Share

Bab 8

Penulis: Vodka
Nguunngg!

Otak Karina langsung meledak.

Ternyata Grup Magani benar-benar memasukkannya ke dalam daftar hitam.

Entah berapa banyak usaha yang sudah dilakukannya, berapa banyak orang yang dihubunginya, dan berapa banyak koneksi yang dijalinnya untuk membangun hubungan kerja sama dengan Grup Magani.

Sekarang, semua usaha dan pengorbanan yang dilakukan Karina tersebut sia-sia, hanya karena kata-kata yang diucapkan oleh Yoga.

Yang paling penting, besok akan diadakan acara makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa. Grup Magani akan memilih tamu di antara para mitranya untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Sekarang, Karina juga kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan Raja Agoy yang Perkasa.

Praktis, Yoga sudah menghancurkan hidup Karina.

Karina tidak bisa menerima pukulan seperti itu. Dia langsung jatuh lemas.

Setelah itu, dari pagi hingga matahari terbenam, Karina berbaring di tempat tidur dengan tatapan kosong. Dia tidak mau makan, minum, dan bicara.

Karina benar-benar tidak habis pikir. Mengapa Yoga menjadi begitu kejam setelah bercerai dan melakukan hal yang tidak berperasaan seperti ini?

Apa pun yang dilakukan keluarganya untuk membujuk Karina, semua itu tidak ada hasilnya.

Saat matahari terbenam, barulah Karina membuka mulutnya, “Ambilkan ponselku, Bu.”

“Oke.” Ambar buru-buru memberikan ponsel Karina.

Karina menghubungi nomor telepon Yoga. “Kenapa kamu melakukan semua ini, Yoga?”

Yoga merasa agak bingung. “Memangnya aku melakukan apa?”

“Jangan pura-pura bodoh. Apa aku harus menjelaskannya padamu?” balas Karina. “Grup Magani memasukkanku ke dalam daftar hitam karena ‘ulahmu’, ‘kan?”

Mendengar Karina berkata seperti itu, hati Yoga yang awalnya sudah terluka, sekarang menjadi bertambah sakit karenanya.

Yoga benar-benar tidak menyangka, Karina akan menimpakan kesalahan kepada dirinya.

Apa kamu ingin, aku menuruti semua permintaan Gatot dan menyerahkan pekerjaanku kepadanya? Apa kamu ingin, aku hanya diam saja dan bahkan tersenyum saat Gatot dan istrinya memarahiku? Dulu mungkin aku bisa melakukannya. Tapi sekarang, maaf-maaf saja.

Yoga juga terlalu malas untuk membela diri. “Kalau kamu memang berpikir seperti itu, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Omong-omong, KTP milikku ketinggalan di mobilmu …”

Sebelum Yoga selesai berbicara, Karina sudah terlebih dahulu menutup teleponnya.

Setelah itu, Karina terus berdiam diri.

Ambar tidak tahan lagi. “Jangan menyerah dulu, Karina. Aku akan menelepon Reza sekarang. Siapa tahu dia bisa membantu.”

Gatot juga ikut menimpali, “Benar, hubungi saja Kak Reza. Dia pasti punya solusi.”

Begitu Ambar menelepon, Reza langsung bergegas datang.

Setelah mengetahui duduk perkaranya, Reza terlebih dahulu menghujat Yoga habis-habisan. Baru setelahnya, dia menghibur Karina, “Jangan khawatir, Karina. Kamu hanya ingin menghadiri acara makan malam penyambutan Raja Agoy yang Perkasa, ‘kan? Aku punya solusinya.”

“Benarkah?” Wajah Karina tampak penuh harap.

“Tentu saja. Kamu pasti tahu kalau kali ini Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi akan mewakili Daruna untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa secara langsung,” kata Reza. “Keluargaku adalah mitra dari pabrik senjata Komando Militer Provinsi. Ayahku berteman dengan Pak Iwan. Aku akan menelepon ayahku sekarang. Aku akan minta Ayah untuk meminta beberapa undangan makan malam kepada Pak Iwan. Bukan masalah yang sulit.”

Mata Karina langsung berbinar. “Tuan Muda Reza, aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu.”

