Share

Bab 12

Author: Vodka
last update Last Updated: 2023-12-28 17:02:58
“Nggak mau menyerah? Ayo pukul aku!” kata Bondan dengan sombong. “Kita lihat siapa yang pukulannya lebih keras.”

“Oke.” Yoga melepas jaketnya. “Aku akan memenuhi keinginanmu.”

Mereka berdua siap untuk berkelahi.

“Berhenti!” Pada saat yang kritis seperti itu, terdengar suara Nadya. Dia buru-buru datang mendekat. Melihat keadaan Yoga yang berantakan, Nadya pun mengerutkan kening. “Apa yang terjadi?”

“Nggak ada apa-apa.” Bondan tersenyum dan berkata. “Adik pegawai baru ini nggak sengaja menumpahkan sendiri sarapannya. Aku hanya membantunya bersih-bersih.”

“Oh.” Nadya menganggukkan kepalanya sambil berpikir. “Lain kali hati-hati.”

Yoga menghela napas. Nadya jelas-jelas melihat jika Bondan sengaja mencari gara-gara. Namun, dia masih pura-pura tidak tahu.

Bagaimana bisa seorang presdir yang terhormat takut pada karyawannya sendiri seperti ini?

Sudahlah, siapa suruh aku menerima gaji darimu? Hari ini, aku akan membantumu memberi pelajaran pada karyawanmu ini.

Yoga pun menampar wajah Bondan dengan sangat keras.

Plak!

Suara tamparan yang begitu nyaring terdengar tanpa henti di dalam aula.

Nguunggg.

Kepala Nadya dan yang lainnya serasa mau pecah.

Apa yang mereka lihat itu?

Yoga benar-benar menampar Bondan di muka umum.

Tamat sudah! Kali ini, Yoga benar-benar habis!

Nadya sekalipun tidak bisa melindunginya.

Jika Bondan tidak terima, seluruh Grup Magani mungkin akan kena getahnya.

Bondan menutupi wajahnya dengan tidak percaya. “Kamu berani memukulku? Kamu benar-benar berani memukulku?”

“Aku memukulmu demi kebaikanmu sendiri,” kata Yoga.

“Anak TK saja tahu kalau mereka nggak boleh berbohong. Kebiasaanmu yang suka ngomong sembarangan harus diperbaiki mulai sekarang, mengerti?"

Bondan menjadi sangat marah. “Cari mati! Bangs*t, kamu harus mati hari ini!”

Setelah berkata seperti itu, Bondan bersiap untuk menyerang.

“Cukup!” Nadya berteriak dengan marah, “Ini perusahaan, bukan arena perkelahian. Apa-apaan kalian mau bertengkar dan berkelahi di sini!”

Bondan berkata dengan nada setengah mengancam, “Bu Nadya, kamu juga melihatnya sendiri tadi. Kalau kamu memintaku menahan amarah, aku nggak bisa melakukannya. Kecuali kamu memecatku sekarang.”

Tentu saja Nadya tidak mau dan tidak berani memecat Bondan. Dia pun berkata kepada Bondan dengan nada lembut, “Bondan, kamu ingin masalah ini diselesaikan seperti apa, asal jangan menggunakan kekerasan di perusahaan.”

Bondan berpikir sebentar dan berkata, “Suruh dia berlutut dan meminta maaf kepadaku. Lalu, tampar dirinya sendiri 10 kali.”

Nadya merasa berada dalam kesulitan dan berkata, “Tolong hormati aku, Bondan. Lupakan soal berlutut. Biarkan dia minta maaf kepadamu dan menampar sekali.”

Bondan berkata dengan enggan, “Lantaran kamu bosnya, aku akan menghormatimu.”

Nadya merasa lega dan berkata kepada Yoga, “Cepat lakukan seperti yang kukatakan, Yoga.”

“Oke.” Yoga berjalan menghampiri Bondan. Pertama-tama, dia berkata, “Maafkan aku.” Kemudian, tanpa ragu-ragu Yoga kembali menampar Bondan.

Tamparan kali ini bahkan lebih keras dibanding sebelumnya.

Suasana tiba-tiba menjadi hening.

Bondan menutupi wajahnya. Dia benar-benar menduga bahwa dirinya sedang mengalami halusinasi.

Nadya merasa ngeri. Dia tidak pernah menyangka jika Yoga masih berani memukul Bondan.

Apa Yoga sudah bosan hidup?

“Apa yang kamu lakukan, Yoga?” Amarah Nadya meledak.

