Share

Bab 8

Penulis: Vodka
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 17:02:58
Nguunngg!

Otak Karina langsung meledak.

Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.

Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.

Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.

Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.

Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.

Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.

Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.

Karina benar-benar tidak habis pikir. Mengapa Yoga menjadi begitu kejam setelah bercerai dan melakukan hal yang tidak berperasaan seperti ini?

Apa pun yang dilakukan keluarganya untuk membujuk Karina, semua itu tidak ada hasilnya.

Saat matahari terbenam, barulah Karina membuka mulutnya, “Ambilkan ponselku, Bu.”

“Oke.” Ambar buru-buru memberikan ponsel Karina.

Karina menghubungi nomor telepon Yoga. “Kenapa kamu melakukan semua ini, Yoga?”

Yoga merasa agak bingung. “Memangnya aku melakukan apa?”

“Jangan pura-pura bodoh. Apa aku harus menjelaskannya padamu?” balas Karina. “Grup Magani memasukkanku ke dalam daftar hitam karena ‘ulahmu’, ‘kan?”

Mendengar Karina berkata seperti itu, hati Yoga yang awalnya sudah terluka, sekarang menjadi bertambah sakit karenanya.

Yoga benar-benar tidak menyangka, Karina akan menimpakan kesalahan kepada dirinya.

Apa kamu ingin, aku menuruti semua permintaan Gatot dan menyerahkan pekerjaanku kepadanya? Apa kamu ingin, aku hanya diam saja dan bahkan tersenyum saat Gatot dan istrinya memarahiku? Dulu mungkin aku bisa melakukannya. Tapi sekarang, maaf-maaf saja.

Yoga juga terlalu malas untuk membela diri. “Kalau kamu memang berpikir seperti itu, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Omong-omong, KTP milikku ketinggalan di mobilmu …”

Sebelum Yoga selesai berbicara, Karina sudah terlebih dahulu menutup teleponnya.

Setelah itu, Karina terus berdiam diri.

Ambar tidak tahan lagi. “Jangan menyerah dulu, Karina. Aku akan menelepon Reza sekarang. Siapa tahu dia bisa membantu.”

Gatot juga ikut menimpali, “Benar, hubungi saja Kak Reza. Dia pasti punya solusi.”

Begitu Ambar menelepon, Reza langsung bergegas datang.

Setelah mengetahui duduk perkaranya, Reza terlebih dahulu menghujat Yoga habis-habisan. Baru setelahnya, dia menghibur Karina, “Jangan khawatir, Karina. Kamu hanya ingin menghadiri acara makan malam penyambutan Raja Agoy yang Perkasa, ‘kan? Aku punya solusinya.”

“Benarkah?” Wajah Karina tampak penuh harap.

“Tentu saja. Kamu pasti tahu kalau kali ini Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi akan mewakili Daruna untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa secara langsung,” kata Reza. “Keluargaku adalah mitra dari pabrik senjata Komando Militer Provinsi. Ayahku berteman dengan Pak Iwan. Aku akan menelepon ayahku sekarang. Aku akan minta Ayah untuk meminta beberapa undangan makan malam kepada Pak Iwan. Bukan masalah yang sulit.”

Mata Karina langsung berbinar. “Tuan Muda Reza, aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu.”

Reza langsung menelepon ayahnya. Setelah menutup teleponnya, Reza berkata, “Kabar baik, Karina. Ayahku memberitahuku. Malam ini, Kepala Biro Kesehatan, Danu Wirawan, akan mengadakan acara makan malam untuk menjamu Pak Iwan dan tamu penting lainnya di Hotel Grand Vikrama milik keluargaku. Nanti, aku akan membawa kalian ke sana untuk bertemu dengan Pak Iwan. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada Pak Iwan, jangankan undangan makan malam, bahkan kamu juga punya kesempatan untuk bekerja sama dengan pabrik senjata.”

Mendengar hal tersebut, keluarga Karina menjadi begitu antusias. Jika mereka benar-benar bisa bekerja sama dengan pabrik senjata, semua itu sama saja dengan menemukan pelindung bagi keluarga mereka. Status keluarga mereka di Kota Pawana, bahkan di seluruh Provinsi Sadali akan meningkat di masa mendatang.

