Share

Bab 5

Author: Vodka
Nadya akhirnya tidak tahan lagi. Dia berteriak dengan suara pelan, “Petugas keamanan, usir orang gila ini keluar!”

“Baik.” Dua petugas keamanan berjalan mendekat dan ingin mengusir Yoga keluar.

Sebelum mereka bisa melakukannya, Yoga sudah menghitung sampai angka ‘satu’.

Begitu kata ‘satu’ terucap, tiba-tiba saja terjadi perubahan yang aneh.

Bocah laki-laki itu membuka mulutnya dan memuntahkan darah kotor. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya juga kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Napasnya tersengal-sengal dan wajahnya menjadi pucat pasi.

Adegan yang terjadi secara tiba-tiba itu, langsung membuat ibu si bocah laki-laki menangis. “Kamu kenapa, Nak? Jangan menakuti Ibu?”

Danu sendiri juga takut dan bingung. “Profesor Hendra, apa yang terjadi? Ini … ini gejala normal, ‘kan? Tolong jelaskan padaku.”

Profesor Hendra buru-buru memeriksa bocah tersebut. “Jangan khawatir, Pak Danu …”

Setelah selesai memeriksa, Profesor Hendra menjadi pucat pasi. “Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya ini nggak boleh terjadi.”

“Si*lan!” Nadya mengumpat pelan dan langsung berlari untuk memeriksa kondisi bocah tersebut.

Selesai memeriksa, tangan dan kaki Nadya terasa dingin.

Bocah itu sulit untuk bernapas. Menurut kondisi saat ini, dia tidak akan bisa bertahan lebih dari lima menit lagi.

Jika bocah ini mati … Nadya tidak berani lagi memikirkannya.

Melihat reaksi mereka berdua, Danu tahu jika terjadi sesuatu yang buruk.

Dia berteriak dengan marah, “Nadya, nggak peduli metode apa pun yang kamu gunakan, kamu harus menyelamatkan anakku! Kalau nggak, tanggung sendiri akibatnya!”

Ibu bocah laki-laki itu juga merasa remuk redam. Dia mengacungkan kuku jarinya ke wajah Nadya, “Dasar b*jingan jahat! Kamu harus mengganti kerugian anakku! Ganti rugi!”

Nadya memejamkan matanya dengan putus asa. Sekarang, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah membiarkan mereka melampiaskan amarahnya. Lalu, memohon pengampunan pada mereka.

Namun, kuku jari lawan bicaranya tidak kunjung menyentuh wajahnya. Nadya pun membuka matanya karena terkejut.

Terlihat sebuah tangan yang kokoh tengah mencengkeram kuat-kuat tangan ibu bocah laki-laki itu dan melindungi Nadya.

Menyusuri tangan yang kokoh itu, Nadia menemukan jika tangan tersebut adalah tangan Yoga.

Pada saat itu, muncul perasaan aneh di dalam hati Nadya.

Ada begitu banyak orang di ruangan tersebut. Tidak sedikit teman dan orang kepercayaan Nadya. Namun, pada akhirnya malah orang asing yang melindungi Nadya. Benar-benar ironis.

Ibu bocah laki-laki itu berteriak dengan marah, “Lepaskan aku, b*jingan! Aku akan membunuh b*jingan jahat itu!”

“Kalau anakmu adalah sukarelawan dalam uji klinis, seharusnya kalian sudah menandatangani surat pemberitahuan risiko sebelumnya,” kata Yoga dengan santai. “Grup Magani nggak bertanggung jawab atas semua kecelakaan medis yang terjadi selama uji coba klinis. Kalian nggak punya hak untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Apalagi merenggut nyawa mereka.”

“Omong kosong!” Ibu bocah laki-laki itu mengumpat, “Kamu melindunginya. Kamu juga harus mati!”

“Kalau aku mati, bocah ini juga pasti akan mati,” kata Yoga. “Sebaliknya, kalau sekarang kamu meminta bantuanku, mungkin dia masih punya kesempatan untuk bertahan hidup.”

“Kalian semua diam!” teriak Danu. Mata Danu tertuju pada Yoga. “Kamu bilang, kamu bisa menyelamatkan anakku?”

Yoga mengangguk.

Danu melirik anaknya yang menggeliat kesakitan. Sambil menggertakkan giginya, dia pun mengambil keputusan. “Baiklah. Kalau begitu, selamatkan anakku.”

“Aku nggak setuju!” Nadya langsung berteriak, “Dia hanya sopir, yang tahu cara mengendarai mobil. Dia sama sekali nggak tahu apa-apa tentang ilmu kedokteran. Menyuruhnya menyelamatkan orang adalah omong kosong!”