Reza langsung menelepon ayahnya. Setelah menutup teleponnya, Reza berkata, “Kabar baik, Karina. Ayahku memberitahuku. Malam ini, Kepala Biro Kesehatan, Danu Wirawan, akan mengadakan acara makan malam untuk menjamu Pak Iwan dan tamu penting lainnya di Hotel Grand Vikrama milik keluargaku. Nanti, aku akan membawa kalian ke sana untuk bertemu dengan Pak Iwan. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada Pak Iwan, jangankan undangan makan malam, bahkan kamu juga punya kesempatan untuk bekerja sama dengan pabrik senjata.”

Mendengar hal tersebut, keluarga Karina menjadi begitu antusias. Jika mereka benar-benar bisa bekerja sama dengan pabrik senjata, semua itu sama saja dengan menemukan pelindung bagi keluarga mereka. Status keluarga mereka di Kota Pawana, bahkan di seluruh Provinsi Sadali akan meningkat di masa mendatang.

“Tuan Muda Reza, kali ini kamu lagi-lagi membantuku. Aku benar-benar nggak tahu, bagaimana harus berterima kasih selayaknya kepadamu,” kata Karina dengan tulus.

Reza tersenyum penuh arti pada Karina. “Nggak perlu bersikap sopan seperti itu. Kita ini bukan orang lain.”

Melihat Reza tersenyum penuh arti kepadanya, Karina merasa sedikit gelisah di dalam hati.

Sampai sekarang, Karina tidak memiliki perasaan apa pun kepada Reza. Dia hanya menganggap Reza sebagai teman.

Karina benar-benar tidak tahu. Jika suatu hari nanti Reza mengungkapkan perasaannya, bagaimana dia akan menghadapinya?

Ambar, Gatot, dan Tika terus saja memuji Reza, “Reza, kamu masih begitu muda, tapi bisa menjalin koneksi dengan orang-orang penting seperti Pak Iwan, juga Pak Danu yang merupakan Kepala Biro Kesehatan. Prestasimu benar-benar luar biasa.”

“Kak Reza, kamu idolaku. Aku ingin belajar lebih banyak darimu nanti …”

Tanpa membuang-buang waktu lagi, dalam sekejap saja, sekelompok orang sudah tiba di hotel milik keluarga Reza, Hotel Grand Vikrama.

Tanpa diduga, begitu memasuki lobi, mereka melihat sosok Yoga di sana.

Tentu saja, Yoga datang untuk menghadiri acara makan malam tersebut.

Baru saja Danu mengatakan pada Yoga, bahwa dia juga sudah mengundang Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi untuk diperkenalkan pada Yoga.

Yoga ingin menolaknya. Dia tidak terbiasa makan bersama orang asing. Namun, Nadya menghujaninya dengan panggilan telepon, memaksanya untuk datang. Nadya mengatakan, sebagai karyawan perusahaan, Yoga punya tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga hubungan dengan masyarakat.

Yoga tidak punya pilihan selain memaksakan diri untuk datang.

Gatot merasa sangat marah begitu melihat Yoga.

Dia berjalan dengan cepat dan mengadang Yoga. “Yoga, berhenti!”

Yoga menghela napas. Tanpa diduga, dia bertemu dengan orang yang tidak ingin ditemuinya dan tidak bisa menghindar darinya. “Apa yang kamu inginkan dariku?”

“Omong kosong. Kamu memukuliku juga istriku, dan ingin kabur begitu saja? Jangan mimpi!” kata Gatot. “Cepat minta maaf padaku dan Tika!”

“Kalau aku nggak mau?” tanya Yoga.

“Percaya atau nggak, aku akan meledakkan kepalamu …” kata Gatot

Setelah berkata demikian, Gatot bersiap untuk mengambil tindakan.

“Berhenti!” Karina menghentikan Gatot. “Jangan sembrono. Biar aku saja yang bicara dengannya.”

Karina berjalan menghampiri Yoga dan berkata, “Ikut aku, Yoga. Ada yang ingin kubicarakan denganmu.”

Awalnya, Yoga tidak ingin bicara dengannya, saat memikirkan tindakan kejam Karina sebelumnya. Namun, dia tidak tega dan mengikuti Karina melangkah ke sudut yang sepi. “Ada apa?”

“Yoga, masalah aku masuk daftar hitam, aku nggak akan mempermasalahkannya,” kata Karina. “Tapi, kamu sudah memukul orang. Kamu harus minta maaf.”

