Kalau begitu, Yoga ingin melihat sampai kapan Danu bisa bersikap sombong. Kemungkinan besar, Danu terkait dengan peningkatan jumlah pasien penderita kanker. Yoga akan mencari tahu dalang di balik semua ini dan menangkap mereka semua.Tiba-tiba, Yoga berkelebat dan mengempaskan 2 orang polisi yang ingin menangkapnya. Polisi lain tentu murka melihatnya. Mereka langsung maju untuk menyerang. Alhasil, mereka juga dijatuhkan oleh Yoga dengan mudah.Danu sungguh murka. Dia segera mengeluarkan pistol dan membidik Yoga. Sayang sekali, sebelum bidikannya akurat, Yoga sudah menghilang.Saat berikutnya, Yoga muncul di hadapannya dan mencengkeram pistol itu. Krek! Pistol sontak patah dan hancur!Danu tentu terkesiap. Kecepatan Yoga terlalu tinggi. Sebelum Danu bereaksi, Yoga pun melayangkan tendangan.Tubuh Danu langsung menghantam mobil polisi, membuat mobil penyok. Danu memuntahkan darah dan berteriak, "Berengsek! Beraninya kamu menyerang polisi! Ini kesalahan besar!"Yoga mencengkeram leher Dan
Ratusan tentara bersenjata lengkap melompat turun dari mobil dan mengepung lokasi kejadian. Moncong peluru yang hitam membidik Yoga dan Wisnu. Pasukan ini jelas terlatih dan tidak bisa dibandingkan dengan pasukan Danu.Danu sontak memekik, "Kak! Tolong aku! Dia mau membunuhku! Mereka mungkin pembunuh yang dicari-cari seluruh dunia baru-baru ini! Cepat tangkap mereka!"Arief mendengus dan berkata, "Huh! Ternyata teroris. Tangkap mereka. Tembak mati siapa pun yang berani melawan!"Arief terlihat sangat sombong. Dia mengira riwayat Yoga dan Wisnu akan tamat dengan menuduh mereka sebagai teroris.Namun, sebelum pasukan Arief bergerak, Yoga berkata, "Sebentar, ada yang ingin kuperlihatkan.""Apa?" tanya Arief dengan heran.Yoga maju selangkah demi selangkah. Arief diam-diam menarik napas. Pemuda ini berani memukul polisi tanpa rasa takut sedikit pun. Arief cukup yakin Yoga punya latar belakang. Jangan-jangan, dia ingin memperlihatkan sesuatu yang bisa membuktikan identitasnya?Arief pun men
Tiba-tiba, sinar laser yang tak terhitung jumlahnya mengenai tubuh Arief dan pasukannya. Situasi macam apa ini?Pasukan Arief tak kuasa bergidik ngeri dan sibuk memandang ke sekeliling. Semak-semak di sekitar sontak bergoyang kencang.Terlihat sekelompok pasukan berseragam maju dan mengepung mereka. Baik itu karisma, senjata, ataupun jumlah pasukan, Arief tentu kalah. Latar belakang pasukan ini jelas tidak biasa.Sambil menahan rasa sakitnya, Arief bertanya, "Kalian dari pasukan mana? Kami sedang bertugas, tolong jangan ganggu kami.""Hais, Arief, kamu sangat mengecewakanku." Terdengar suara dingin dari luar kepungan. "Kalau tahu akan terjadi masalah seperti ini, aku pasti sudah memecatmu sejak awal."Begitu mendengar suara ini, kepala Arief seolah-olah akan meledak. Suara ini sangat familier, yaitu suara atasannya dulu. Sekarang atasannya sudah menjadi komandan Pasukan Imperial, Emran!Kenapa Emran bisa muncul di sini? Bukankah dia harus berjaga di Kota Terlarang? Jadi, pasukan ini ad
Keduanya putus asa sampai tidak tahu harus melakukan apa lagi.Sementara itu, Yoga menghampiri Sangga dan berkata, "Aku bisa memberimu kesempatan untuk mengakui semuanya. Beri tahu aku kebenarannya, maka hukumanmu akan diringankan. Kalau kamu memang nggak menghargai kesempatan ini, kuberikan saja kepada orang lain, meskipun aku nggak ingin mengampuni mereka."Sangga bisa menilai bahwa situasi ini sangat buruk. Berbicara jujur adalah jalan satu-satunya untuk sekarang. Dia langsung berlutut dan berkata, "Aku akan mengakui semuanya. Tolong jangan bunuh aku."Ekspresi Fenny lagi-lagi berubah. Demi mendapat kesempatan bertahan hidup, dia berlutut kepada Wisnu dan berkata, "Wisnu, maafkan aku. Aku sudah tahu salah. Aku nggak seharusnya melakukan semua itu. Tolong beri aku kesempatan untuk mengaku. Aku pasti akan menuruti kalian ....""Minggir!" Wisnu sontak menendang Fenny.Sangga khawatir kesempatannya ini direbut oleh Fenny, jadi segera menceritakan semuanya. "Ada sejumlah besar bahan radi