Kemudian, Nadya merendahkan suaranya dan berkata kepada Yoga, “Kamu nggak tahu, seberapa berbahayanya situasi ini. Sebaiknya kamu nggak terlibat dalam masalah ini. Cepat pergi.”

Nadya tidak ingin melibatkan orang yang tidak bersalah.

Danu merasa ragu-ragu. Dia menatap Profesor Hendra. “Profesor Hendra, bagaimana menurutmu?”

“Melihat kondisi pasien saat ini, sekalipun guruku, Dewa Medis, ada di sini, dia juga nggak akan bisa berbuat apa-apa. Apalagi, dia hanya sopir yang nggak tahu ilmu kedokteran,” kata Profesor Hendra.

Harapan terakhir di hati Danu ikut hancur. Dia benar-benar bertindak gegabah karena panik, dengan menaruh harapan kepada seorang sopir.

“Tidak tahu ilmu kedokteran? Lantas, aku menghitung mundur tadi untuk apa?” tanya Yoga dengan dingin.

Tiba-tiba saja, semua orang langsung mengerti.

Ya, barusan Yoga menghitung mundur sampai angka sepuluh. Tiba-tiba saja, pasien mengalami kejadian yang tidak terduga. Hal ini menunjukkan Yoga sudah tahu bahwa pasien akan mengalami kejadian seperti itu.

Bagaimana mungkin mengatakan bahwa Yoga tidak mengetahui ilmu kedokteran?

Kata-kata Yoga inilah yang membuat Danu benar-benar membulatkan tekadnya. “Baiklah. Kamu yang akan menyembuhkannya. Segera lakukan sekarang juga!”

Nadya ingin kembali mencegahnya. Namun, Yoga sudah terlanjur berjalan menghampiri pasien dan memeriksanya.

Nadya menghela napas. Kamu sendiri yang cari masalah. Jangan salahkan orang lain.

Setelah memeriksa pasien, di dalam hatinya Yoga tahu apa yang terjadi pada pasien tersebut. Dia mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, mengisapnya dalam-dalam, dan mengembuskan asapnya ke wajah pasien.

Apa yang dilakukan Yoga tersebut langsung memancing kemarahan semua orang. Amarah Danu meledak. “Apa yang ingin kamu lakukan?”

Nadya juga merasa takut hingga berkeringat dingin. “Cepat matikan rokoknya, ini ruang steril!”

Tanpa diduga, Yoga malah melemparkan semua sisa rokoknya kepada Danu. “Bagikan rokok itu. Siapa pun yang mau merokok, silakan merokok. Oh ya. Tutup pintu dan jendela, agar asapnya nggak keluar.”

“Kamu sebenarnya mau apa?” tanya Danu dengan marah.

“Aku sedang mengobatinya,” jawab Yoga. “Lantaran kamu memintaku untuk mengobatinya, sebaiknya kamu memercayaiku sepenuhnya.”

“Kamu …” Napas Danu tersengal-sengal. Dia tidak tahu apakah mau mengambil risiko atau tidak.

Danu melirik anaknya. Napas anaknya sudah sangat lemah. Wajahnya benar-benar pucat pasi, tanpa ada rona merah sedikit pun di sana. Jelas, anaknya tersebut tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

Jika tidak dicoba, anaknya pasti akan mati. Danu membagikan semua rokok tersebut dengan enggan. “Isap rokoknya. Berikan asap yang banyak untukku!”

“Oh ya. Abu rokoknya jangan dibuang. Dikumpulkan saja,” kata Yoga. “Hidup dan matinya pasien, tergantung pada abu rokok ini.”

Tak lama kemudian, laboratorium tersebut dipenuhi asap rokok, layaknya ‘negeri dongeng’.

Nadya dan beberapa wanita lainnya mengeluarkan air mata karena asap ini. Namun, mereka tidak mau pergi. Mereka berharap ‘keajaiban’ akan terjadi … jika memang ada keajaiban di dunia ini.

Rokok itu habis dalam sekejap mata. Yoga mengumpulkan abunya dan mencampurnya dengan garam, hingga membentuk adonan. Kemudian, Yoga langsung memasukkan adonan tersebut ke dalam perut pasien.

Yoga melakukannya dengan begitu cepat, sehingga semua orang tidak mampu menghentikannya.

Rentetan tingkah laku membingungkan yang dilakukan Yoga tersebut, membuat semua orang bingung.