“Kamu sendiri yang bilang. Pertama-tama aku harus minta maaf, lalu menampar sekali. Aku menuruti kata-katamu,” kata Yoga.

“Aku menyuruhmu untuk menampar dirimu sendiri sekali. Bukannya menampar Bondan.” Nadya tidak bisa berkata-kata untuk sementara waktu.

Bondan yang sudah kembali ke akal sehatnya mengeluarkan belati. “Nak, nggak ada yang bisa menyelamatkanmu hari ini. Tinggalkan pesan terakhirmu.”

Cahaya dingin yang dipantulkan belati tersebut membuat semua orang ketakutan.

Tepat pada saat yang kritis ini, tiba-tiba saja terdengar suara tawa di pintu. “Ramai sekali Grup Madani hari ini. Sepertinya aku datang di saat yang tepat.”

Semua orang langsung melihat ke arah suara tersebut. Begitu melihat siapa yang datang, mereka langsung menjadi waspada.

Bondan sendiri pun terpaksa menahan amarahnya dan menyimpan belatinya untuk sementara.

Orang yang datang tersebut adalah Pak Jarot, wakil ketua Asosiasi Perdagangan Kota.

Asosiasi Perdagangan Kota adalah organisasi terbesar di Kota Pawana. Meski disebut sebagai Asosiasi Perdagangan, organisasi tersebut sebenarnya merupakan sindikat kejahatan yang terorganisir.

Mereka menguasai semua tempat hiburan, perusahaan pengawal, perusahaan penggusuran, dan semua industri zona abu-abu di seluruh kota.

Para pekerja di industri tersebut, semuanya merupakan ‘antek-antek’ dari asosiasi perdagangan ini. Jumlahnya lebih dari 10 ribu orang.

Para preman ini semuanya sangat sombong. Mereka melakukan sesuatu tanpa ragu sedikit pun, kejam, dan tanpa ampun. Mereka juga sudah biasa membunuh orang dan tidak takut pada apa pun. Itu sebabnya, tidak ada seorang pun di Kota Pawana yang berani macam-macam pada orang-orang gila ini.

Pemimpin mereka umumnya mudah untuk dihadapi dan diajak bicara. Namun, bawahannya justru sulit dihadapi dan diajak bicara.

Nadya mengendalikan emosinya dan menyapa sambil tersenyum, “Terima kasih sudah datang kemari, Pak Jarot. Maafkan aku karena nggak menyambutmu dengan baik. Cepat, persilakan Pak Jarot untuk duduk di ruang tamu.”

“Nggak usah.” Pak Jarot melambaikan tangannya dan berkata, “Aku datang kemari untuk memberikan hadiah pada Bu Nadya. Setelah ini aku pergi.”

“Memberikan hadiah?” Nadya tidak mengerti dengan apa yang diinginkan Pak Jarot.

Selama ini, Asosiasi Perdagangan Kota yang selalu mengeksploitasi orang lain. Sejak kapan mereka menjadi bermurah hati dan memberikan hadiah kepada orang lain?

Pak Jarot mengedipkan mata pada anak buahnya. Mereka buru-buru memberikan undangan pada Nadya.

Nadya bertanya dengan rasa ingin tahu, “Pak Jarot, kamu …”

“Aku dengar, Raja Agoy yang Perkasa malam ini akan datang ke Kota Pawana. Bu Nadya akan mengadakan perjamuan makan malam besar untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa,” kata Pak Jarot. “Kebetulan, Kelab Sakuta milikku baru saja dibuka. Aku ingin mengundang Bu Nadya untuk mengadakan acara makan malam di Kelab Sakuta milikku, untuk menunjukkan rasa hormat dan kekagumanku pada Raja Agoy yang Perkasa. Semua ini merupakan niat baik dari Asosiasi Perdagangan Kota. Aku harap Bu Nadya nggak menolaknya.”

Mendengar hal tersebut, di dalam hatinya, diam-diam Nadya mengutuk Pak Jarot sebagai orang yang tercela dan tidak tahu malu.

Semua orang tahu, perjamuan makan malam untuk menyambut Raja Agoy yang Perkasa ini akan menaikkan reputasi dalam bisnis. Di mana pun acara tersebut diadakan, pasti akan terkenal di dunia internasional dan tercatat dalam sejarah.

Popularitas ini tidak bisa dibeli dengan uang, berapa pun jumlah.

