Share

Bab 12

Author: Vodka
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
“Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”

“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”

Mereka berdua siap untuk berkelahi.

“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”

“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”

“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”

Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.

Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?

Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.

Yoga pun menampar wajah Bondan dengan sangat keras.

Plak!

Suara tamparan yang begitu nyaring terdengar tanpa henti di dalam aula.

Nguunggg.

Kepala Nadya dan yang lainnya serasa mau pecah.

Apa yang mereka lihat itu?

Yoga benar-benar menampar Bondan di muka umum.

Tamat sudah! Kali ini, Yoga benar-benar habis!

Nadya sekalipun tidak bisa melindunginya.

Jika Bondan tidak terima, seluruh Grup Magani mungkin akan kena getahnya.

Bondan menutupi wajahnya dengan tidak percaya. “Kamu berani memukulku? Kamu benar-benar berani memukulku?”

“Aku memukulmu demi kebaikanmu sendiri,” kata Yoga.

“Anak TK saja tahu kalau mereka nggak boleh berbohong. Kebiasaanmu yang suka ngomong sembarangan harus diperbaiki mulai sekarang, mengerti?"

Bondan menjadi sangat marah. “Cari mati! Bangs*t, kamu harus mati hari ini!”

Setelah berkata seperti itu, Bondan bersiap untuk menyerang.

“Cukup!” Nadya berteriak dengan marah, “Ini perusahaan, bukan arena perkelahian. Apa-apaan kalian mau bertengkar dan berkelahi di sini!”

Bondan berkata dengan nada setengah mengancam, “Bu Nadya, kamu juga melihatnya sendiri tadi. Kalau kamu memintaku menahan amarah, aku nggak bisa melakukannya. Kecuali kamu memecatku sekarang.”

Tentu saja Nadya tidak mau dan tidak berani memecat Bondan. Dia pun berkata kepada Bondan dengan nada lembut, “Bondan, kamu ingin masalah ini diselesaikan seperti apa, asal jangan menggunakan kekerasan di perusahaan.”

Bondan berpikir sebentar dan berkata, “Suruh dia berlutut dan meminta maaf kepadaku. Lalu, tampar dirinya sendiri 10 kali.”

Nadya merasa berada dalam kesulitan dan berkata, “Tolong hormati aku, Bondan. Lupakan soal berlutut. Biarkan dia minta maaf kepadamu dan menampar sekali.”

Bondan berkata dengan enggan, “Lantaran kamu bosnya, aku akan menghormatimu.”

Nadya merasa lega dan berkata kepada Yoga, “Cepat lakukan seperti yang kukatakan, Yoga.”

“Oke.” Yoga berjalan menghampiri Bondan. Pertama-tama, dia berkata, “Maafkan aku.” Kemudian, tanpa ragu-ragu Yoga kembali menampar Bondan.

Tamparan kali ini bahkan lebih keras dibanding sebelumnya.

Suasana tiba-tiba menjadi hening.

Bondan menutupi wajahnya. Dia benar-benar menduga bahwa dirinya sedang mengalami halusinasi.

Nadya merasa ngeri. Dia tidak pernah menyangka jika Yoga masih berani memukul Bondan.

Apa Yoga sudah bosan hidup?

“Apa yang kamu lakukan, Yoga?” Amarah Nadya meledak.

“Kamu sendiri yang bilang. Pertama-tama aku harus minta maaf, lalu menampar sekali. Aku menuruti kata-katamu,” kata Yoga.

“Aku menyuruhmu untuk menampar dirimu sendiri sekali. Bukannya menampar Bondan.” Nadya tidak bisa berkata-kata untuk sementara waktu.

Bondan yang sudah kembali ke akal sehatnya mengeluarkan belati. “Nak, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu hari ini. Tinggalkan pesan terakhirmu.”

Cahaya dingin yang dipantulkan belati tersebut membuat semua orang ketakutan.

Tepat pada saat yang kritis ini, tiba-tiba saja terdengar suara tawa di pintu. “Ramai sekali Grup Madani hari ini. Sepertinya aku datang di saat yang tepat.”

Semua orang langsung melihat ke arah suara tersebut. Begitu melihat siapa yang datang, mereka langsung menjadi waspada.

Bondan sendiri pun terpaksa menahan amarahnya dan menyimpan belatinya untuk sementara.

Orang yang datang tersebut adalah Pak Jarot, wakil ketua Asosiasi Perdagangan Kota.

Asosiasi Perdagangan Kota adalah organisasi terbesar di Kota Pawana. Meski disebut sebagai Asosiasi Perdagangan, organisasi tersebut sebenarnya merupakan sindikat kejahatan yang terorganisir.

Mereka menguasai semua tempat hiburan, perusahaan pengawal, perusahaan penggusuran, dan semua industri zona abu-abu di seluruh kota.

Para pekerja di industri tersebut, semuanya merupakan ‘antek-antek’ dari asosiasi perdagangan ini. Jumlahnya lebih dari 10 ribu orang.