Karina membenci Yoga. Namun, mengingat Yoga sebelumnya sudah menyumbangkan darah untuknya sampai jatuh pingsan, Karina tidak tega menyalahkannya.

Yoga langsung mencibir begitu mendengar hal tersebut.

Benar saja. Karina masih mengutamakan keluarganya, tanpa memikirkan apakah keluarganya itu benar atau salah.

Karina tidak pernah menganggap dia sebagai keluarga, ‘kan? Tidak. Bahkan, mungkin Yoga dianggap sebagai orang lain.

Jika seperti itu masalahnya, Yoga juga tidak akan sungkan-sungkan lagi. “Kalau aku nggak mau?”

“Bisakah kamu berhenti berbuat onar dan bersikap lebih dewasa, Yoga?” tegur Karina. “Sejujurnya, kami datang kemari hari ini untuk bertemu dengan Pak Danu dari Biro Kesehatan dan Pak Iwan dari Komando Militer Provinsi. Aku nggak berani jamin apakah Gatot nggak akan menjelek-jelekkan dirimu di depan mereka. Kalau Gatot menjelek-jelekkan dirimu, kamu akan berada dalam kesulitan. Minimal, kamu akan kehilangan pekerjaanmu sebagai sopir.”

Berbuat onar? Nggak dewasa? Lima tahun menikah, inikah penilaianmu kepadaku? Sepertinya, kamu nggak pernah sungguh-sungguh untuk mencoba memahamiku.

“Kamu mengancamku?” Yoga balik bertanya.

“Aku sedang mencoba membantumu, apa kamu mengerti?” tanya Karina. “Sekarang, tumpuan terbesarmu adalah statusmu sebagai sopir Nadya. Kalau statusmu ini hilang, kamu bukan lagi siapa-siapa. Begini saja. Kalau kamu meminta maaf pada Gatot dengan tulus, aku bisa membawamu menemui Pak Danu dan Pak Iwan. Omong-omong, aku dengar ada orang penting lainnya yang datang ke tempat ini. Aku nggak tahu siapa dia. Kalau kamu bisa memberikan kesan yang baik kepada mereka, hal itu akan sangat menguntungkan bagi masa depanmu.”

Yoga menahan tawa saat mendengar Karina bicara seperti itu.

Bab terkait

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 9

    Orang yang kalian sanjung dan puji itu, tidak lebih dari sekadar cecunguk di mataku.Selain itu, ‘orang penting lainnya’ yang kamu maksud adalah aku.“Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, aku nggak pantas menerimanya. Seseorang mengundangku makan malam. Aku pergi dulu.” Yoga melangkah pergi.“Kamu …” Karina berkata dengan kesal. “Apa kamu akan terus menjadi sopir seumur hidup? Kamu nggak bisa jadi sukses, karena kamu nggak punya kemampuan!”Karina merasa sangat kecewa pada Yoga. Yoga, Yoga … kalau saja kamu sedikit saja seperti Reza, punya sedikit ambisi. Aku pasti nggak akan pernah menceraikanmu.Melihat Yoga pergi, Gatot merasa tidak tahan lagi. “Yoga, berhenti di situ! Apa aku mengizinkanmu untuk pergi?”Reza buru-buru menghalangi Gatot, “Biarkan saja dia pergi, Gatot. Nanti, kita adukan dia depan tiga orang penting itu. Aku jamin dia nggak akan punya tempat lagi di Kota Pawana ini.”Gatot langsung mengangguk setuju. “Kak Reza memang benar. Hmph, bukankah Yoga hanya mengandalkan sta

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 10

    Mereka bertiga tercengang. Pak Iwan mengira jika dirinya sudah salah mengerti. “Yoga, maksudmu kamu menyuruhku untuk minum?”Yoga menganggukkan kepalanya. “Harus minum tiga kali sehari. Nggak boleh kurang satu gelas pun.”Mitha langsung menjadi cemas. “Yoga, aku rasa kamu jelas-jelas nggak bermaksud baik. Dengan kondisi fisik kakekku, segelas alkohol saja mungkin bisa … apa yang sebenarnya kamu inginkan?”“Resep yang kuberikan seperti ini. Kalau nggak percaya, nggak perlu meminumnya,” kata Yoga.“Aku percaya!” Pak Iwan mengambil gelas anggurnya dan langsung meminumnya sekaligus. Mitha tidak kuasa untuk menghentikannya, meski dia sebenarnya ingin melakukannya.Mitha tercengang dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia berkata, “Kek, Kakek … Kakek sedang kacau. Begitu banyak dokter terkenal yang menyuruh Kakek untuk nggak minum alkohol, tapi Kakek malah melupakannya. Cepat, cepat telepon ambulans! Pergi ke rumah sakit dan pompa perutnya.”Mitha mengeluarkan ponselnya dengan gugup dan ingin m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 11