Pak Jarot ingin mendapatkan popularitas ini secara cuma-cuma, bagaimana mungkin Nadya mau menerimanya?

Nadya meminta maaf. “Maafkan aku, Pak Jarot. Acara makan malam penyambutan ini sudah ditetapkan diadakan di aula utama Grup Magani. Aku khawatir, aku nggak bisa memenuhi keinginanmu.”

Pak Jarot mengerutkan kening. Dia merasa agak kesal. “Bu Nadya, kamu bahkan nggak mau menghormatiku sedikit saja sebagai orang tua?”

“Pak Jarot, lokasi acara makan malam ini sudah diberitahukan kepada Raja Agoy yang Perkasa. Mengubah lokasi makan malam di menit-menit terakhir, sama saja dengan nggak menghormati Raja Agoy yang Perkasa,” kata Nadya.

Pak Jarot menghela napas. “Bu Nadya, kamu sudah menyebabkan masalah besar bagiku. Kalau begitu, begini saja. Mari kita selesai masalah ini menurut peraturan dunia preman, dengan cara berkelahi. Masing-masing dari kita akan mengirimkan satu orang untuk berkelahi. Siapa yang menang, akan menjadi tuan rumah dari acara makan malam itu. Majulah, Legam.”

Setelah berkata seperti itu, seorang pria kekar berkulit hitam keluar dari rombongan Pak Jarot. Meskipun tenang, penampilannya tampak ganas seperti seorang pembunuh.

Nadya bermaksud menolaknya. Namun, Pak Jarot tidak memberinya kesempatan untuk bicara dan berkata, “Kalian semua, kosongkan tempat ini. Tinju dan kaki nggak punya mata. Jangan sampai melukai orang yang nggak bersalah.”

Anak buah Pak Jarot langsung mengeluarkan senjata, yaitu pipa baja, kunci pas, palu, dan lain sebagainya. Mereka mendorong semua orang ke pinggir dan mengelilingi tempat itu membentuk sebuah lingkaran.

Nadya merasa putus asa. Pak Jarot jelas datang dengan persiapan yang matang. Dia ingin menghancurkan tempat ini, sehingga mau tidak mau acara makan malam penyambutan, terpaksa harus dipindahkan ke tempat Pak Jarot.
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aruan Riko
pusing bcanya gk jelas alur ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 13

    Dengan sangat terpaksa, Nadya berjalan menghampiri Bondan dan berkata, “Kak Bondan, kali ini aku hanya bisa mengandalkanmu. Kalau kamu bisa memenangkan pertarungan ini, aku akan memberimu hadiah yang sangat besar.”Tanpa diduga, Bondan malah menolaknya. “Maafkan aku, Bu Nadya. Barusan aku dihajar oleh pegawai baru itu dan mengalami gegar otak. Aku harus ke rumah sakit. Aku takut, aku nggak bisa bertarung untukmu.”Tentu saja Nadya tahu apa yang dipikirkan oleh Bondan. Dia pun berkata, “Bondan, asalkan kamu mau bertarung, kamu boleh melakukan apa pun pada Yoga. Aku bahkan juga bisa mengeluarkannya dari perusahaan.”Demi Grup Magani, Nadya hanya bisa mengorbankan Yoga sekarang.Paling-paling yang terjadi, dia hanya perlu memberikan ganti rugi yang besar kepada Yoga nanti.Setelah itu, barulah Bondan merasa puas. “Oke. Mendengar kata-kata Bu Nadya ini, aku jadi merasa lega.” Kemudian, Bondan berjalan perlahan-lahan menghampiri Legam dan berkata, “Legam, Legam … Benar-benar seperti namanya

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 14

    Ternyata, bukannya aku yang nggak tertarik pada pria. Hanya saja, nggak ada satu pun dari mereka yang cukup kuat.Nadya merasa seperti sudah menemukan harta karun.Dia berkata kepada Pak Jarot dengan wajah menyesal, “Maafkan aku, Pak Jarot. Anak baru ini nggak tahu aturan. Dia bertindak terlalu berlebihan. Tolong maafkan dia.”Ucapan ‘permintaan maaf’ itu sebenarnya mengandung sindiran. Wajah Pak Jarot langsung tampak muram. “Di tempatmu ini benar-benar terdapat orang hebat yang menyembunyikan kemampuannya. Aku merasa sangat kagum. Selamat tinggal.”Pak Jarot membawa orang-orangnya untuk pergi.Sebelum pergi, Pak Jarot menatap Yoga dengan penuh arti. “Dik, kurasa kita akan segera bertemu lagi.”“Sampai ketemu lagi,” Yoga tersenyum.Setelah orang-orang dari Asosiasi Perdagangan Kota Pergi, Nadya memberikan tepuk tangan untuk Yoga, diikuti oleh semua orang yang ada di aula.Yoga mengenakan sepatunya, seolah tidak tidak terjadi apa-apa.Namun, sepatunya sudah robek total hingga tidak bisa