Seseorang bergumam dengan suara pelan, “Aku tahu, ini pasti resep kuno untuk mencelakai orang, atau praktik takhayul. Anak ini bukan dukun keliling, ‘kan?”

Mendengar hal tersebut, ibu bocah laki-laki itu benar-benar remuk redam. Dia bergegas maju dan mencengkeram kerah Yoga. “Katakan padaku, kamu mencelakakan orang apa nggak?”

Yoga tidak menghiraukannya dan kembali mulai menghitung mundur. “Sepuluh, sembilan, delapan, tujuh …”

Apa lagi yang ingin dilakukan Yoga?
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 6

    Setelah sepuluh detik yang menyiksa. Baru saja Yoga mengucapkan kata ‘satu’, pasien yang awalnya kehilangan vitalitas, tiba-tiba saja bangun dalam posisi setengah duduk. Kemudian, dia membuka mulutnya dan mengeluarkan banyak dahak kental.“Huaaaaa …” Tangisan anak itu bergema di laboratorium untuk waktu yang lama. Suaranya jelas, nyaring, dan bertenaga.Hidup!Benar-benar hidup!Terjadi keajaiban.Momen ini membuat semua orang bersemangat dan menjadi gembira.Ibu bocah laki-laki itu langsung menerjang dan memeluk anaknya sambil menangis, “Kamu sudah membuat Ibu takut setengah mati, Nak …”Danu juga merasa begitu emosional, hingga tidak bisa menahan diri. Dia menggenggam tangan Yoga dan berkata dengan suara tercekat, “Tuan Penolong, kamu adalah penyelamat keluarga Wirawan. Keluarga Wirawan berutang nyawa padamu. Aku … aku … bagaimana aku harus berterima kasih padamu?”Yoga menarik kembali tangannya. “Hanya masalah kecil.”Danu cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya dan menyerahkannya ke

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 7

    Gatot menatap Yoga dengan tajam. “Hmph, anggap saja kamu sedang beruntung, Nak.”Pada saat yang bersamaan, ponsel Gatot berdering. Dia menjawab telepon tersebut. “Halo, Kak Bondan. Aku sudah sampai di perusahaan dan akan segera melakukan wawancara. Apa? Ada yang lebih dulu melamar sebagai sopir dan berhasil? Siapa? Yoga Kusuma? Si*lan, jangan-jangan Yoga si manusia tidak berguna itu?”Setelah menutup teleponnya, Bondan berlari beberapa langkah dan menghentikan Yoga. “Yoga, apa kamu datang kemari untuk ikut wawancara sebagai sopir?”Yoga menganggukkan kepalanya.Amarah Gatot langsung meledak. “Si*lan, berani-beraninya kamu merebut pekerjaanku. Nyalimu besar sekali! Undurkan diri sekarang juga. Serahkan pekerjaannya padaku. Kalau nggak, kamu akan menyesal.”Tika juga marah besar. “Dasar ber*ngsek! Apa kamu tahu, berapa banyak yang sudah kami lakukan untuk mendapatkan kesempatan kerja ini? Kamu sudah merusak rencana kami. Aku perintahkan padamu untuk segera berhenti kerja. Sekarang juga!”

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 8

    Nguunngg!Otak Karina langsung meledak.Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.Karina benar-benar ti

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1305

    Yoga merasa sangat puas. Setelah itu, dia berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Tak lama kemudian, dia menemui Sutrisno dan memintanya untuk mengatur penjemputan Ayu serta yang lainnya.Sebagai salah satu dari empat keluarga besar, Keluarga Salim seharusnya tidak kesulitan untuk menjemput orang dari dunia bela diri kuno. Apalagi, para penjaga gerbang yang sebelumnya menghalangi jalan telah dibunuh oleh Yoga. Kini, tak ada lagi yang berani menghalangi jalannya.Yang lebih penting adalah pertempuran hari ini telah mengguncang seluruh dunia kultivator kuno. Nama Yoga langsung menyebar luas. Semua orang tak henti-hentinya membicarakan betapa kuatnya dia.Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma benar-benar tercengang saat mendengar hasil pertempuran. Entah bagaimana memikirkannya, tidak ada yang menyangka bahwa Yoga mampu menekan empat kultivator raja sekaligus seorang diri.Dalam sekejap, banyak orang gelisah dan ketakutan. Mereka mulai berpikir, apakah mereka pernah menyinggung Yoga sebel