    “Baik, Baik.”Reza menguatkan diri untuk berjalan menghampiri Yoga dan menuangkan segelas penuh anggur untuknya. “Pak … Yoga, aku … aku akan bersulang tiga gelas anggur untuk menghormatimu.”Yoga bahkan sama sekali tidak melihat ke arah Reza. “Aku nggak minum.”Reza merasa malu dan tidak enak hati. “Kalau … kalau begitu, aku akan minum tiga gelas ini sendiri. Anggap saja aku melakukannya untuk menghormati Pak Yoga.”Reza menenggak tiga gelas berturut-turut. Kemudian, dia kembali bersulang untuk Danu dan Pak Iwan.Selanjutnya giliran Karina.Karina merasa otaknya kacau. Dia berjalan menghampiri Yoga. Beberapa kali dia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi merasa ragu.Karina bahkan tidak berani menatap Yoga.Setelah beberapa saat, akhirnya Karina berkata dengan suara pelan, “Pak … Yoga, aku … aku bersulang tiga gelas anggur untukmu.”Oh!Yoga menghela napas.Dia selalu merasa tidak tega melihat Karina berada dalam kesulitan.Siapa yang sudah membuat Karina menemani dirinya melalui masa-mas

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 12

    “Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”Mereka berdua siap untuk berkelahi.“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.Yoga pun menampar wajah Bondan de

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1243

    Yogi berbicara sambil menghela napas dengan tak berdaya, sepertinya teringat dengan semua hal yang penuh dengan air mata kesedihan yang pernah terjadi. Itu adalah masa lalu yang tidak ingin diingatnya lagi."Bagus sekali, tapi aku nggak akan membiarkanmu hidup dengan tenang," kata Jordi yang tiba-tiba merobek pakaiannya, lalu memukul dadanya dengan keras.Boom!Darah menyembur dan terlihat banyak serangga hitam kecil yang keluar dari tubuhnya. Seperti kawanan nyamuk, serangga itu terbang naik turun dan bergerak menuju satu arah."Gawat!" teriak Yogi yang tiba-tiba terkejut, lalu segera maju dan terus menyerang satu per satu serangga itu sampai jatuh ke lantai.Agnes dan Markus juga berlarik keluar dan membunuh serangga-serangga hitam itu secara bersamaan.Namun, mereka tetap tidak bisa menangani semuanya dan beberapa serangga hitam itu berhasil lolos. Ukuran serangga itu sangat kecil, bahkan sulit untuk terlihat mata."Aduh!" kata Yogi sambil menghela napas dan menatap ke kejauhan. Pad

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1242

    "Kenapa kamu lagi? Kenapa kamu bisa berada di sini?" tanya Jordi dengan ekspresi terkejut dan menatap orang di depannya dengan ketakutan.Jordi berpikir jelas-jelas Yoga masih berada di dalam formasi, tidak mungkin bisa muncul di sana dengan begitu cepat. Meskipun formasinya hancur, Yoga juga membutuhkan waktu untuk tiba di sana. Namun, orang di depannya ini sepertinya sudah menunggunya cukup lama. Ini benar-benar hal yang mustahil."Sepertinya sudah berlalu cukup lama, jadi kamu sudah melupakan siapa aku," kata Yogi sambil tersenyum dan memancarkan hawa dingin. Tatapannya itu penuh dengan niat membunuh."Kamu? Bukankah kamu ini Yoga?" tanya Jordi dengan tercengang dan merasa aneh. Saat ini, dia benar-benar merasa bingung.Yogi berkata, "Saat itu kamu yang membocorkan keberadaanku dan istriku, jadi istriku dikurung selama bertahun-tahun. Sekarang kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya, 'kan?"Jordi bertanya sambil mengernyitkan alisnya, "Istrimu? Dikurung?"Setelah mengingat kembali deng