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 15

    Keluarga Karina juga sampai lebih awal di alun-alun, di depan pintu masuk Grup Magani. Mereka sedang menunggu Reza.Di tengah penantian mereka yang penuh harap, Reza pun akhirnya datang terlambat.“Tuan Muda Reza, apa kamu sudah mendapatkan undangan makan malamnya?” tanya Karina dengan tidak sabar.“Jangan khawatir. Tentu saja aku sudah mendapatkannya. Ayahku sudah menyuruh orang untuk mengantarkannya. Seharusnya sebentar lagi dia sampai,” kata Reza.“Bagus.” Keluarga Karina merasa tidak sabar dan antusias.“Coba kalian tebak,” lanjut Reza. “Dini hari tadi, tiba-tiba saja Pak Iwan muntah darah. Nyawanya terancam. Tidak diragukan lagi kalau semua ini karena perbuatan Yoga. Aku dengar sekarang Nona Mitha membawa banyak orang untuk mencari Yoga di seluruh kota. Pada saat kritis, ayahku mengirimkan ginseng gunung berusia 500 tahun milik keluargaku, sehingga nyawa Pak Iwan bisa diselamatkan. Sebagai rasa terima kasih, Pak Iwan bukan hanya memberikan undangan acara makan malam ini. Dia juga

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 16

    Tatapan mereka seperti menatap orang yang idiot.“Apa aku nggak salah dengar? Dia berani menyebut dirinya sebagai Raja Agoy yang Perkasa?”“Apa dia nggak takut mati dengan mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa pada situasi dan waktu saat ini?”“Diam, bodoh! Kalau kamu berani menghina idolaku, aku nggak akan lagi segan-segan padamu!”Keluarga Karina menatap Yoga dengan penuh penghinaan dan berkata, “Baj*ngan yang hina ini sedang cari perhatian!”Sekarang, Karina benar-benar kecewa pada Yoga. Ternyata, kecemburuan memang bisa membuat orang berubah total dan mau melakukan apa saja.Demi memfitnah Tuan Muda Reza, Yoga bahkan berani mengaku-ngaku sebagai Raja Agoy yang Perkasa.Karina berseru dengan suara pelan, “Cukup, Yoga! Aku sudah memberimu 10 miliar dan semua itu masih belum cukup untuk dihabiskan? Apakah menyenangkan bagimu untuk menipu orang dengan mengaku-ngaku sebagai orang yang hebat?”Yoga tertegun. “Kapan aku pernah menipu orang?”“Jangan pikir kami nggak tahu. Sebelumny

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 17

    “Kamu salah, Pak Bayu,” kata Karina. “Raja Agoy yang Perkasa memiliki status yang tinggi, sedangkan aku hanyalah seorang pengusaha kecil. Bagaimana mungkin kami bisa saling berhubungan?”Bayu tertawa. “Semua itu memang perintah dari Raja Agoy yang Perkasa. Bagaimana mungkin aku berani melakukan kesalahan?”Pada titik ini, seorang pria tua yang mengenakan kemeja panjang datang mendekat. Dia berkata, “Nona Karina, aku sudah banyak mendengar tentang dirimu.”Pria tua itu adalah Pak Harja . Dia merupakan orang penting di zona abu-abu Provinsi Sadali, yang juga dikenal sebagai ‘Bapak Dunia Hitam’.Auranya yang kuat menekan Karina, hingga membuat Karina sesak napas.Karina berpura-pura bersikap tenang. “Halo, Pak Harja. Ini pertemuan pertama kita. Mohon bimbingannya.”Namun, Pak Harja malah tertawa dan berkata, “Kita bukan baru pertama kali ini bertemu, Nona Karina. Sebelumnya, beberapa kali perusahaanmu menjadi sasaran dari kelompok abu-abu. Diam-diam aku membantumu melewati semuanya.”Ah!