“Tuan Muda Reza, kali ini kamu lagi-lagi membantuku. Aku benar-benar nggak tahu, bagaimana harus berterima kasih selayaknya kepadamu,” kata Karina dengan tulus.

Reza tersenyum penuh arti pada Karina. “Nggak perlu bersikap sopan seperti itu. Kita ini bukan orang lain.”

Melihat Reza tersenyum penuh arti kepadanya, Karina merasa sedikit gelisah di dalam hati.

Sampai sekarang, Karina tidak memiliki perasaan apa pun kepada Reza. Dia hanya menganggap Reza sebagai teman.

Karina benar-benar tidak tahu. Jika suatu hari nanti Reza mengungkapkan perasaannya, bagaimana dia akan menghadapinya?

Ambar, Gatot, dan Tika terus saja memuji Reza, “Reza, kamu masih begitu muda, tapi bisa menjalin koneksi dengan orang-orang penting seperti Pak Iwan, juga Pak Danu yang merupakan Kepala Biro Kesehatan. Prestasimu benar-benar luar biasa.”

“Kak Reza, kamu idolaku. Aku ingin belajar lebih banyak darimu nanti …”

Tanpa membuang-buang waktu lagi, dalam sekejap saja, sekelompok orang sudah tiba di hotel milik keluarga Reza, Hotel Grand Vikrama.

Tanpa diduga, begitu memasuki lobi, mereka melihat sosok Yoga di sana.

Tentu saja, Yoga datang untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Baru saja Danu mengatakan pada Yoga, bahwa dia juga sudah mengundang Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi untuk diperkenalkan pada Yoga.

Yoga ingin menolaknya. Dia tidak terbiasa makan bersama orang asing. Namun, Nadya menghujaninya dengan panggilan telepon, memaksanya untuk datang. Nadya mengatakan, sebagai karyawan perusahaan, Yoga punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga hubungan dengan masyarakat.

Yoga tidak punya pilihan selain memaksakan diri untuk datang.

Gatot merasa sangat marah begitu melihat Yoga.

Dia berjalan dengan cepat dan mengadang Yoga. “Yoga, berhenti!”

Yoga menghela napas. Tanpa diduga, dia bertemu dengan orang yang tidak ingin ditemuinya dan tidak bisa menghindar darinya. “Apa yang kamu inginkan dariku?”

“Omong kosong. Kamu memukuliku juga istriku, dan ingin kabur begitu saja? Jangan mimpi!” kata Gatot. “Cepat minta maaf padaku dan Tika!”

“Kalau aku nggak mau?” tanya Yoga.

“Percaya atau nggak, aku akan meledakkan kepalamu …” kata Gatot

Setelah berkata demikian, Gatot bersiap untuk mengambil tindakan.

“Berhenti!” Karina menghentikan Gatot. “Jangan sembrono. Biar aku saja yang bicara dengannya.”

Karina berjalan menghampiri Yoga dan berkata, “Ikut aku, Yoga. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

Awalnya, Yoga tidak ingin bicara dengannya, saat memikirkan tindakan kejam Karina sebelumnya. Namun, dia tidak tega dan mengikuti Karina melangkah ke sudut yang sepi. “Ada apa?”

“Yoga, masalah aku masuk daftar hitam, aku nggak akan mempermasalahkannya,” kata Karina. “Tapi, kamu sudah memukul orang. Kamu harus minta maaf.”

Karina membenci Yoga. Namun, mengingat Yoga sebelumnya sudah menyumbangkan darah untuknya sampai jatuh pingsan, Karina tidak tega menyalahkannya.

Yoga langsung mencibir begitu mendengar hal tersebut.

Benar saja. Karina masih mengutamakan keluarganya, tanpa memikirkan apakah keluarganya itu benar atau salah.

Karina tidak pernah menganggap dia sebagai keluarga, ‘kan? Tidak. Bahkan, mungkin Yoga dianggap sebagai orang lain.