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1241

    Awalnya, Jordi mengira formasi ini pasti bisa membunuh Bimo, tetapi tetap tidak ada kemajuan sedikit pun. Bimo ini masih tetap sulit untuk dibunuh, bahkan hampir berhasil menghancurkan formasinya. Jika formasi ini gagal, apa lagi yang bisa digunakannya untuk melawan Bimo?Dalam sekejap, Jordi berdiri diam di tempat dan tidak bergerak sedikit pun. Dia benar-benar sangat ketakutan dan merasa putus asa.Yoga tetap melawan boneka-boneka mayat itu sampai tidak bisa bergerak lagi dan tubuh mereka berserakan ke mana-mana."Kamu sudah siap untuk mati?" tanya Yoga sambil tersenyum sinis dan menatap Jordi dengan dingin."Kamu ...," teriak Jordi yang benar-benar kehilangan semangat bertarungnya, lalu mengendalikan semua benang merah dan menyuntikkannya ke dalam tubuh 15 boneka mayat itu. Boneka-boneka mayat yang langsung terlilit benang merah itu pun terlihat seperti mumi. Setelah itu, dia langsung berbalik dan melarikan diri.Yoga berniat untuk mengejar Jordi, tetapi dia langsung dihentikan oleh

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1240

    "Apa ... yang telah kamu lakukan?" tanya Jordi yang tercengang saat melihat fenomena aneh di langit. Dia sama sekali tidak menyangka akan melihat pemandangan yang begitu mengerikan. Formasinya ini sepertinya benar-benar sudah tidak akan bertahan lagi."Aku sudah bilang formasimu ini nggak akan bisa melindungimu lagi," kata Yoga dengan dingin."Nggak, ini nggak mungkin," kata Jordi sambil menatap langit dengan bengong. Melihat satu per satu celah yang muncul di langit, hatinya merasa gelisah.Krak!Pada saat itu, muncul satu celah lagi dan seluruh formasinya pun mulai berguncang sampai ruangan di sekitar bergetar hebat.Jordi seolah-olah mulai menyadari kemampuan Bimo benar-benar luar biasa."Bagaimana kamu bisa melakukan ini?" tanya Jordi."Kamu pernah melihat kekuatan sebenarnya dari seorang kultivator raja?" kata Yoga dengan ambigu."Apa? Kultivator raja?" seru Jordi yang merasa terkejut serta panik dan ekspresinya juga makin muram.Kultivator raja adalah sosok yang sangat kuat, sehi

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1239

    Setelah itu, mata semua orang membelalak dan tiba-tiba hidup kembali. Saat ini, mereka semua sudah menjadi boneka mayat. Jordi pun tertawa terbahak-bahak karena merasa sangat puas saat melihat hasil karyanya ini."Mana mungkin orang-orang yang pengecut ini pantas untuk mengikutiku. Kalau nggak ingin mati, aku sendiri yang akan membunuh kalian dan akhirnya kalian menjadi boneka mayatku. Mulai sekarang, tugas kalian adalah membunuh Bimo," kata Jordi sambil tertawa terbahak-bahak dan menunjuk ke arah Yoga.Dalam sekejap, 15 orang itu langsung berbaris dengan rapi. Mata mereka yang merah terlihat kosong dan menatap tajam ke arah Yoga. Satu per satu dari mereka penuh dengan aura membunuh dan siap untuk menghabisi target mereka di depan."Benar-benar ... sangat kejam," kata Yoga sambil menghela napas. Dia mengira mereka akan bersatu dan menyerangnya bersama-sama. Pada akhirnya, mereka memang bersatu, tetapi karena mereka semua dibunuh oleh Jordi."Serang!" perintah Jordi.Setelah itu, 15 bon