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 18

    Pria yang menggantungkan hidupnya pada wanita dan dibenci oleh semua orang ini, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa, yang terkenal itu!Dia … kenapa dia masih begitu muda?Memikirkan bagaimana mereka baru saja bergabung untuk melawan Raja Agoy yang Perkasa dan bahkan mencoba untuk mengusirnya, mereka pun langsung merasa ingin mati saja.Oh Langit, apa yang sudah kulakukan barusan?Raja Agoy yang Perkasa pasti nggak akan memaafkan kami begitu saja.Yang paling terkejut dan syok di tempat itu adalah Nadya dan keluarga Karina.Nadya bahkan tidak pernah menyangka jika sopir sombong yang direkrutnya secara sembarangan itu, ternyata adalah Raja Agoy yang Perkasa.Yang lebih penting lagi, sebelumnya Nadya mengatakan kepada Yoga bahwa Raja Agoy yang Perkasa adalah pria tua bejat yang menginginkan kecantikannya. Dia juga memaksa Yoga untuk menjadi pengawalnya …Sekarang, Nadya merasa sangat malu dan hanya ingin mencari lubang di tanah untuk bersembunyi.Keluarga Karina juga mematung di tempa

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 19

    Namun, Yoga yang terlibat dalam masalah tersebut, tetap bersikap tenang dan santai.Dalam sekejap, Mitha pun melihat sosok Yoga. Dia langsung menunjuk ke arah Yoga. “Akhirnya aku menemukanmu, Yoga! Siapa pun, cepat tangkap dia!”“Tunggu dulu! Kalau ingin menangkapku, kamu harus memberiku alasan!” kata Yoga dengan dingin.“Hmph, pura-pura bodoh!” balas Mitha. “Setelah Kakek meminum obat yang kamu resepkan, kondisinya menjadi makin memburuk. Bahkan, hari ini Kakek juga muntah darah dan mengalami syok. Sekarang, dia masih nggak sadarkan diri. Apa semua alasan ini sudah cukup? Kamu bahkan membuat Kakek nggak bisa menyambut kedatangan Raja Agoy yang Perkasa. Kesalahanmu bertambah menjadi dua kali lipat!”“Kalau Pak Iwan meminum obatku tepat waktu, wajar saja kalau hari ini dia mengalami muntah dan syok,” kata Yoga. “Muntah darah yang dialami Pak Iwan adalah proses mengeluarkan racun yang ada di dalam tubuhnya. Dia akan sembuh total setelah semua racunnya keluar. Sedangkan syok yang dialami

    Last Updated : 2023-12-28
  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 20

    Apa yang sebenarnya terjadi?Kenapa semua obat yang kuberikan pada Kakek masih terkemas dengan baik?Mungkinkah … Kakek nggak meminumnya sama sekali?Mitha menatap Pak Iwan dengan curiga.“Aku sama sekali nggak meminum obat yang kamu berikan kepadaku. Tiga hari ini, diam-diam aku meminum anggur obat yang diberikan oleh Yoga,” ujar Pak Iwan. “Menurutmu, siapa yang sudah berjasa untuk menyembuhkanku?”Jederrr!Kebenaran akhirnya terungkap.Ternyata memang Yoga yang sudah menyembuhkan penyakit menahun yang diderita oleh Pak Iwan.Penyakit menahun Pak Iwan adalah masalah medis internasional. Penyakit ini dikenal sebagai kanker abadi. Para ahli top di dalam dan di luar negeri tidak berdaya untuk menyembuhkannya.Namun, Raja Agoy yang Perkasa hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk dapat menyembuhkan Pak Iwan.Raja Agoy yang Perkasa begitu kaya raya. Dia juga memiliki kemampuan medis yang begitu hebat. Si*lan, hidup ini memang benar-benar tidak adil.Ekspresi wajah keluarga Karina menunjukka

    Last Updated : 2023-12-28

Latest chapter

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1179

    Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1178

    Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1177

    "Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1176

    Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1175

    Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1174

    Yoga menatap Sutrisno dengan ekspresi yang makin aneh. Wajahnya memancarkan campuran rasa bingung dan canggung. Lukisan Masa Pijat? Apakah dua orang senior itu benar-benar melakukan hal yang sekeren itu?Dengan ekspresi muram, Winola berucap dengan nada dingin, "Itu namanya Lukisan Masa Depan! Bukan masa pijat. Lukisan Masa Pijat cuma trik pemasaran dari tempat-tempat pijat itu.""Oh, begitu ya? Aku benar-benar nggak tahu soal itu," jawab Sutrisno dengan raut rajah kebingungan."Kamu diam saja dulu!" seru Yoga yang memberi Sutrisno tatapan tajam. Dia tidak ingin mendengar lagi ucapannya."Lukisan Masa Depan adalah karya mereka berdua. Itu adalah 60 gambar yang meramalkan masa depan. Banyak di antaranya telah terbukti benar-benar terjadi," jelas Winola.Winola menambahkan, "Mereka bahkan menyatakan bahwa sejarah manusia akhirnya akan menuju dunia yang damai, di mana nggak ada lagi perbedaan antara hitam dan putih, utara dan selatan, kota dan desa, aku dan kamu. Semuanya akan bersatu dal

