Share

Bab 8

Author: Vodka
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Nguunngg!

Otak Karina langsung meledak.

Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.

Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.

Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.

Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.

Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.

Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.

Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.

Karina benar-benar tidak habis pikir. Mengapa Yoga menjadi begitu kejam setelah bercerai dan melakukan hal yang tidak berperasaan seperti ini?

Apa pun yang dilakukan keluarganya untuk membujuk Karina, semua itu tidak ada hasilnya.

Saat matahari terbenam, barulah Karina membuka mulutnya, “Ambilkan ponselku, Bu.”

“Oke.” Ambar buru-buru memberikan ponsel Karina.

Karina menghubungi nomor telepon Yoga. “Kenapa kamu melakukan semua ini, Yoga?”

Yoga merasa agak bingung. “Memangnya aku melakukan apa?”

“Jangan pura-pura bodoh. Apa aku harus menjelaskannya padamu?” balas Karina. “Grup Magani memasukkanku ke dalam daftar hitam karena ‘ulahmu’, ‘kan?”

Mendengar Karina berkata seperti itu, hati Yoga yang awalnya sudah terluka, sekarang menjadi bertambah sakit karenanya.

Yoga benar-benar tidak menyangka, Karina akan menimpakan kesalahan kepada dirinya.

Apa kamu ingin, aku menuruti semua permintaan Gatot dan menyerahkan pekerjaanku kepadanya? Apa kamu ingin, aku hanya diam saja dan bahkan tersenyum saat Gatot dan istrinya memarahiku? Dulu mungkin aku bisa melakukannya. Tapi sekarang, maaf-maaf saja.

Yoga juga terlalu malas untuk membela diri. “Kalau kamu memang berpikir seperti itu, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Omong-omong, KTP milikku ketinggalan di mobilmu …”

Sebelum Yoga selesai berbicara, Karina sudah terlebih dahulu menutup teleponnya.

Setelah itu, Karina terus berdiam diri.

Ambar tidak tahan lagi. “Jangan menyerah dulu, Karina. Aku akan menelepon Reza sekarang. Siapa tahu dia bisa membantu.”

Gatot juga ikut menimpali, “Benar, hubungi saja Kak Reza. Dia pasti punya solusi.”

Begitu Ambar menelepon, Reza langsung bergegas datang.

Setelah mengetahui duduk perkaranya, Reza terlebih dahulu menghujat Yoga habis-habisan. Baru setelahnya, dia menghibur Karina, “Jangan khawatir, Karina. Kamu hanya ingin menghadiri acara makan malam penyambutan Raja Agoy yang Perkasa, ‘kan? Aku punya solusinya.”

“Benarkah?” Wajah Karina tampak penuh harap.

“Tentu saja. Kamu pasti tahu kalau kali ini Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi akan mewakili Daruna untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa secara langsung,” kata Reza. “Keluargaku adalah mitra dari pabrik senjata Komando Militer Provinsi. Ayahku berteman dengan Pak Iwan. Aku akan menelepon ayahku sekarang. Aku akan minta Ayah untuk meminta beberapa undangan makan malam kepada Pak Iwan. Bukan masalah yang sulit.”

Mata Karina langsung berbinar. “Tuan Muda Reza, aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu.”

Reza langsung menelepon ayahnya. Setelah menutup teleponnya, Reza berkata, “Kabar baik, Karina. Ayahku memberitahuku. Malam ini, Kepala Biro Kesehatan, Danu Wirawan, akan mengadakan acara makan malam untuk menjamu Pak Iwan dan tamu penting lainnya di Hotel Grand Vikrama milik keluargaku. Nanti, aku akan membawa kalian ke sana untuk bertemu dengan Pak Iwan. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada Pak Iwan, jangankan undangan makan malam, bahkan kamu juga punya kesempatan untuk bekerja sama dengan pabrik senjata.”

Mendengar hal tersebut, keluarga Karina menjadi begitu antusias. Jika mereka benar-benar bisa bekerja sama dengan pabrik senjata, semua itu sama saja dengan menemukan pelindung bagi keluarga mereka. Status keluarga mereka di Kota Pawana, bahkan di seluruh Provinsi Sadali akan meningkat di masa mendatang.

“Tuan Muda Reza, kali ini kamu lagi-lagi membantuku. Aku benar-benar nggak tahu, bagaimana harus berterima kasih selayaknya kepadamu,” kata Karina dengan tulus.

Reza tersenyum penuh arti pada Karina. “Nggak perlu bersikap sopan seperti itu. Kita ini bukan orang lain.”

Melihat Reza tersenyum penuh arti kepadanya, Karina merasa sedikit gelisah di dalam hati.

Sampai sekarang, Karina tidak memiliki perasaan apa pun kepada Reza. Dia hanya menganggap Reza sebagai teman.

Karina benar-benar tidak tahu. Jika suatu hari nanti Reza mengungkapkan perasaannya, bagaimana dia akan menghadapinya?

