yoga segera maju dan menghancurkan gembok kandang.Pemandangan di dalam sungguh mengejutkan. Di dalam kandang yang gelap dan sempit, terdapat belasan orang Daruna. Mereka makan dan buang kotoran di tempat yang sama sehingga baunya sungguh menyengat. Sekujur tubuh mereka bahkan busuk dan dipenuhi belatung, sampai-sampai tulang mereka terlihat.Selain itu, ada juga tanda yang tergantung di leher mereka. Produk no. 38, produk no. 39, produk no. 55 .... Sungguh keterlaluan!Yoga mengepalkan tangannya dan membuka kandang lainnya. Kandang ini seperti sebuah oven. Karena terus terpanggang oleh suhu tinggi, orang-orang Daruna itu terlihat hitam dan kurus kering. Di sampingnya, terlihat sebuah papan yang bertuliskan "Eksperimen Kadar Air pada Tubuh Manusia".Yoga berusaha menahan amarahnya. Dia membuka kandang lain lagi.
Yoga segera tiba di sudut barat daya. Itu adalah ruangan yang dibangun dengan baja, kokoh dan tidak akan bisa dihancurkan.Yoga menggedor pintu sambil berkata, "Richmond, aku tahu kamu di dalam sana. Segera keluar dan terima kematianmu."Richmond membentak, "Yoga, beraninya kamu membunuh orang Jepana! Ini dosa besar! Aku telah mengabari Pak Dirga tentang masalah ini. Dia akan segera datang. Kamu tunggu saja nanti!""Pak Karno datang pun aku nggak takut. Hari ini, kamu harus mati! Ayo keluar supaya kamu nggak tersiksa. Kalau nggak, aku bersumpah akan membuatmu mati tersiksa!" balas Yoga.Richmond berujar dengan dingin, "Ruangan ini terbuat dari baja dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan luar angkasa. Bom sekalipun nggak bisa menghancurkan ruangan ini. Jangan harap kamu bisa masuk.""Baiklah, aku menyetujui pilihanmu." Selesai berbicara, Yoga mengerahkan seluruh tenaga untuk menghancurkan ruangan itu. Alhasil, dia hanya berhasil memunculkan sebuah bekas pukulan. Sepertinya, kekuatan fi
"Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai
"Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah
Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t
Wajah jenderal itu langsung memucat. Dia berseru panik dengan nada penuh ketakutan, "Aku ... aku akan bilang! Jangan bunuh aku!"Saat ini, yang tersisa dalam pikiran jenderal itu hanyalah keinginan untuk bertahan hidup. Dia telah sepenuhnya melupakan tanggung jawab sebagai Pelindung Kebenaran yang seharusnya menjaga keadilan.Jenderal itu tidak ingin mati, apalagi mengalami nasib seperti orang yang sudah menjadi boneka itu. Di bawah kendali formasi, dia mungkin tidak akan mati ataupun hancur, tetapi akan kehilangan kesadaran sepenuhnya. Apa gunanya hidup seperti itu? Itu bukan kehidupan yang layak.Pada saat yang sama, suara keras menggema dari kejauhan."Dasar pengkhianat! Apa yang kamu bilang barusan? Dengan sikap seperti itu, apa kamu pantas disebut Pelindung Kebenaran?""Kamu sama sekali nggak layak jadi Pelindung Kebenaran. Kamu cuma sampah!""Dasar berengsek, apa kamu mau mati? Beraninya mengkhianati kami!"Permohonan jenderal itu langsung memancing amarah orang-orang di sekitarn
"Hahaha! Bimo, akhirnya kamu mengalami ini juga!""Sekarang, gimana kamu bisa bertarung? Bersiaplah untuk mati!""Nggak peduli apa yang kamu lakukan, hari ini kamu nggak akan bisa kabur. Kematian sudah pasti menjadi akhirmu!"Suara-suara penuh keyakinan itu terdengar jelas di telinga Yoga. Dia agak mengernyit dan menatap dingin ke arah mereka.Yoga agak memiringkan kepala, lalu mengejek sambil menyeringai, "Kalian ini benar-benar terlalu berisik. Sepertinya kalian juga mau jadi boneka ya?"Sekejap kemudian, suasana berubah drastis. Semua orang terdiam, tak ada yang berani bicara lagi. Mereka tahu betul bahwa mereka tidak ingin mati.Sebab begitu mati, mereka akan dikendalikan oleh formasi ini. Mereka akan menjadi makhluk mengerikan yang tak bisa mati dan dihancurkan, kecuali semua makhluk hidup di dalam formasi ini sudah kehilangan nyawa.Yoga mengalihkan targetnya. Dia langsung menuju ke arah orang-orang yang tersisa sambil berujar, "Ya sudah. Kalau begitu seperti yang kalian inginkan