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1238

    Jordi muncul di atas menara lonceng dan mengamati ke arah bawah dengan tenang. Tatapannya terlihat datar dan ekspresi tenang, seolah-olah meremehkan segalanya.Dalam sekejap, mata semua orang yang berada di sana membelalak dan melihat ke atas dengan ekspresi tidak percaya."Tuan Jordi, kenapa kamu keluar?""Bimo ini benar-benar luar biasa, kamu harus hati-hati.""Sebagai pusat informasi, kamu adalah sosok yang sangat penting dan nggak boleh terjadi apa-apa padamu."Semua orang segera membujuk Jordi dengan sangat cemas."Singkirkan wajah kalian itu, membuatku merasa jijik," marah Jordi dengan dingin. Dia sudah melihat segalanya tadi, termasuk dengan sekelompok orang ini yang bertindak dengan sangat memalukan demi bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak mencerminkan semangat seorang Pelindung Kebenaran.Mendengar perkataan itu, para tetua dan jenderal besar yang berada di sana semuanya menundukkan kepala. Mereka semua merasa gugup, tetapi mereka juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, m

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1237

    "Apa?" Setelah mendengar kata-kata itu, wajah semua orang di tempat langsung berubah menjadi pucat pasi. Mereka sangat ketakutan dan gelisah. Bisa-bisanya ketahuan? Bagaimana mungkin rahasia ini bisa bocor? Dalam sekejap, semua orang menjadi panik. Mereka tanpa sadar melirik ke arah menara lonceng."Oh?" Yoga pun tertawa. Nada suaranya terdengar terkejut sekaligus puas.Yoga sebenarnya hanya meminta Winola dan Sutrisno untuk menjauh darinya, tetapi tak disangka mereka malah menemukan sesuatu yang sangat penting. Yoga perlahan mendongak dan menatap ke arah atas, tepat ke lokasi menara lonceng."Kalian jangan bicara sembarangan! Nggak mungkin ada apa-apa di menara lonceng itu!""Benar, tindakan kalian ini adalah pengkhianatan terhadap Bimo! Nggak mungkin pusat formasi ada di sana!""Kalian sungguh keji! Kalian mau mengalihkan perhatian Bimo ya? Pusat formasi yang sebenarnya jelas bukan di sana!"Para tetua dan jenderal mulai berteriak panik. Mereka coba meyakinkan Yoga dengan berbagai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1236

    "Kalian semua mau mati ya?" Yoga melontarkan pertanyaan dengan nada tenang. Matanya menyapu seluruh orang di tempat itu satu per satu. Wajahnya tetap datar tanpa emosi.Semua orang langsung menutup mulut. Tidak ada yang berani mengucapkan sepatah kata pun. Mereka tahu jika Bimo murka, konsekuensinya bukan hanya kematian, melainkan siksaan yang lebih buruk dari mati.Di saat itulah, Yoga memandang pria di hadapannya dengan tenang. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia melayangkan tendangan. Tindakannya membuat pria tersebut terpental.Namun, Yoga sama sekali tidak berniat membunuhnya. Baginya, membunuh pria itu hanya akan menjadikannya salah satu dari boneka dalam formasi ini. Itu hanya akan menambah bebannya. Hal terpenting saat ini adalah menemukan pusat formasi."Hahaha! Aku hidup! Aku benar-benar masih hidup!" seru jenderal itu sambil tertawa terbahak-bahak penuh kegirangan. Wajahnya berseri-seri. Dia tidak mampu menyembunyikan rasa lega yang luar biasa.Mampu bertahan hidup di bawah

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1235

    Hukum alam semesta akan memberikan tekanan jika itu terjadi. Yoga harus tetap waspada. Retakan-retakan di langit adalah hasil dari kekuatan hukum tersebut.Hukum alam semesta telah merasakan keberadaan Yoga sehingga langsung mencarinya tanpa ragu. Bahkan, formasi besar yang mengurung tempat ini pun tak mampu menghentikannya."Sepertinya aku harus sedikit menahan diri," gumam Yoga perlahan.Bimo menambahkan, "Cuma sedikit lagi doang. Meski kekuatanmu mampu menembus level kultivator raja, mana boleh kamu bertindak serampangan begini?""Aku tahu," jawab Yoga singkat, tanpa banyak bicara lagi. Kemudian, dia menoleh ke arah jenderal yang gemetar ketakutan dalam genggamannya. Kakinya bahkan hampir tak mampu menopang tubuhnya."Cepat katakan! Kalau nggak, aku akan menjadikanmu seperti mayat boneka itu, lalu menghancurkanmu hingga menjadi serpihan!" ancam Yoga dengan suara dingin."Aku akan kasih tahu semuanya!" balas jenderal itu sambil buru-buru mengangguk. Ketakutan dan emosinya sudah tak t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status