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1173

    Aura kuat yang terpancar dari sosok itu membuat ketiga orang tersebut merasakan getaran dalam hati mereka. Orang itu berada di posisi yang jauh lebih tinggi, bahkan jauh di atas mereka semua.Yoga menatap bayangan itu dengan rasa penasaran yang makin besar. Dia mengerucutkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah sosok tersebut dan bertanya dengan penasaran, "Ini ... bukannya ... Tuan Bimo?""Betul sekali!" Winola dan Sutrisno mengangguk bersamaan dengan ekspresi serius.Yoga tiba-tiba menyadarinya. Tidak heran sosok itu terlihat sangat familier. Ternyata, yang tergambar di lukisan itu adalah Bimo. Seribu tahun yang lalu, orang tua ini ternyata begitu terkenal?Yoga meledek, "Lihatlah, begitulah penampilanmu dalam catatan sejarah. Bikin iri deh."Bimo menimpali dengan bangga, "Sekarang, kamu baru sadar lagi berhadapan sama tokoh yang begitu luar biasa, 'kan?"Namun, Yoga langsung membalas, "Tapi ujung-ujungnya tetap kalah, 'kan?"Bimo kehabisan kata-kata. Sebuah kalimat dari Yoga langsung mem

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1172

    "Apa?" tanya Yoga yang terkejut. Dia memandang kedua orang itu dengan tatapan kosong.Sutrisno membalas dengan bingung, "Kamu nggak tahu?""Apa aku seharusnya tahu?" ucap Yoga sambil mengerucutkan bibirnya. Dia merasa bingung sekaligus tak berdaya. Ini pertama kalinya dia mendengar tentang semua ini."Nggak aneh. Hal-hal ini cuma disebutkan di dunia kultivator kuno. Di dunia bela diri kuno, hanya sekte-sekte besar yang punya catatan tentangnya," jelas Winola dengan ekspresi serius dan suara berat."Coba aku lihat!" ucap Yoga. Dia menjadi tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Dia langsung menatap lukisan di dinding dan mulai memeriksanya. Gambar-gambar itu terpahat dengan sangat hidup, meskipun lebih menyerupai fragmen-fragmen peristiwa yang tidak saling berhubungan."Ada yang bisa menjelaskan ini?" tanya Yoga sambil menoleh ke arah keduanya."Biar aku saja!" Sutrisno segera maju, lalu menunjuk gambar pertama dan mulai menjelaskannya kepada Yoga, "Gambar pertama ini menunjukkan awa

  • Pembalasan sang Menantu Tertindas   Bab 1171

    "Apa!" Farel luar biasa terkejut. Matanya dipenuhi rasa tak percaya. Mana mungkin? Anak ini ternyata sekuat itu? Hanya dengan satu serangan?Akan tetapi, Farel tidak mau mengakui kekalahan. Tatapan dinginnya menyapu ke arah Winola dan Sutrisno. Kalau memang harus menghabisi mereka, semuanya harus mati!"Nggak akan ada yang keluar hidup-hidup dari sini hari ini!" ucap Farel dengan dingin.Seketika, Farel bergerak. Dia mengulurkan tangannya dari kejauhan. Kekuatan yang luar biasa tiba-tiba meledak, lalu langsung menarik Winola dan Sutrisno ke arahnya.Berhubung kekuatan mereka tidak cukup, keduanya dengan mudah diseret mendekat. Farel mencengkeram leher mereka dengan kuat. Meski terus meronta, mereka sama sekali tidak bisa melepaskan diri."Yoga, aku mau lihat, apa kamu akan memilih untuk menyelamatkan mereka!" ucap Farel sambil tertawa keras, lalu melemparkan keduanya dengan kasar.Winola dan Sutrisno dilemparkan ke dalam lubang besar. Mereka langsung menuju kumpulan pasukan tengkorak y

DMCA.com Protection Status