Ambar, Gatot, dan Tika terus saja memuji Reza, “Reza, kamu masih begitu muda, tapi bisa menjalin koneksi dengan orang-orang penting seperti Pak Iwan, juga Pak Danu yang merupakan Kepala Biro Kesehatan. Prestasimu benar-benar luar biasa.”

“Kak Reza, kamu idolaku. Aku ingin belajar lebih banyak darimu nanti …”

Tanpa membuang-buang waktu lagi, dalam sekejap saja, sekelompok orang sudah tiba di hotel milik keluarga Reza, Hotel Grand Vikrama.

Tanpa diduga, begitu memasuki lobi, mereka melihat sosok Yoga di sana.

Tentu saja, Yoga datang untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Baru saja Danu mengatakan pada Yoga, bahwa dia juga sudah mengundang Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi untuk diperkenalkan pada Yoga.

Yoga ingin menolaknya. Dia tidak terbiasa makan bersama orang asing. Namun, Nadya menghujaninya dengan panggilan telepon, memaksanya untuk datang. Nadya mengatakan, sebagai karyawan perusahaan, Yoga punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga hubungan dengan masyarakat.

Yoga tidak punya pilihan selain memaksakan diri untuk datang.

Gatot merasa sangat marah begitu melihat Yoga.

Dia berjalan dengan cepat dan mengadang Yoga. “Yoga, berhenti!”

Yoga menghela napas. Tanpa diduga, dia bertemu dengan orang yang tidak ingin ditemuinya dan tidak bisa menghindar darinya. “Apa yang kamu inginkan dariku?”

“Omong kosong. Kamu memukuliku juga istriku, dan ingin kabur begitu saja? Jangan mimpi!” kata Gatot. “Cepat minta maaf padaku dan Tika!”

“Kalau aku nggak mau?” tanya Yoga.

“Percaya atau nggak, aku akan meledakkan kepalamu …” kata Gatot

Setelah berkata demikian, Gatot bersiap untuk mengambil tindakan.

“Berhenti!” Karina menghentikan Gatot. “Jangan sembrono. Biar aku saja yang bicara dengannya.”

Karina berjalan menghampiri Yoga dan berkata, “Ikut aku, Yoga. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

Awalnya, Yoga tidak ingin bicara dengannya, saat memikirkan tindakan kejam Karina sebelumnya. Namun, dia tidak tega dan mengikuti Karina melangkah ke sudut yang sepi. “Ada apa?”

“Yoga, masalah aku masuk daftar hitam, aku nggak akan mempermasalahkannya,” kata Karina. “Tapi, kamu sudah memukul orang. Kamu harus minta maaf.”

Karina membenci Yoga. Namun, mengingat Yoga sebelumnya sudah menyumbangkan darah untuknya sampai jatuh pingsan, Karina tidak tega menyalahkannya.

Yoga langsung mencibir begitu mendengar hal tersebut.

Benar saja. Karina masih mengutamakan keluarganya, tanpa memikirkan apakah keluarganya itu benar atau salah.

Karina tidak pernah menganggap dia sebagai keluarga, ‘kan? Tidak. Bahkan, mungkin Yoga dianggap sebagai orang lain.

Jika seperti itu masalahnya, Yoga juga tidak akan sungkan-sungkan lagi. “Kalau aku nggak mau?”

“Bisakah kamu berhenti berbuat onar dan bersikap lebih dewasa, Yoga?” tegur Karina. “Sejujurnya, kami datang kemari hari ini untuk bertemu dengan Pak Danu dari Biro Kesehatan dan Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi. Aku nggak berani jamin apakah Gatot nggak akan menjelek-jelekkan dirimu di depan mereka. Kalau Gatot menjelek-jelekkan dirimu, kamu akan berada dalam kesulitan. Minimal, kamu akan kehilangan pekerjaanmu sebagai sopir.”

Berbuat onar? Nggak dewasa? Lima tahun menikah, inikah penilaianmu kepadaku? Sepertinya, kamu nggak pernah sungguh-sungguh untuk mencoba memahamiku.

“Kamu mengancamku?” Yoga balik bertanya.

“Aku sedang mencoba membantumu, apa kamu mengerti?” tanya Karina. “Sekarang, tumpuan terbesarmu adalah statusmu sebagai sopir Nadya. Kalau statusmu ini hilang, kamu bukan lagi siapa-siapa. Begini saja. Kalau kamu meminta maaf pada Gatot dengan tulus, aku bisa membawamu menemui Pak Danu dan Pak Iwan. Omong-omong, aku dengar ada orang penting lainnya yang datang ke tempat ini. Aku nggak tahu siapa dia. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada mereka, hal itu akan sangat menguntungkan bagi masa depanmu.”

Yoga menahan tawa saat mendengar Karina bicara seperti itu.

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1110

    Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1109

    Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1108

    Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1107

    Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1106

    Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1105

    Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1104

    "Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1103

    Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1102

    Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."

DMCA.com Protection Status