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1304

    "Dia ... berhasil menahannya?" Leluhur dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin luar biasa terkejut. Jantung mereka berdebar kencang, bahkan sulit untuk menyembunyikan rasa gugup.Mereka sama-sama berada di tingkat kultivator raja, tetapi kenapa pemuda ini bisa sekuat itu? Ini sungguh di luar nalar"Barang bagus." Tepat pada saat itu, Yoga mengerahkan energi sejatinya dan menyelimuti dua harta pusaka yang sebelumnya digunakan lawan.Pada saat yang sama, petir dari langit tiba-tiba menyambar turun. Dalam sekejap, sambaran petir itu langsung memutuskan hubungan antara dua harta pusaka itu dengan pemiliknya."Pfft!" Dua kultivator raja itu muntah darah di tempat. Energi mereka terguncang hebat. Mereka bahkan nyaris kehilangan keseimbangan. Serangan balik dari harta pusaka itu menghantam mereka keras. Sungguh mengerikan."Mana mungkin begini? Bahkan, Jam Penciptaan pun nggak bisa menghadapinya? Dia ini ... sebenarnya berada di tingkat apa?""Seorang kultivator raja sekuat ini? Ini nggak mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1303

    "Matilah!" Empat kultivator raja mengerahkan senjata ajaib mereka dan langsung melancarkan serangan.Dalam sekejap, langit seakan-akan runtuh. Bumi bergetar dan suasana menjadi mengerikan. Udara di sekitar dipenuhi dengan tekanan yang menyesakkan.Meskipun orang-orang di sekitar berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan perubahan ini dengan jelas. Tatapan mereka penuh keterkejutan. Mereka hanya bisa terpaku menyaksikan pertempuran yang belum pernah mereka lihat seumur hidup."Meskipun Yoga berbakat luar biasa, dia pasti nggak punya harapan untuk bertahan hidup kali ini!" Begitulah yang ada di benak semua orang. Mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Hanya saja pada saat ini, terdengar suara keras. Tiba-tiba, kilatan petir muncul dan menyelimuti tubuh Yoga. Cahaya petir itu berkilauan luar biasa dan terlihat seperti zirah yang menyala dengan sinar terang."Ini ... apa sebenarnya yang terjadi?""Petir bisa digunakan seperti ini? Mustahil!""Apa yang dia latih? Kenapa kekuatan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1302

    "Ternyata kamu seorang kultivator raja juga?" tanya keempat kultivator raja itu dengan ekspresi yang berubah dan tatapan yang aneh. Dengan kekuatan yang begitu luar biasa, Yoga sudah bisa berjalan dengan bebas di dunia kultivator kuno. Apalagi orang ini memiliki hubungan darah dengan mereka, ini adalah sebuah kesempatan yang langka bagi keluarga mereka."Bukankah kalian ingin membunuhku? Ayo maju," teriak Yoga dengan petir yang menyambar-nyambar dan aura yang kuat memenuhi ruangan itu."Yoga, kamu adalah keturunan dai Keluarga Kusuma. Kalau sekarang kamu berlutut untuk minta maaf dan menyerah, aku akan menerimamu kembali ke Keluarga Kusuma," kata salah satu kultivator raja Keluarga Kusuma dengan dingin."Ibumu adalah anggota Keluarga Husin. Asalkan kamu bersedia mengabdi pada Keluarga Husin, aku akan menerimamu dan ibumu kembali ke Keluarga Husin," teriak salah satu kultivator raja Keluarga Husin dengan lantang.Saat ini, kedua keluarga itu sudah bisa melihat kekuatan Yoga, mereka tent

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1301

    Yoga memegang kepala Samsul dan Timothy dengan kedua tangannya, lalu menghantamkannya ke lantai dengan keras.Bang!Samsul dan Timothy tergeletak di lantai dengan tubuh yang berlumuran darah dan tulang patah. Mereka memang masih hidup, tetapi hanya bisa bernapas saja. Mereka menatap Yoga dengan tatapan yang terkejut dan tidak percaya karena mereka benar-benar tidak menyangka Yoga akan begitu kuat. Hanya dalam beberapa saat saja, Yoga sudah berhasil mengalahkan mereka."Kalian masih belum cukup layak melawanku," kata Yoga dengan nada dan tatapan yang dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan berbalik dan pergi.Saat sudah berada di luar pintu, Yoga melihat ke sekeliling yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Sebagian orang itu berasal dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin, sedangkan sisanya adalah orang yang datang ke sana untuk menyaksikan pertempuran itu."Karena kalian sudah datang, keluarlah," teriak Yoga dengan lantang.Kerumunan orang itu langsung tertegun seje

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1300

    "Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1299

    "Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1298

    Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1297

    Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status