Wisnu tak kuasa mendesah dalam hati. Tanpa dukungan Yoga, dia tidak mungkin memiliki prestasi seperti sekarang, apalagi disanjung orang.Fenny, Danu, dan Arief dikurung di ruang interogasi yang berbeda. Yoga memulainya dari Fenny. Dia langsung bertanya, "Kamu mau melawan atau langsung jujur? Apa pun pilihanmu, aku pasti akan mendapat jawaban yang kuinginkan."Fenny menyahut dengan suara bergetar, "Bukannya kamu sudah tahu kebenarannya?""Hais, sepertinya kamu memilih pilihan pertama." Yoga menghela napas. "Maksudku, siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?""Nggak ada kok, aku sendiri yang mau," timpal Fenny segera."Hehe, kamu kira aku idiot? Kamu saja nggak tamat SMP, gimana ngerti cara meracuni air? Dengan kemampuanmu itu, mana mungkin kamu bisa mendapat bahan radioaktif. Kamu juga nggak punya motif untuk melakukannya," jelas Yoga.Fenny berkata, "Aku ... aku membelinya di web ilegal. Kalau motifku, siapa suruh para orang tua itu terus bergosip tentangku? Aku membenci mereka, jadi
Ekspresi Emran tampak bersalah saat menyahut, "Dia nggak mau memberitahuku apa pun. Dia bersikeras mengatakan nggak tahu apa-apa tentang racun yang menyebabkan kanker itu.""Ini bukan salahmu," ujar Yoga. Emran adalah seorang jenderal. Daya tahan dan kesabarannya tidak akan sebanding dengan para penduduk desa."Bawa Danu kemari," instruksi Yoga."Baik." Emran segera membawa Danu. Kondisi Danu jauh lebih parah daripada Arief. Dia benar-benar sekarat.Yoga mengeluarkan pistol dari saku, lalu menodongkannya ke kepala Arief dan mengancam, "Ini kesempatan terakhirmu. Mengaku atau nggak?"Arief menggertakkan gigi dan menyahut, "Aku nggak tahu apa-apa! Nggak ada yang bisa kukatakan!""Hebat! Kamu memang pria sejati!" sindir Yoga.Dor! Tanpa ragu sedikit pun, Yoga menembak dan darah berceceran ke wajah Danu. Kemudian, Yoga menodongkan pistol ke kepala Danu sambil bertanya, "Kalau tebakanku nggak salah, pilihanmu seharusnya sama dengan Arief, 'kan? Biar kuantar kalian berdua ke alam baka."Danu
Danu menunduk karena merasa bersalah. Dia berkata, "A ... aku kira kamu sudah mati tadi ... makanya ...."Yoga sontak merebut pistol dari tangan Emran. Dia menodongkannya ke kepala Arief dan berujar, "Pistol kali ini sungguhan. Sekarang nggak ada gunanya lagi kamu hidup. Kamu sudah boleh mati ....""Jangan!" pekik Arief segera. Dia meneruskan, "Aku bersedia bersaksi untuk menebus kesalahanku. Tolong jangan bunuh aku!"Danu sudah mengakui semuanya, jadi tidak ada gunanya bagi Arief untuk melawan lagi. Yoga pun menarik pistolnya kembali dan berkata, "Oke, ternyata kamu cerdas juga."Lagi pula, 2 saksi akan lebih kuat daripada 1 saksi. Roselia juga menelepon Yoga untuk mengabari bahwa orang yang menaruh racun di Restoran Floran telah ditangkap. Orang itu mengaku bahwa Richmond yang menginstruksinya melakukan semua itu. Karena bukti sudah lengkap, ini saatnya mereka mencabut rumput hingga akarnya.Yoga berpesan, "Kak, tolong bawa orang itu ke kantor duta Jepana. Nyawa harus dibayar dengan
Namun, sekarang Yoga malah sengaja membuat mereka marah. Bagaimana cara mengatasi situasi ini?Sesuai dugaan, begitu mendengar kata Jepana, anggota Keluarga Deswani pun menggila. Berbagai kenangan pahit muncul di benak mereka. Memang benar kerabat mereka diculik oleh orang Jepana.Para pria dikirim untuk menggali tambang hingga akhirnya mati kelelahan, sedangkan para wanita dikirim ke rumah bordil dan menerima berbagai siksaan. Adapun para anak kecil, mereka menjadi hewan percobaan.Niat membunuh yang dahsyat memancar keluar. Orang-orang yang berjarak 5 kilometer merasakan niat membunuh ini dengan jelas sehingga merasa sesak.Wajah Wenny tampak pucat. Dia merasa dirinya jatuh ke neraka. Sambil menahan tekanan dahsyat, dia berteriak kepada Yoga, "Yoga, apa yang kamu lakukan?""Aku mengobati mereka!" sahut Yoga."Ini bukan cara mengobati mereka! Kamu hanya akan membunuh mereka!" pekik Wenny.Niat membunuh yang terpendam selama puluhan tahun meletus keluar begitu saja. Wenny khawatir mere