Para preman ini semuanya sangat sombong. Mereka melakukan sesuatu tanpa ragu sedikit pun, kejam, dan tanpa ampun. Mereka juga sudah biasa membunuh orang dan tidak takut pada apa pun. Itu sebabnya, tidak ada seorang pun di Kota Pawana yang berani macam-macam pada orang-orang gila ini.

Pemimpin mereka umumnya mudah untuk dihadapi dan diajak bicara. Namun, bawahannya justru sulit dihadapi dan diajak bicara.

Nadya mengendalikan emosinya dan menyapa sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang kemari, Pak Jarot. Maafkan aku karena nggak menyambutmu dengan baik. Cepat, persilakan Pak Jarot untuk duduk di ruang tamu.”

“Nggak usah.” Pak Jarot melambaikan tangannya dan berkata, “Aku datang kemari untuk memberikan hadiah pada Bu Nadya. Setelah ini aku pergi.”

“Memberikan hadiah?” Nadya tidak mengerti dengan apa yang diinginkan Pak Jarot.

Selama ini, Asosiasi Perdagangan Kota yang selalu mengeksploitasi orang lain. Sejak kapan mereka menjadi bermurah hati dan memberikan hadiah kepada orang lain?

Pak Jarot mengedipkan mata pada anak buahnya. Mereka buru-buru memberikan undangan pada Nadya.

Nadya bertanya dengan rasa ingin tahu, “Pak Jarot, kamu …”

“Aku dengar, Raja Agoy yang Perkasa malam ini akan datang ke Kota Pawana. Bu Nadya akan mengadakan perjamuan makan malam besar untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa,” kata Pak Jarot. “Kebetulan, Kelab Sakuta milikku baru saja dibuka. Aku ingin mengundang Bu Nadya untuk mengadakan acara makan malam di Kelab Sakuta milikku, untuk menunjukkan rasa hormat dan kekagumanku pada Raja Agoy yang Perkasa. Semua ini merupakan niat baik dari Asosiasi Perdagangan Kota. Aku harap Bu Nadya nggak menolaknya.”

Mendengar hal tersebut, di dalam hatinya, diam-diam Nadya mengutuk Pak Jarot sebagai orang yang tercela dan tidak tahu malu.

Semua orang tahu, perjamuan makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa ini akan menaikkan reputasi dalam bisnis. Di mana pun acara tersebut diadakan, pasti akan terkenal di dunia internasional dan tercatat dalam sejarah.

Popularitas ini tidak bisa dibeli dengan uang, berapa pun jumlah.

Pak Jarot ingin mendapatkan popularitas ini secara cuma-cuma, bagaimana mungkin Nadya mau menerimanya?

Nadya meminta maaf. “Maafkan aku, Pak Jarot. Acara makan malam penyambutan ini sudah ditetapkan diadakan di aula utama Grup Magani. Aku khawatir, aku nggak bisa memenuhi keinginanmu.”

Pak Jarot mengerutkan kening. Dia merasa agak kesal. “Bu Nadya, kamu bahkan nggak mau menghormatiku sedikit saja sebagai orang tua?”

“Pak Jarot, lokasi acara makan malam ini sudah diberitahukan kepada Raja Agoy yang Perkasa. Mengubah lokasi makan malam di menit-menit terakhir, sama saja dengan nggak menghormati Raja Agoy yang Perkasa,” kata Nadya.

Pak Jarot menghela napas. “Bu Nadya, kamu sudah menyebabkan masalah besar bagiku. Kalau begitu, begini saja. Mari kita selesai masalah ini menurut peraturan dunia preman, dengan cara berkelahi. Masing-masing dari kita akan mengirimkan satu orang untuk berkelahi. Siapa yang menang, akan menjadi tuan rumah dari acara makan malam itu. Majulah, Legam.”

Setelah berkata seperti itu, seorang pria kekar berkulit hitam keluar dari rombongan Pak Jarot. Meskipun tenang, penampilannya tampak ganas seperti seorang pembunuh.

Nadya bermaksud menolaknya. Namun, Pak Jarot tidak memberinya kesempatan untuk bicara dan berkata, “Kalian semua, kosongkan tempat ini. Tinju dan kaki nggak punya mata. Jangan sampai melukai orang yang nggak bersalah.”

Anak buah Pak Jarot langsung mengeluarkan senjata, yaitu pipa baja, kunci pas, palu, dan lain sebagainya. Mereka mendorong semua orang ke pinggir dan mengelilingi tempat itu membentuk sebuah lingkaran.