Jika seperti itu masalahnya, Yoga juga tidak akan sungkan-sungkan lagi. “Kalau aku nggak mau?”

“Bisakah kamu berhenti berbuat onar dan bersikap lebih dewasa, Yoga?” tegur Karina. “Sejujurnya, kami datang kemari hari ini untuk bertemu dengan Pak Danu dari Biro Kesehatan dan Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi. Aku nggak berani jamin apakah Gatot nggak akan menjelek-jelekkan dirimu di depan mereka. Kalau Gatot menjelek-jelekkan dirimu, kamu akan berada dalam kesulitan. Minimal, kamu akan kehilangan pekerjaanmu sebagai sopir.”

Berbuat onar? Nggak dewasa? Lima tahun menikah, inikah penilaianmu kepadaku? Sepertinya, kamu nggak pernah sungguh-sungguh untuk mencoba memahamiku.

“Kamu mengancamku?” Yoga balik bertanya.

“Aku sedang mencoba membantumu, apa kamu mengerti?” tanya Karina. “Sekarang, tumpuan terbesarmu adalah statusmu sebagai sopir Nadya. Kalau statusmu ini hilang, kamu bukan lagi siapa-siapa. Begini saja. Kalau kamu meminta maaf pada Gatot dengan tulus, aku bisa membawamu menemui Pak Danu dan Pak Iwan. Omong-omong, aku dengar ada orang penting lainnya yang datang ke tempat ini. Aku nggak tahu siapa dia. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada mereka, hal itu akan sangat menguntungkan bagi masa depanmu.”

Yoga menahan tawa saat mendengar Karina bicara seperti itu.

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1170

    Pasukan prajurit tengkorak bergerak serempak dan menciptakan kegemparan besar di seluruh ruangan. Mereka memegang pedang panjang dan senjata tajam, lalu menyerbu ke arah semua orang.Farel dan kelompoknya yang merupakan para kultivator prajurit, tentu tidak takut. Mereka segera terjun ke dalam pertempuran.Seseorang berseru kaget, "Aneh, makhluk-makhluk ini ternyata punya kekuatan setara sama kultivator dasar. Di luar nalar banget!"Orang lain bertanya dengan penuh takjub, "Ada begitu banyak kultivator dari dunia bela diri kuno mati di sini? Siapa sebenarnya yang melakukan ini?"Para prajurit tengkorak itu terus ditumbangkan satu per satu oleh kelompok Farel. Pada awalnya, mereka terlihat seperti mampu mengalahkan para tengkorak itu dengan mudah. Namun, jumlah tengkorak yang sangat banyak mulai menjadi masalah."Astaga! Apa yang sebenarnya terjadi? Tengkorak-tengkorak ini bisa kembali ke bentuk semula!" seru salah satu orang dengan wajah pucat ketakutan.Semua kultivator prajurit di te

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1169

    "Apa kita sudah memicu jebakannya?" kata salah seorang lagi dengan cemas dan ragu.Saat ini, semua orang cemas karena merasa ada sesuatu yang tidak beres.Namun, raksa yang mengalir di langit itu hanya berkumpul dan mengisi lengkungan karena mutiara bercahaya yang tercabut saja. Setelah itu, raksanya tidak mengalir lagi."Sepertinya nggak ada apa-apa lagi. Syukurlah," kata salah seorang sambil menghela napas lega."Ayo pergi," kata Farel sambil mengernyitkan alis dan berusaha menahan amarahnya. Semua ini karena sekelompok sampah ini, sehingga jebakannya terpicu. Jika seluruh istana ini dipenuhi dengan raksa, mereka akan mati. Namun, sekarang yang paling penting adalah segera mencari harta karun itu.Semua orang segera melanjutkan perjalanan dengan langkah yang terburu-buru. Namun, mereka mendengar ada suara langkah kaki lainnya di tempat itu. Seorang kultivator prajurit memiliki indra yang lebih tajam, sehingga mereka bisa mendengar lebih banyak suara di ruangan tertutup seperti ini."

DMCA.com Protection Status