Di dalam formasi, sepuluh tetua dan tiga jenderal berdiri dengan kewaspadaan penuh. Mereka menatap tajam ke arah Yoga.Tatapan mereka yang dingin tertuju pada Yoga. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bergerak. Mereka yakin bahwa pertempuran berikutnya akan berlangsung sesuai dengan rencana.Melihat itu, Yoga sedikit mengernyit. Dia bisa merasakan bahwa mereka sepertinya sedang menunggu sesuatu. Perasaan seperti itu sungguh membuatnya merasa sangat tidak nyaman.Akhirnya, Yoga mulai menyadari sesuatu. Dia segera mengalihkan pandangannya ke satu arah. Di sana, dia melihat tubuh jenderal yang sebelumnya telah dia bunuh.Jenderal itu kini seperti boneka yang dikendalikan oleh benang-benang merah. Tubuhnya mulai berubah menjadi makin besar dan berotot. Ini semua adalah hasil dari formasi, yang mengubah mayat itu menjadi lebih kuat dari sebelumnya.Yoga mendengus sebelum berujar, "Sepertinya, mereka mau menguji aku dulu."Yoga tahu betul bahwa orang-orang ini takut mati sehingga berh
Kraaak!Tubuh jenderal itu seketika meledak di satu bagian. Separuh tubuhnya berlumuran darah dan terlihat begitu mengerikan. Luka parah di bagian luar tubuhnya bercampur dengan dampak serangan di dalam tubuh. Hal itu membuatnya berada di ambang kematian.Dengan ekspresi datar, Yoga perlahan menoleh dan menatap dingin ke arah yang lain. Dia berujar, "Selanjutnya, giliran kalian!"Kalimat itu penuh dengan aura dominasi, seakan-akan dalam sekejap mampu membekukan seluruh wilayah di sekitar. Kesepuluh tetua dan tiga jenderal yang tersisa terdiam sejenak, lalu raut wajah mereka berubah menjadi garang."Bimo, kamu pasti nggak tahu betapa menakutkannya Formasi Pembantai Dewa ini, 'kan?""Di dalam formasi ini, satu-satunya jalan bagimu adalah mati!""Hmph! Memangnya kenapa kalau kamu bunuh dia? Setelah bunuh kami semua, terus apa?"Dalam sekejap, mereka semua menunjukkan sikap yang sombong dan melontarkan ejekan terhadap Yoga.Di sisi lain, Yoga mengernyit karena bingung. Apa mereka sudah gil
Kedua orang itu merasa bahwa jurus yang baru saja mereka lihat sangat mirip dengan gaya Yoga. Hanya saja setelah berpikir dengan saksama, mereka yakin bahwa itu tidak mungkin.Sutrisno dan Winola lebih percaya bahwa jurus itu diajarkan oleh Bimo kepada Yoga. Sebab, mana mungkin Yoga memiliki kemampuan sehebat itu?Winola bertanya dengan serius, "Tapi, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Sudah begitu banyak orang yang mati!"Sutrisno membalas, "Banyak orang mati, bukannya itu malah bagus? Kalau para Pelindung Kebenaran mati, Tuan Bimo yang diuntungkan. Kalau orang-orang dari empat keluarga besar ikut mati, itu malah menguntungkan kita."Winola hanya terdiam mendengar ucapan itu. Dia menatap Sutrisno dengan pandangan penuh arti sambil mengernyit. Momen itu membuatnya seketika merasa bahwa Sutrisno adalah seorang pengkhianat. Bagaimanapun, orang-orang yang mati berasal dari keluarga mereka sendiri.Melihat ekspresi Winola, Sutrisno coba meyakinkannya dengan berucap, "Kamu lupa dengan
Pada saat yang bersamaan, seluruh langit berubah menjadi merah dan benang-benang yang memerah juga terus melayang.Saat ini, semua orang merasa sangat terkejut dan tatapan mereka penuh dengan ketakutan. Orang-orang dari empat keluarga besar yang tersisa dan para Pelindung Kebenaran yang masih hidup pun tercengang dengan pemandangan itu."Astaga. Apa yang mereka inginkan? Jangan-jangan ingin membunuh kami?""Kami adalah Pelindung Kebenaran, kita ini satu kelompok. Apa mereka benar-benar ingin membunuh tanpa pandang bulu?""Sialan! Padahal hanya perlu membunuh Bimo saja, kenapa harus membunuh kami juga? Organisasi Pelindung Kebenaran benar-benar akan hancur."Banyak Pelindung Kebenaran yang berteriak dengan marah dan emosi mereka makin meledak karena merasa menderita. Mereka semua tahu mereka akan segera mati.Orang-orang dari empat keluarga besar pun sudah benar-benar putus asa dan terus berlari ke segala arah.Namun, benang-benang merah itu langsung menyerang satu per satu orang di san