Nadya merasa putus asa. Pak Jarot jelas datang dengan persiapan yang matang. Dia ingin menghancurkan tempat ini, sehingga mau tidak mau acara makan malam penyambutan, terpaksa harus dipindahkan ke tempat Pak Jarot.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aruan Riko
pusing bcanya gk jelas alur ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 17

    “Kamu salah, Pak Bayu,” kata Karina. “Raja Agoy yang Perkasa memiliki status yang tinggi, sedangkan aku hanyalah seorang pengusaha kecil. Bagaimana mungkin kami bisa saling berhubungan?”Bayu tertawa. “Semua itu memang perintah dari Raja Agoy yang Perkasa. Bagaimana mungkin aku berani melakukan kesalahan?”Pada titik ini, seorang pria tua yang mengenakan kemeja panjang datang mendekat. Dia berkata, “Nona Karina, aku sudah banyak mendengar tentang dirimu.”Pria tua itu adalah Pak Harja . Dia merupakan orang penting di zona abu-abu Provinsi Sadali, yang juga dikenal sebagai ‘Bapak Dunia Hitam’.Auranya yang kuat menekan Karina, hingga membuat Karina sesak napas.Karina berpura-pura bersikap tenang. “Halo, Pak Harja. Ini pertemuan pertama kita. Mohon bimbingannya.”Namun, Pak Harja malah tertawa dan berkata, “Kita bukan baru pertama kali ini bertemu, Nona Karina. Sebelumnya, beberapa kali perusahaanmu menjadi sasaran dari kelompok abu-abu. Diam-diam aku membantumu melewati semuanya.”Ah!

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 18

    Pria yang menggantungkan hidupnya pada wanita dan dibenci oleh semua orang ini, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa, yang terkenal itu!Dia … kenapa dia masih begitu muda?Memikirkan bagaimana mereka baru saja bergabung untuk melawan Raja Agoy yang Perkasa dan bahkan mencoba untuk mengusirnya, mereka pun langsung merasa ingin mati saja.Oh Langit, apa yang sudah kulakukan barusan?Raja Agoy yang Perkasa pasti nggak akan memaafkan kami begitu saja.Yang paling terkejut dan syok di tempat itu adalah Nadya dan keluarga Karina.Nadya bahkan tidak pernah menyangka jika sopir sombong yang direkrutnya secara sembarangan itu, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa.Yang lebih penting lagi, sebelumnya Nadya mengatakan kepada Yoga bahwa Raja Agoy yang Perkasa adalah pria tua bejat yang menginginkan kecantikannya. Dia juga memaksa Yoga untuk menjadi pengawalnya …Sekarang, Nadya merasa sangat malu dan hanya ingin mencari lubang di tanah untuk bersembunyi.Keluarga Karina juga mematung di tempa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 19

    Namun, Yoga yang terlibat dalam masalah tersebut, tetap bersikap tenang dan santai.Dalam sekejap, Mitha pun melihat sosok Yoga. Dia langsung menunjuk ke arah Yoga. “Akhirnya aku menemukanmu, Yoga! Siapa pun, cepat tangkap dia!”“Tunggu dulu! Kalau ingin menangkapku, kamu harus memberiku alasan!” kata Yoga dengan dingin.“Hmph, pura-pura bodoh!” balas Mitha. “Setelah Kakek meminum obat yang kamu resepkan, kondisinya menjadi makin memburuk. Bahkan, hari ini Kakek juga muntah darah dan mengalami syok. Sekarang, dia masih nggak sadarkan diri. Apa semua alasan ini sudah cukup? Kamu bahkan membuat Kakek nggak bisa menyambut kedatangan Raja Agoy yang Perkasa. Kesalahanmu bertambah menjadi dua kali lipat!”“Kalau Pak Iwan meminum obatku tepat waktu, wajar saja kalau hari ini dia mengalami muntah dan syok,” kata Yoga. “Muntah darah yang dialami Pak Iwan adalah proses mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuhnya. Dia akan sembuh total setelah semua racunnya keluar. Sedangkan syok yang dialami

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 20

    Apa yang sebenarnya terjadi?Kenapa semua obat yang kuberikan pada Kakek masih terkemas dengan baik?Mungkinkah … Kakek nggak meminumnya sama sekali?Mitha menatap Pak Iwan dengan curiga.“Aku sama sekali nggak meminum obat yang kamu berikan kepadaku. Tiga hari ini, diam-diam aku meminum anggur obat yang diberikan oleh Yoga,” ujar Pak Iwan. “Menurutmu, siapa yang sudah berjasa untuk menyembuhkanku?”Jederrr!Kebenaran akhirnya terungkap.Ternyata memang Yoga yang sudah menyembuhkan penyakit menahun yang diderita oleh Pak Iwan.Penyakit menahun Pak Iwan adalah masalah medis internasional. Penyakit ini dikenal sebagai kanker abadi. Para ahli top di dalam dan di luar negeri tidak berdaya untuk menyembuhkannya.Namun, Raja Agoy yang Perkasa hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk dapat menyembuhkan Pak Iwan.Raja Agoy yang Perkasa begitu kaya raya. Dia juga memiliki kemampuan medis yang begitu hebat. Si*lan, hidup ini memang benar-benar tidak adil.Ekspresi wajah keluarga Karina menunjukka

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1110

    Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1109

    Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1108

    Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1107

    Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1106

    Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1105

    Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1104

    "Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1103

    Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1102

    Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."

DMCA.com Protection Status